Meski pandemi, Maybank Indonesia dan Maybank Foundation terus lanjutkan program RISE 2.0 secara daring

id Maybank indonesia, csr, disabilitas, pelatihan daring

Meski pandemi, Maybank Indonesia dan Maybank Foundation terus lanjutkan program RISE 2.0 secara daring

Medan (Antaranews Sumut) - Branch Manager Maybank Indonesia Laury Anita Sembiring (kanan) bersama Kepala Bagian Pengawasan Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 5 Sumbagut Risca Bernadetta Novianty (kiri) meluncurkan program Reach Independence & Sustainable Entrepreneurship (RISE) pada pelatihan Pemberdayaan Ekonomi Berkelanjutan bagi Komunitas Penyandang Disabilitas, di Medan, Sumatera Utara, Rabu (11/4). Program yang digagas Maybank Foundation dan PT Maybank Indonesia Tbk itu menjadi salah satu Corporate Social Responbility (CSR) Maybank Group sebagai upaya untuk meningkatkan kemandirian serta kesejahteraan warga penyandang disabilitas dalam bidang kewirasusahaan dan keuangan. Septianda Perdana

Jakarta (ANTARA) - Meskipun pandemi COVID-19 masih berlangsung di berbagai wilayah di Indonesia tak menyurutkan semangat PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia) bersama Maybank Foundation, yayasan yang menangani corporate responsibility (CR) Maybank Group, untuk terus melanjutkan program pemberdayaan ekonomi bagi penyandang disabilitas dan komunitas marjinal bernama Reach Independence & Sustainable Entrepreneurship (RISE) 2.0 secara daring.

Program pelatihan level Basic dilaksanakan di Pontianak, pada 21-25 September 2020. Sedangkan pelatihan level Standard dilaksanakan di Palembang dan Lampung, pada 14–18 September 2020.

Pelatihan RISE 2.0 Level Basic dan Standard ini berlangsung secara daring dengan total peserta sebanyak 25 orang di masing-masing lokasi pelatihan, demikian keterangan pers yang diterima, Minggu.

Para peserta level Basic merupakan para penyandang disabilitas yang belum pernah mengikuti pelatihan dengan berbagai latar belakang usaha seperti penjahit, penjual makanan, toko kelontong, kerajinan tangan, pembuat meubel, jasa kursus pendidikan dan peserta yang mempunyai rencana membuka usaha.

Sedangkan peserta level Standard dipilih berdasarkan penilaian saat mereka mengikuti pelatihan dan monitoring di level Basic serta berdasarkan perkembangan usaha yang mereka miliki di beberapa jenis usaha seperti penjahit, toko kelontong, servis elektronik, kerajinan tangan dan usaha kuliner.

Program RISE 2.0 secara daring level Standard di Palembang, Lampung dan level Basic Pontianak ini merupakan kelanjutan dari pelatihan daring RISE di Palembang, Solo, Yogyakarta, Lombok, Lampung dan Jambi dengan menggunakan aplikasi Zoom.

Pelatihan daring ini akan dilaksanakan di 25 kota di Indonesia dan menargetkan 4.780 peserta. Pelatihan ini bermanfaat untuk menjangkau lebih banyak para peserta dari daerah pedalaman, memberi pembekalan perubahan pola pikir (mindset), meningkatkan kepercayaan diri mereka untuk siap memulai dan mengembangkan usaha termasuk keterampilan menjual dan memasarkan produk.

Selain itu juga meningkatkan pemahaman mereka terkait pengelolaan keuangan serta mengenalkan para peserta kepada mereka produk dan layanan perbankan.

Setelah level Basic, pelatihan berlanjut ke level

Standard dan terakhir level Premium dengan perbedaan pada kedalaman materi pelatihan, pendampingan (mentoring) dan durasi.

Untuk level Standard dan Premium, peserta akan mendapatkan pelatihan pemanfaatan teknologi dan pengetahuan digital guna mendukung pengembangan usaha para peserta di era disrupsi dan industri 4.0 masa kini.

Kemudian, tersedia juga program pendampingan yang terstruktur, untuk level Standard peserta akan mendapatkan program mentoring dan coaching

selama enam bulan, sedangkan untuk level Premium

selama 12 bulan.

Dalam program mentoring,para peserta akan didampingi mentor secara personal dengan metode face-to-face

mentoring jika kondisi sudah memungkinkan, dan telephone mentoring guna memantau dan memacu peserta dalam meningkatkan pendapatan dan kapasitas usaha.

Pelaksanaan program RISE 2.0 yang dimulai sejak awal 2020 ini akan berlangsung hingga 2023 dan menargetkan lebih banyak komunitas penyandang disabilitas dan komunitas marjinal di berbagai wilayah di Indonesia dengan total peserta (level Basic, Standard & Premium) sekitar 7.350 peserta.

Program ini secara regional telah diluncurkan pada 26 September 2019 di Manila, Filipina dan akan diperluas cakupan pelatihannya hingga ke enam negara di Asia Tenggara, yakni Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, Laos dan Myanmar.

Program RISE 2.0 dirancang untuk menyempurnakan program RISE tahap pertama, yang terintegrasi dari awal hingga akhir dengan menggunakan pendekatan 3E (Embrace, Embed & Engage).

Melalui ketiga pendekatan tersebut, Maybank Indonesia dan Maybank Foundation akan mengoptimalkan penggunaan teknologi sebagai sarana pelatihan dan mentoring, melakukan pendampingan yang intensif dan berkelanjutan, tracking sistematis perkembangan usaha dan peningkatan pendapatan peserta, menciptakan basis data online dan marketplace sebagai sarana peserta menjual produk, serta menghubungkan peserta dengan produk, layanan dan teknologi perbankan digital yang dibutuhkan peserta.

Pada awalnya, program pelatihan RISE diinisiasi di Malaysia dan telah diikuti lebih dari 1.300 peserta di negara asalnya. Kemudian pada 2016 program ini mulai dikembangkan ke regional, termasuk ke Indonesia dan Filipina.

Pada program RISE tahap pertama, sebanyak 2.267 peserta penyandang disabilitas dan komunitas marjinal telah mendapatkan pelatihan kewirausahaan dan kemandirian yang berasal dari 17 kota di Indonesia pada 2016 hingga 2019.

Keberhasilan dari program RISE tahap pertama ini dapat dilihat dari peningkatan yang signifikan terhadap penghasilan rata-rata per bulan peserta. Pada September 2019 sebanyak 40 persen dari peserta semula berpenghasilan Rp1.264.782 telah meningkat menjadi Rp5.543.735, atau naik sebesar 338,3 persen dan makin melesat sebesar 403.7 persen pada Oktober 2019 dan 60 persen dari 2.267 peserta secara keseluruhan juga telah memulai usaha atau meningkatkan usaha mereka selama tiga bulan pasca pelatihan.

CEO Maybank Foundation, Shahril Azuar Jimin mengatakan pemberdayaan ekonomi merupakan salah satu fokus corporate responsibility (CR) Maybank Indonesia.

Melalui program RISE, Maybank Group turut mendukung upaya membangun komunitas yang mandiri, dengan menjangkau lebih banyak penerima manfaat dan berdampak positif bagi masyarakat, selaras dengan misi humanising financial services.

"Program ini juga selaras dengan misi ASEAN dan lima sasaran United Nations Sustainable Development Goals yaitu tanpa kemiskinan, pendidikan berkualitas, kesetaraan gender, pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan yang layak dan mengurangi kesenjangan,”katanya.

Head, Corporate & Brand Communication, Esti Nugraheni mengatakan di tengah pandemi, dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan COVID-19, Maybank Indonesia melanjutkan komitmen untuk memberikan perhatian kepada individu maupun komunitas wirausaha penyandang disabilitas dengan berbagai program yang bertujuan untuk meningkatkan semangat pantang menyerah, meningkatkan percaya diri, keterampilan hingga kapasitas usaha untuk mencapai masa depan yang mandiri dan sejahtera melalui program RISE 2.0.

"Dengan melakukan program secara daring, kami berharap program ini tetap dapat membangun sekaligus meningkatkan kapabilitas usaha mikro-UKM dan menciptakan komunitas yang mandiri sehingga dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan di sekitarnya," tambahnya.

Menurut dia, dengan peningkatan kapabilitas usaha, para penyandang disabilitas bukan hanya dapat mendorong kemandirian dan kemampuan berwirausaha namun juga menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi sesama komunitas penyandang disabilitas yang juga akan mendorong dan menciptakan motivasi usaha bagi masyarakat marjinal di sekitarnya sehingga dapat memberikan multiplier effect.

Dalam pelaksanaan program ini, Maybank Indonesia dan Maybank Foundation menjalin kemitraan dengan People Systems Consultancy.

Testimoni

Peserta program RISE asal Palembang yang bergerak dalam usaha makan Jumroh mengatakan, pelatihan RISE ini sangat bermanfaat sekali karena materi-materinya sangat ingin diterapkan di usaha.

"Terutama, materi keuangan yang sangat menarik untuk saya. Sebenarnya, saya sudah menerapkan pengaturan keuangan dalam usaha saya, hanya masih bingung dalam praktiknya. Setelah mendapatkan materi pelatihan mengenai keuangan seakan menjawab pertanyaan saya sehingga saya bisa membuat manajemen keuangan usaha lebih baik lagi. Saya harap dengan ilmu-ilmu dari pelatihan RISE bisa membawa perubahan dalam usaha saya,”ujarnya.

Peserta program RISE asal Lampung yang bergerak dalamUsaha Budidaya Ikan dan Bengkel Eko Tirta Mamansya mengatakan dirinya sangat terkesan dengan modul memilih usaha karena di modul tersebut diajarkan untuk tidak ikut-ikutan dalam menjalankan usaha.

"Pelatihan ini sangat bermanfaat untuk saya karena ilmu baru mengenai cara untuk membedakan usaha kita dari para pesaing. Pelatihan ini sangat membantu untuk menentukan langkah kita dalam menjalankan usaha. Kami berharap pelatihan ini bisa berlanjut,”ujarnya.