Alumni 212 bantah terlibat penganiayaan Ninoy

id Ninoy Karundeng, penganiayaan, Alumni 212, Bernard Abdul Jabbar, kerusuhan demonstrasi, aksi DPR

Alumni 212 bantah terlibat penganiayaan Ninoy

Ketua Dewan Pengurus Pusat Persaudaraan Alumni 212, Slamet Ma'arif (ketiga dari kanan), menjawab pertanyaan wartawan dalam konferensi pers di Sekretariat DPP PA 212, Jalan Condet, Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu (9/10/2019). (ANTARA/Andi Firdaus)

Jakarta (ANTARA) - Pengurus Pusat Persaudaraan Alumni 212 mengemukakan tidak ada kaitan pihaknya dengan kerusuhan demonstrasi massa di Senayan, Senin (30/9), yang berujung pada penganiayaan terhadap pegiat media sosial, Ninoy Karundeng.

"Informasi yang kita dapatkan dari kawan-kawan pengacara, ada memang dua aktivis PA 212 (di lokasi kejadian). Yang pertama Bernard Abdul Jabbar selaku Sekretaris Umum dan Wakil Bendahara kami yang kebetulan pengurus DKM Al Falah, Supriadi," kata Ketua DPP PA 212 Slamet Ma'arif dalam konferensi pers di Sekretariat PA 212, Kramatjati, Jakarta Timur, Rabu siang.

Berdasarkan informasi yang dihimpun pihaknya, keberadaan Bernard Abdul Jabbar yang kini berstatus tersangka intimidasi terhadap Ninoy di sekitar Masjid Jami Al Falaah saat kejadian adalah untuk menjemput anaknya yang ikut dalam aksi mahasiswa di Jakarta.

Pada Senin (30/9) siang, Bernard berobat ke klinik Dokter Solihin di Rawa Lumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat, sampai jam 17.00 WIB kemudian pulang ke rumah di Bekasi.

Sampai di rumah, Bernard mendapat informasi bahwa anaknya ikut aksi bersama mahasiswa di Jakarta sehingga Bernard dan istri mencari anaknya ke arah Senayan, Jakarta Pusat sekitar pukul 19.00 WIB.

Saat di perjalanan, Bernard mendapat informasi banyak korban kericuhan demonstrasi mahasiswa dan pelajar di Masjid Jami Al Falah yang berjarak sekitar 1 kilometer dari Gedung DPR RI Senayan.

"Sehingga Bernard dan istrinya menuju Masjid Jami Al Falah karena di mobil ada peralatan medis P3K seperti perban, Betadine, Oksigen, dan lainnya," katanya.

Setelah sampai di masjid, Bernard dan istri membantu korban yang ada dengan P3K.

"Ketika sedang membantu korban, Tiba-tiba Bernard mendengar keributan karena ada yang diduga penyusup yang dihakimi masa," kata Slamet.

Secara spontan Bernard menyelamatkan dan melindungi yang diduga penyusup bernama Ninoy Karundeng dari amukan masa.

"Bahkan Bernard menasehati Ninoy untuk jangan keluar dulu karena berbahaya sebab di luar, masa masih marah," katanya.

Bahkan Slamet menyebut bahwa Ninoy sempat mengucapkan terima kasih pada Bernard sambil mencium tangan Bernard.

"Setelah itu Ninoy diajak duduk dan istirahat dengan kondisi aman," katanya.

Setelah situasi dianggap aman, kata dia, sekitar pukul 03.00 WIB Bernard pulang ke rumah.

Pengacara Bernard Abdul Jabbar, Aziz Yanuar, membantah massa yang terlibat menganiaya Ninoy berasal dari kalangan Alumni 212.

"Pihak yang menghakimi Ninoy adalah massa 'cair' yang kita tidak tahu sama sekali siapa mereka," katanya.