Jakarta (ANTARA) - Pertengahan tahun depan, tepatnya dari 24 Mei sampai dengan 12 Juni 2021, Indonesia akan menjadi ajang untuk bertarungnya bakat-bakat paling menjanjikan dalam sepak bola dunia yang mungkin beberapa di antaranya adalah calon legenda baru sepak bola.
Indonesia berkesempatan mengulangi pengalaman Jepang menjadi saksi mulai melesatnya kebintangan Diego Maradona pada 1979, Nigeria dengan Ronaldhino pada 1999, Belanda dengan Lionel Messi pada 2005, Kolombia dengan Neymar pada 2011, Paul Pogba di Turki pada 2013, dan terakhir Erling Haaland pada 2019 di Polandia.
Akan menarik sekali bisa menyaksikan para calon bintang sepak bola dunia berkumpul dan bersaing di enam stadion terbaik Indonesia yang menjadi venue Piala Dunia U20 2021.
Keenam stadion itu adalah Stadion Utama Gelora Bung Karno di Jakarta, Stadion Pakansari di Bogor, Stadion Mandala Krida di Yogyakarta, Stadion Gelora Bung Tomo di Surabaya, Stadion Manahan di Solo dan Stadion Kapten I Wayan Dipta di Bali.
Sebagian bakat-bakat belia itu kemungkinan ada yang berasal dari akademi-akademi sepak bola terkemuka, seperti Barcelona, Ajax Amsterdam, Bayern Muenchen, Liverpool, Manchester United, Roma, Santos, Boca Juniors, atau Sporting Lisbon.
Ini pengalaman besar bagi pemain-pemain muda Indonesia dan sepak bola nasional bisa bertanding dalam atmosfer yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.
Rakyat Indonesia sendiri untuk pertama kalinya berkesempatan menikmati sebuah turnamen kelas FIFA di bumi sendiri.
Mungkin tahun itu sepak bola Indonesia sudah berada pada jauh meningkat levelnya, sehingga bisa mengimbangi bakat-bakat besar dunia atau memberi warna lain yang dunia akan mengingatnya atau bahkan untuk lahirnya pesepak bola nasional yang membuat liga-liga elite dunia menariknya.
Seandainya pun belum ke sana, Indonesia paling tidak bisa menghirup level kompetisi yang mungkin lebih ketat dari sebelum ini.
"Memang tak segede Piala Dunia, tapi tetap saja menarik. Saya pasti menontonnya, paling enggak dari televisi," kata Iwan Permana, warga kota Bandung fans berat Persib dan Barcelona, dalam sebuah obrolan singkat dengan ANTARA di sebuah rest area jalan tol Cipularang, dalam perjalanan menuju Stadion Si Jalak Harupat di Kabupaten Bandung, beberapa pekan lalu.
Ada jutaan fans sepak bola seperti Iwan, yang selain pendukung fanatik klub daerah dan timnas, juga menjadi penggemar fanatik klub-klub Eropa, yang akan berusaha keras memasuki stadion guna menonton pemain-pemain dari tim kesayangan mereka turun bermain di Nusantara demi membela negara mereka pada 2021.
Yang pertama
Piala Dunia U-20 2021 adalah turnamen FIFA pertama yang diadakan di Indonesia dan yang pertama di Asia Tenggara sejak turnamen ini berganti nama dari FIFA World Youth Championship menjadi FIFA U20 World Cup.
Malaysia adalah negara Asia Tenggara pertama yang menggelar sebuah turnamen FIFA ketika menjadi tuan rumah FIFA World Youth Championship 1997.
Pada turnamen ini edisi 2021, Indonesia lolos otomatis ke putaran final karena menjadi tuan rumah, bersama tiga wakil Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) lainnya yang tahun ini mulai berebut tiga tempat tersisa untuk Asia.
Kecuali Piala Dunia 1938 ketika Hindia Belanda mewakili wilayah yang memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 ini, Indonesia tak pernah tampil pada turnamen FIFA.
Bergairahnya sepak bola nasional beberapa tahun terakhir, bersaingnya kompetisi regional seperti Piala AFF, dan sukses besar Asian Games 2018 agaknya telah meyakinkan FIFA dalam memilih Indonesia untuk menuanrumahi Piala Dunia U-20 menyisihkan Brasil dan Peru.
Faktor penonton menjadi bagian instrumental dalam sebuah turnamen, dan khususnya sepak bola.
Dan dalam hal yang satu ini, Indonesia tidak akan mengecewakan FIFA, karena penonton bola Indonesia tidak saja besar sekali, tetapi juga sangat fanatik.
Pada 2014, Repucom, perusahaan riset pemasaran olah raga global merilis riset menarik dimana berdasarkan minat kepada sepak bola, 77 persen penduduk Indonesia menyukai sepak bola.
Angka Indonesia itu berada di atas negara-negara yang menjadi juara Piala Dunia; Argentina (72%), Spanyol (69%), Brasil (67%), Italia (67%), Jerman (61%), Inggris (52%), dan Prancis (46%).
Keberminatan itu paralel dengan persentase penonton pertandingan sepak bola Indonesia di televisi yang juga salah satu dari tiga teratas di dunia setelah Mesir 88 persen dan Nigeria 85 persen.
Dengan angka 74 persen, Indonesia sama dengan Brasil, tetapi berada di atas Argentina 66 persen, Italia 55 persen, Inggris 41 persen, Prancis 38 persen, Jepang 26 persen, China 24 persen.
Lebih besar lagi
Dengan angka-angka seperti itu, sulit meragukan Piala Dunia U-20 tahun depan tidak mengundang banyak penonton Indonesia. Sebaliknya, baik di stadion maupun dari layar kaca, penonton sepak bola Indonesia kemungkinan akan sama antusiasnya.
Prospek ini bisa sangat menyenangkan FIFA. Statistik ini bisa menjadi jaminan perhelatan FIFA di Indonesia tahun depan bakal sukses yang bisa saja melebihi antusiasme terhadap turnamen-turnamen sekelas ini sebelumnya.
Dan apabila Indonesia sukses membuat FIFA dan dunia sepak bola serta olah raga terkesan, dunia dapat menyimpulkan Indonesia siap menggelar turnamen-turnamen besar level global, tak cuma sepak bola, sekali pun Indonesia sejak lama melakukannya lewat bulu tangkis.
Manakala Indonesia dianggap sukses menyelenggarakan sebuah turnamen FIFA, bukan tak mungkin klub-klub elite Eropa reguler memasukkan Jakarta, Bandung, dan kota-kota lainnya pada daftar venue laga-laga eksibisi atau pramusim yang selama ini senantiasa memilih Singapura, Australia, China, atau Jepang.
Sukses Piala Dunia U20 pada 2021 juga bisa menjadi langkah awal Indonesia menuju pentas dunia yang lebih besar lagi, sehingga Indonesia untuk Piala Dunia 2034 atau Olimpiade bukan lagi pungguk merindukan bulan.
Salah satu bagian menarik lainnya dari Piala Dunia U20 adalah bakal hadirnya para pencari bakat yang ditugaskan klub-klub elite dunia guna mengintai calon-calon pemain baru menjelang bursa transfer pemain klub-klub sepak bola Eropa pascamusim.
Tak hanya itu, turnamen sekelas FIFA menawarkan spektrum peluang yang multiaspek bagi penyelenggaranya.
"Pada masa ini, menjadi tuan rumah turnamen-turnamen besar sepak bola bisa vital untuk kota dan negara, baik secara komersial, sosial maupun politik," tulis Repucom.
"Bahkan tuan rumah yang kalah bakal mengalami kenaikan volume perdagangannya karena turnamen sekelas itu menjadi pesan mereka terbuka untuk bisnis, lebih dari sekedar menyelenggarakan turnamen itu," sambung Forum Ekonomi Dunia dalam laporannya pada 2018.
Intinya, Piala Dunia U-20 tahun depan bisa menjadi langkah besar lainnya dalam membuka seribu jendela kesempatan bagi Indonesia guna bermetamorfosis menjadi salah satu aktor elite olah raga dunia.