Presiden: Imlek Memupuk Persaudaraan dan Toleransi

id Presiden: Imlek Memupuk Persaudaraan dan Toleransi

Jakarta, (Antara) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai bahwa perayaan tahun baru Imlek telah menjadi bagian penting budaya Indonesia yang kehadirannya telah memupuk dan mengikat semangat persaudaraan dan toleransi. "Tahun baru Imlek telah menjadi bagian penting dalam kehidupan bangsa Indonesia, yang kehadirannya makin memupuk dan mengikat rasa persaudaraan, kekeluargaan dan semangat toleransi," kata Presiden Yudhoyono saat menghadiri perayaan tahun baru Imlek nasional 2564 di Jakarta Convention Center (JCC), Selasa sore. Menurut Presiden, perayaan tahun baru Imlek tidak hanya disambut dengan suka cita oleh umat khonghucu dan masyarakat tionghoa tetapi juga disambut meriah oleh segenap warga bangsa di seluruh tanah air. "Dalam 14 tahun terakhir kemeriahan perayaan Imlek telah menjadi pesta rakyat," ujarnya seraya menyebutkan bahwa perayaan itu telah menjadi warna-warni budaya dan bukan sekedar perayaan tahun baru. Perayaan Imlek tahun kali ini bertema "Rasa Malu Besar Artinya bagi Manusia" dan diselenggarakan oleh Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN). Menurut Sekretaris Dewan Rohaniawan MATAKIN Budi S Tanuwibowo dalam keterangan tertulisnya, tema itu sengaja diangkat untuk menyegarkan kembali kesadaran tentang arti pentingnya hidup lurus sesuai tata nilai yang seharusnya dijunjung tinggi setiap insan, utamanya terkait dengan kejujuran dan pantang korupsi. Disebutkan pula bahwa Nabi Khongcu dan cicit muridnya menegaskan bahwa sesungguhnya perbedaan antara manusia dengan hewan amatlah tipis, yaitu ada tidaknya rasa tahu malu Ia juga mengatakan bahwa perayaan Imlek tingkat nasional dalam 14 tahun terakhir selalu dihadiri oleh presiden yaitu dua kali di zaman pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, tiga kali di zaman Presiden Megawati Soekarnoputri dan sembilan kali di masa Presiden Yudhoyono. Turut mendampingi Presiden Yudhoyono dalam kesempatan itu antara lain Ibu Ani Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono, Ibu Herawati Boediono, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari dan sejumlah staf khusus presiden. Hadir pula Ibu Shinta Nuriyah Wahid dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahya Purnama. Acara tersebut juga dimeriahkan oleh seni pertunjukan Barongsai dan warna merah yang sangat identik dengan masyarakat Tionghoa. (*/jno)