Lubukbasung, (ANTARA) - Usaha pengolahan ikan asin di Nagari Tiku Lima Jorong, Kecamatan Tanjungmutiara, Kabupaten Agam, Sumatera Barat mengalami kerugian akibat ikan yang dijemur tidak kunjung kering karena saat ini sedang musim penghujan.
Salah seorang pengolah ikan asin di Labuhan, Yogi (26) di Lubukbasung, Rabu, mengatakan ikan yang dijemur belum kering padahal sudah satu minggu, dan ikan tersebut berulat.
"Kalau ikan berulat tidak bisa dijual untuk dikonsumsi, dan hanya bisa untuk pakan ternak dengan harga murah Rp2.000 per kilogram," katanya.
Selain ikan berulat, kualitas ikan asin yang dihasilkan juga tidak begitu bagus, dan harga dijual cukup murah sekitar Rp50 ribu per kilogram.
Sementara harga ikan asin yang menggunakan matahari cukup memiliki kualitas bagus dengan harga Rp60 ribu per kilogram.
"Kalau cahaya matahari bagus, hanya membutuhkan waktu dua hari untuk mengeringkan ikan asin," katanya.
Ia mengakui, kondisi ini terjadi semenjak September sampai November 2019, karena curah hujan cukup tinggi melanda daerah itu.
Kemungkinan curah hujan tinggi terjadi sampai Januari 2020.
"Dengan curah hujan tinggi ini produksi ikan asin hanya 100 dari 200 kilogram setiap bulan," katanya.
Ia menambahkan, ikan yang diolah itu diperoleh dari nelayan sekitar dengan harga Rp400 ribu per keranjang atau 50 kilogram.
Ikan asin itu dijual ke pasar tradisional di Agam dan Kota Padang dengan harga Rp60 ribu per kilogram.
Pengolah ikan asin lainnya, Zawirman (50) berharap bantuan dari pemerintah setempat berupa waring untuk menjemur ikan, wajan dan lainnya.
"Kami sangat membutuhkan bantuan peralatan untuk mengolah ikan asin," katanya. (*)