Padang (ANTARA) - Siang itu di ruang kerjanya, Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah sedang berbincang hangat dengan koleganya sesama aktivis pergerakan Islam yang juga menjabat sebagai Wali Kota Padang yaitu Mahyeldi .
Perbincangan dua sahabat lama ini asyik membahas berbagai topik hingga berbagi pengalaman kepemimpinan selaku sesama kepala daerah.
Kunjungan Mahyeldi ke Nusa Tenggara Barat kala itu dalam rangka mengantarkan bantuan gempa Lombok. Sebagai daerah yang juga pernah diguncang gempa Mahyeldi menyadari saling membantu disaat musibah datang merupakan perwujudan kepedulian.
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu dan langsung membuka ruang kerjanya. Sesosok anak muda tersenyum kepada Zulkieflimansyah.
"Eh Audy.. sini ini Wali Kota Padang orang kampung kamu, sebentar ya, nanti saya kenalkan tunggu bentar ya," ucap Zulkifli.
Anak muda tersebut adalah Audy Joinaldy, seorang pengusaha muda pemilik Perkasa Grup yang bergerak di bidang perunggasan dan pertanian yang fokus usahanya ada di Indonesia timur termasuk Nusa Tenggara Barat.
Lahir di Jakarta pada 16 Mei 1983 dan saat ini berusia 37 tahun, Audy sudah lama bersahabat dengan Zulkieflimansyah karena ada usahanya di Nusa Tenggara Barat oleh sebab itu ia rutin bersilaturahmi dalam rangka memajukan daerah itu.
Itulah awak mula pertemuan Audy dengan Buya Mahyeldi dan pada saat itu tidak ada sama sekali perbincangan mereka membahas soal politik.
Pemilik enam gelar akademik sebelumnya hanya tahu Mahyeldi adalah Wali Kota Padang yang dikenal agamis dan sopan.
Audy memperoleh gelar Sarjana Peternakan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 2005 dan Master of Science di Wageningen Universiteit Belanda dalam bidang Major Food Quality Management Minor Animal Nutrition pada 2007, sedangkan gelar Magister Manajemen Ia dapatkan dari Universitas Hasanuddin Makassar pada 2011.
Ia juga mendapatkan gelar Insinyur dari Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 2019 dan pada tahun yang sama mendapat gelar IPM dari Persatuan Insinyur Indonesia (PII) serta gelar ASEAN.Eng dari Asean Federation Engineering Association (AFEO) pada 2019. Kini ia sedang melanjutkan pendidikan Doktor di Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor (IPB)
Awal mula Audy terdampar di Indonesia timur bermula setelah menyelesaikan pendidikan Master of Science di Wageningen Universiteit Netherlands Major Food Quality Management Minor Animal Nutrition di Belanda.
Menghabiskan masa kecil di Jakarta dan S1 di IPB, pulang dari Belanda ia melamar kerja di salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang peternakan.
Setelah mengikuti training kerja ia ditempatkan di Makasar hingga akhirnya kenal dengan pengusaha unggas di Sulawesi dan Indonesia timur.
Lima tahun berkiprah sebagai profesional di perusahaan peternakan ia memutuskan keluar dan merintis usaha sendiri dengan modal awal Rp140 juta.
Audy ingin mencoba mandiri dan merasa sudah cukup berkiprah sebagai profesional di perusahaan orang lain. Dengan segudang pengalaman yang dimiliki ia khawatir jika terlalu lama jadi pegawai akan terbuai dengan kenyamanan yang diperoleh.
Apalagi ayahnya Joinerri Kahar merupakan seorang pengusaha yang terbilang sukses dan merintis karir dari nol. Sejak remaja Audy sudah terbiasa diajak sang ayah bertemu rekan bisnisnya untuk sekadar membawakan tas.
Ia pun mencari mitra dengan pengusaha lokal hingga akhirnya di tahun kedua mendapatkan pendanaan dari bank hingga usahanya berkembang pesat di Indonesia timur.
Saat sedang menikmati membangun bisnis Audy sebelumnya sama sekali tidak pernah terpikir untuk menjadi calon kepala daerah termasuk masuk ke dunia politik.
Ketika kecil ia selalu ditanamkan oleh sang Ayah untuk menjadi pengusaha kendati ketika itu ia belum tahu pengusaha apa.
Usai pertemuan di Nusa Tenggara Barat dan menceritakan kiprahnya membangun bisnis, Mahyeldi mengutarakan niatnya untuk berkunjung ke Makasar dalam rangka menjajaki peluang kerja sama.
Pada pertemuan yang terjadi Januari 2020 di Makasar akhirnya mereka berjumpa lagi dan Audy mempresentasikan bisnisnya di Indonesia timur.
Usai mendengar pemaparan Mahyeldi langsung bertanya kepada Audy kenapa membangun bisnis di kampung orang, kenapa tidak membangun usaha di kampung sendiri.
"Oh bisa buya, tentu saja bisa," jawab Audy.
Usai pertemuan tersebut Mahyeldi dan Audy foto bersama dengan pose salam komando. Buya pun nyeletuk ini cocok untuk Sumbar 1 dan Sumbar 2.
Mendengar itu Audy tertawa karena ia mengira Buya bercanda. Saat mereka makan malam Mahyeldi kembali berucap dia BA 1 dan Audy BA 2.
"Saya BA 701 saja buya, sesuai nama Joi," katanya menjawab sambil bercanda.
Usai pertemuan itu Audy tak mengira tawaran itu serius karena sang Ayah pun telah dihubungi oleh Buya meminta kesediaan Audy menjadi calon wakil gubernur Sumbar.
Ayahnya pun menanyakan kesiapan dan kesanggupan karena Buya menginginkan Audy menjadi wakilnya.
Perkataan Ayahnya yang paling ia ingat adalah semua keluarga besarnya baik ayah dan ibu adalah orang Sumatera Barat sementara ia berinvestasi di Indonesia timur.
"Sudah saatnya kamu bantu kampung sendiri, kalau perlu kamu mati di Sumbar," ucap sang ayah kepadanya.
Akhirnya Audy menanyakan keseriusannya untuk diminta sebagai calon Wakil Gubernur Sumbar. Apalagi ia mengetahui Mahyeldi merupakan salah seorang tokoh yang populer.
Berkali-kali mendapatkan jawaban ia merasa belum puas hingga pada akhirnya ia menerima tawaran sebagai calon wakil gubernur dengan syarat jika ditakdirkan menang tidak ditugaskan di kantor sebatas tanda tangan surat, disposisi dan lainnya.
Menurutnya jika terpilih sebagai Wakil Gubernur mendapat tanggung jawab mengurus pembangunan ekonomi Sumatera Barat.
Dengan bismillah dan atas doa ayah dan keluarga besar Audy pun akhirnya diusung sebagai Calon Wakil Gubernur Sumbar oleh PPP berkoalisi dengan PKS.
Ia melihat ada banyak potensi dan peluang untuk memajukan Sumatera Barat terutama pertanian dan peternakan lewat peningkatan nilai produk.
Dengan potensi besar tersebut ia optimistis bisa bersama-sama membawa Sumatera Barat lebih maju dengan beragam ide dan gagasannya.
Sebagai figur baru di dunia politik Audy mulai menikmati bertemu dengan banyak orang ingin bermanfaat bagi orang banyak.
Ia mengaku sudah bahagia dengan pencapaian hidup selama ini dan memilih mengabdi untuk kampung halaman tercinta. (adv)
Penulis adalah Juru Bicara Mahyeldi-Audy Joinaldy
Baca juga: Buya Mahyeldi menjawab kritik dengan kerja nyata
Baca juga: Merintis karir dari nol