Angka stunting di Pasaman turun 19,6 persen

id berita pasaman,berita sumbar,stunting

Angka stunting di Pasaman turun 19,6 persen

Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman. (Antarasumbar/Istimewa)

Faktor dominan penyebab stunting ialah perilaku merokok orang tua, tidak punya jaminan kesehatan dan tidak ada ketersediaan akses jamban sehat,
Lubuksikaping (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat (Sumbar) mendata angka stunting pada 2020 mengalami penurunan mencapai 19,6 persen.

"Pada tahun 2019, angka stunting balita di Pasaman mencapai 20,1 persen yakni berjumlah 4.312 orang, sedangkan tahun 2020 turun menjadi 19,6 persen atau sebanyak 4.276 orang balita," kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Pasaman, Nurhalimah di Lubuk Sikaping, Kamis.

Tahun 2019 Kecamatan yang mengalami stunting yakni Kecamatan Tigo Nagari, Kecamatan Panti, Kecamatan Duo Koto, Kecamatan Mapat Tunggul Selatan, Kecamatan Bonjol, Kecamatan Rao Utara, Kecamatan Lubuk Sikaping, Kecamatan Mapatunggul, Kecamatan Padang Gelugur, Kecamatan Rao dan Kecamatan Simpati.

Sedangkan di 2020 meliputi 10 Kecamatan yakni Kecamatan Tigo Nagari, Kecamatan Panti, Kecamatan Mapat Tunggul Selatan, Kecamatan Bonjol, Kecamatan Rao Utara, Kecamatan Lubuk Sikaping, Kecamatan Mapatunggul, Kecamatan Rao, Kecamatan Simpati dan Kecamatan Duo Koto.

Selanjutnya 2018, kasus stunting berjumlah 26,9 persen, dengan total 4.761 balita di Enam Kecamatan antara lain Kecamatan Tigo Nagari, Kecamatan Panti, Kecamatan Duo Koto, Kecamatan Mapat Tunggul Selatan, Kecamatan Bonjol dan Kecamatan Rao Utara.

Jumlah anggaran pencegahan stunting tahun 2019, senilai Rp750 juta, tahun 2020 juga sebanyak Rp750 juta, sedangkan 2021 Rp823,18 juta. Dana anggaran bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) non Fisik Kementerian Kesehatan.

Usia stunting bagi balita dari 0 - 5 tahun, usia terbanyak mengalami stunting berumur 2 tahun.

Ia mengungkapkan penurunan angka stunting disebabkan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) termasuk makan dengan suplemen bergizi oleh ibu hamil dan balita.

Selain PHBS, pihak Dinas Kesehatan setempat, Puskemas dan Bidan Desa juga ikut melakukan pencegahan penurunan angka stunting.

Pencegahan stunting itu berupa, edukasi gizi seimbang seperti pemberian makanan tambahan biskuit, susu untuk ibu hamil dan balita, kelas ibu hamil, kelas ibu balita, kunjungan balita di Posyandu dan lainnya.

"Faktor dominan penyebab stunting ialah perilaku merokok orang tua, tidak punya jaminan kesehatan dan tidak ada ketersediaan akses jamban sehat," katanya.

Pihaknya mengimbau kepada masyarakat agar selalu menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan makanan bergizi setiap hari untuk terhindar dari stunting.