Harga penjualan kopi di Pasaman Barat turun di tengah pandemi COVID-19

id berita pasaman barat,berita sumbar,kopi

Harga penjualan kopi di Pasaman Barat turun di tengah pandemi COVID-19

Owner Minang Kajai Specialty Coffee Pasaman Barat, Hendi saat mempraktekkan penyuduhan kopi beberapa waktu lalu di Simpang Empat Pasaman Barat. (antarasumbar/Istimewa)

Harga kopi saat ini bervariasi dan tiap harinya berfluktuasi,
Simpang Empat (ANTARA) - Harga penjualan kopi di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat (Sumbar) mengalami penurunan di tengah pandemi COVID-19.

Owner Minang Kajai Specialty Coffee Pasaman Barat, Hendi di Simpang Empat, Rabu, mengatakan sebelum pandemi COVID-19 harga kopi (beras kopi) mencapai Rp80 ribu per kilogram.

Di tengah pandemi COVID-19 ini harga kopi beras turun kisaran Rp40-60 ribu per kilogram.

Untuk kopi basah Rp4 ribu per kilogram dan kopi lering standar Rp30 ribu per kilogramnya.

"Harga kopi saat ini bervariasi dan tiap harinya berfluktuasi. Kita tidak punya pedoman yang jelas harga tetap dari luar Sumbar. Sementara pembeli luar selalu beralasan COVID-19," katanya.

Sayangnya, selama pandemi COVID-19 peran pemerintah daerah dalam pemasaran hasil tani kurang mendukung. Sehingga pihaknya tidak berani membeli kopi dalam jumlah besar ke petani.

Ia mengaku meski pemerintah kurang menunjukkan dukungan dan peran dalam pemasaran hasil tani petani kopi. Pemerintah dalam hal lain tetap mensupport dan tetap memperhatikan budidaya kopi.

Misalnya dalam bantuan bibit, mesin serta alat-alat tani lainnya. Pemerintah dalam hal ini sangat berperan aktif dan menunjukkan suportnya. Akan tetapi selama pandemi COVID-19 pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa.

Ia menyebutkan kelemahan di dunia usaha kopi dalam penentuan harga jual yang tidak jelas di Pasaman Barat. Sedangkan untuk pembeli dari luar negeri tidak bisa diladeni karena permintaan dalam jumlah besar.

"Bisa harga kopi Pasaman Barat terjual tinggi, namun pembeli ini meminta dalam jumlah besar. Sementara hasil petani kita masih terbatas. Untuk pembeli dalam negeri selalu beralasan COVID-19 menekan harga, jadi kita tidak berbuat apa-apa," jelasnya.

Ia menjelaskan sejauh ini pihaknya hanya sanggup menyediakan kopi Pasaman Barat berupa green bean sekitar 1,8 ton dalam setahun. Itu pun langsung dikumpulkan atau dibeli dari petani langsung.

Bahkan sebelum pandemi COVID-19 ia sempat bekerjasama dengan eksportir dari Amerika Serikat. Kerjasama itu terputus sejak wabah terjadi setelah setahun jalan.

Ia menambahkan luas kebun kopi di Pasaman Barat ada sekitar 100 hektare. Ada di Kecamatan Talamau, Kecamatan Gunung Tuleh dan Kecamatan Luhak Nan Duo.

"Terluas kebun kopi milik rakyat itu berada di Kecamatan Talamau khususnya di Nagari Kajai dengan mayoritas kopi arabika. Untuk kopi robusta ada di Kecamatan Gunung Tuleh," katanya.***1***