Pariaman (ANTARA) - Sebanyak 4.200 kartu perdana Telkomsel yang masing-masing diisi dengan kuota internet 10 Gb diberikan secara gratis kepada ribuan siswa dan guru SMP sederajat di Kota Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar) guna mendukung program belajar dalam jaringan (daring) di daerah itu.
"Dengan adanya ini saya meminta siswa dan guru membuat ruang belajar melalui internet atau aplikasi zoom," kata Wali Kota Pariaman, Genius Umar di Pariaman, Selasa.
Ia menambahkan dengan hal tersebut maka siswa dan guru dapat menjalankan proses belajar mengajar meski tidak dengan tatap muka atau hanya melalui daring karena pandemi COVID-19.
Apalagi saat ini kasus positif COVID-19 di Pariaman semenjak Agustus 2020 terus meningkat sehingga proses belajar mengajar yang awalnya bisa dilaksanakan di sekolah harus dilaksanakan di rumah melalui belajar secara daring.
Namun, lanjutnya meskipun sekarang proses belajar mengajar dibantu oleh pihak Telkom dan Telkomsel, namun ia menekan agar guru dapat menguasai teknologi agar ilmu yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh siswa.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Pariaman, Kanderi mengatakan internet merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi siswa pada masa pandemi COVID-19.
"Dengan adanya bantuan kuota internet tersebut maka sangat membantu siswa, apalagi siswa itu yang tidak mampu membeli kuota internet," lanjutnya.
Ia menjelaskan untuk pendistribusian kartu perdana tersebut diserahkan kepada pihak sekolah dan diharapkan dapat meningkatkan proses belajar belajar di Pariaman.
Sementara itu Manager Enterprise Government Telkom Sumbar, Suwito mengatakan untuk tahap pertama kuota yang diberikan sebesar 10 Gb dari Telkomsel yang selanjutnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 30 Gb setiap bulannya untuk siswa.
Ia menyampaikan dengan adanya kuota tersebut dapat membantu proses belajar mengajar secara daring yang harus diterapkan selama pandemi COVID-19.
Salah seorang orang tua siswa di Pariaman, Syamsul mengatakan dirinya merasa terbantu dengan adanya bantuan kuota internet terhadap anaknya.
Namun ia khawatir dengan nasib siswa yang tidak memiliki telepon pintar untuk mendukung proses belajar secara daring sehingga dirinya meminta peran pemerintah untuk mencarikan solusinya.