BEI Nilai "Rights Issue" Dyviacom Intrabumi Normal
Jakarta, (Antara) - Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai aksi korporasi penawaran umum terbatas (rights issue) PT Dyviacom Intrabumi Tbk (DNET) cukup normal layaknya perusahaan publik lainnya.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Hoesen di Jakarta, Jumat mengatakan dana dari hasil penawaran umum terbatas itu untuk akuisisi dan perubahan kegiatan usaha. Jika proses akusisi itu dapat menambah nilai perusahaan maka tidak menjadi masalah.
"Manajemen DNET sudah mengakui bahwa lini bisnisnya di bidang teknologi informasi tidak berkembang, sehingga mereka ingin mengalihkan lini bisnisnya," katanya.
Saat ini, BEI melakukan penghentian sementara perdagangan saham DNET sejak 19 April 2013 di level Rp580 per lembar saham karena proses valuasi yang belum selesai, dengan demikian tidak terjadi spekulasi yang dilakukan investor pada saham itu.
"Kami mengingatkan investor publik untuk terus memantau informasi yang dikabarkan perseroan khususnya terkait dengan nilainya dan proses aksi korporai ini. Diharapkan, likuditasnya akan menjadi baik, dengan adanya proses 'rights issue' itu akan membuat porsi saham yang dilepas ke publik besar," ujar Hoesen.
Dalam keterbukaan informasi BEI, manajemen DNET akan melakukan "rights issue" tahap I senilai Rp7 triliun. Perseroan akan melepas 14 miliar lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp250 per lembar saham dan harga pelaksanaannya di Rp500 per lembar saham.
Dalam pelaksanaan itu setiap pemegang 23 lembar saham lama yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham (DPS) pada 5 Juni 2013 berhak atas 1.750 HMETD dimana setiap satu HMETD dapat membeli satu lembar saham baru. Saham hasil rights issue akan digunakan untuk melakukan pembelian saham di tiga perusahaan.
Manajemen DNET mengaku latar belakang penempatan penyertaan saham di beberapa perusahaan dikarenakan selama lima tahun belakangan, kegiatan usaha di bidang teknologi informasi tidak berkembang signifikan.
Oleh karena itu, perseroan berencana untuk melepas kegiatan usaha jasa akses internet, dan fokus untuk melakukan investasi di perusahaan yang bergerak di sektor konsumsi.
Perseroan akan meminta persetujuan pemegang saham dalam aksi itu pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan pada 24 Mei 2013 mendatang. (*/wij)