Jakarta, (ANTARA) - Kedutaan Besar Republik Indonesia di Paris meluncurkan film berjudul Une Barque Sur L’Ocean ("Satu Kapal di Samudera") yang mulai diputar di negara itu sebagai upaya untuk mempromosi destinasi wisata dan kebudayaan Indonesia di Prancis.
Duta Besar Indonesia untuk Prancis, Arrmanatha C Nasir, Minggu, menyampaikan, peluncuran film yang diputar perdana pada Sabtu, 25 Juli 2020, di Cinema Le Balzac, Paris, itu sekaligus sebagai wujud realisasi kerja sama Indonesia-Prancis dalam dunia perfilman.
“Film merupakan salah satu sarana untuk mempromosikan destinasi wisata serta potensi alam dan budaya Indonesia. Destinasi wisata dengan kekayaan alam dan budaya Indonesia sangat menarik untuk dijadikan latar pembuatan film,” ujar Nasir.
Ia menambahkan, kerja sama antara Indonesia dan Prancis di dunia perfilman sejatinya telah berlangsung cukup lama dan berjalan dengan sangat baik dari waktu ke waktu. Iajuga mengapresiasi kinerja sutradara dan para kru film.
“Saya berharap ini menjadi langkah yang baik untuk meningkatkan produksi film dengan berlatar belakang destinasi wisata Indonesia, khususnya kekayaan alam dan kebudayaannya,” kata dia.
Acara ini merupakan kerja sama antara Kedutaan Besar Indonesia di Paris dengan Kantor Visit Indonesia Tourisme Officer (VITO) Prancis untuk mendukung peluncuran pemutaran film dengan latar dan budaya Bali karya Arnold de Parscau, Une Barque Sur L’Océan.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan di Kedutaan Indonesia di Paris, Prof Warsito, mengatakan, kegiatan ini selaras dengan peningkatan kerja sama bidang pendidikan yang selama ini telah terjalin dengan beberapa lembaga pendidikan kejuruan dan perguruan tinggi Prancis di bidang pariwisata.
Sementara itu, Kepala Kantor VITO Prancis, Eka Moncarre, menambahkan kerjas sama pendidikan bidang pariwisata itu juga menjadi salah satu prioritas dalam program peringatan 70 tahun hubungan bilateral Indonesia-Prancis.
“Kegiatan ini juga menjadi media promosi budaya dan destinasi wisata di Indonesia, mengingat turis Eropa ke Indonesia yang terbanyak kedua berasal dari Prancis,” ujar dia.
Film ini merupakan perpaduan antara dua budaya yang sangat berbeda, tersurat melalui kisah cinta antara Eka seorang pemuda Bali berusia 25 tahun yang tinggal di sebuah desa kecil di Bali utara dan Margaux, seorang mahasiswi Prancis jurusan musik piano.
Kisah cintanya membawa Eka terpikat dengan dunia seni musik yang ingin ia taklukkan dan membuatnya berharap akan kehidupan baru yang jauh dari kemiskinan dan lingkungannya yang keras.
Jatuh bangun Eka menuju kesuksesan adalah sebuah perjalanan yang membingungkan sekaligus tragis.
Pemutaran film ini dihadiri sekitar 250 orang yang terdiri dari para aktor, sutradara, tamu undangan, dan para penonton. Walaupun kapasitas gedung mencapai 400 orang, namun jumlah penonton dibatasi sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku dalam masa adaptasi kebiasaan baru. (*)
Berita Terkait
Hendra Setiawan pensiun usai Indonesia Masters 2025
Rabu, 4 Desember 2024 8:32 Wib
Perayaan HDI ke 32, Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia Padang Panjang terima bantuan
Selasa, 3 Desember 2024 18:13 Wib
Presiden putuskan Indonesia masuk blok ekonomi guna kepentingan bangsa
Selasa, 3 Desember 2024 4:23 Wib
Fadli Zon: Musik Indonesia bertransformasi mengikuti zaman
Senin, 2 Desember 2024 13:25 Wib
Muhammad Arif Pribadi kembali komandoi PFI Padang
Minggu, 1 Desember 2024 20:27 Wib
BMKG prakirakan cuaca sebagian besar wilayah Indonesia diguyur hujan
Minggu, 1 Desember 2024 8:34 Wib
Akademisi Unand paparkan tantangan pembangunan desa di Indonesia
Sabtu, 30 November 2024 15:22 Wib
BMKG prakirakan sejumlah kota besar di Indonesia diguyur hujan
Sabtu, 30 November 2024 8:31 Wib