Padang, (Antaranews Sumbar) - Pengamat bidang politik dan pemerintahan dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumbar, Dr Asrinaldi menilai kampanye konvensional atau secara dialog antara calon dan masyarakat lebih efektif dalam pilkada dibanding secara teknologi.
"Persoalannya dengan dialog terbuka antara calon kepala daerah dan masyarakat akan ada pembelajaran politik bermanfaat," kata dia di Padang, Senin.
Dia menjelaskan pembelajaran politik ini muncul karena masyarakat akan melihat secara langsung kejujuran dan sikap dari calon kepala daerah.
Hal ini akan lebih efektif untuk memberikan suara dibanding kampanye menggunakan teknologi seperti melalui media sosial.
Sebab saat ini masyarakat cukup cerdas dalam menerima informasi dan kampanye melalui teknologi tersebut, sulit diketahui kejujuran atau keseriusan calon dalam pilkada.
Sebagian besar calon yang sukses dan menjadi kepala daerah telah mempraktikkan sistem dialog terbuka tersebut.
Alangkah lebih baik bila hal tersebut ditangkap oleh pemangku kepentingan seperti partai politik, KPU dan Banwaslu dalam bentuk inovasi dalam pilkada.
Sebab sejauh ini tahapan kampanye dari tahun ke tahun masih sebatas ritual dalam pilkada atau pemilu saja.
Dengan berubahnya pemikiran pemangku kepentingan tersebut tentu akan menciptakan kampanye dan pilkada yang berkualitas.
Misalnya dalam mengenalkan pilkada bukan dari sisi kegiatan pemilihan secara politik sama.
Dengan harapan masyarakat termotivasi dan mengubah sikap politiknya sehingga pimpinan yang terpilih berdasarkan pilihan mayoritas dan berkualitas. (*)