Ketika selebritis menjadi "pemulung" sampah di Bali

id pantai

Ketika selebritis menjadi "pemulung" sampah di Bali

Ilustrasi pantai. (Antara Sumbar/Syahrul Rahmat/)

Gianyar, Bali (Antaranews Sumbar) - Hamish Daud, aktor film yang dikenal ganteng, Sabtu (24/2) pagi sekitar pukul 07 Wita, dengan semangat memunguti sampah menggunakan capit yang terbuat dari kayu di Pantai Kuta, Kabupaten Badung, Bali.

Bukan hanya Hamish Daud, ada lagi selebritis lainnya yang menjadi pemulung sampah dadakan. Dia adalah Eka Rock, musisi grup band Superman Is Dead yang juga dengan semangat memunguti sampah-sampah di Pantai Kuta, yang terkenal di kalangan turis di Pulau Dewata itu.

Selain selebritis, beberapa aktivis lingkungan hidup juga tampak sibuk, capit sana capit sini, memunguti sampah. Mereka adalah Melati Wijsen dan adiknya Isabela Wijsen, pendiri lembaga swadaya masyarakat (LSM) "Bye Bye Plastic Bag" dan Suzy Hutomo, Aktivis Lingkungan Founder SustainableSuzy.com dan Presdir The Body Shop Indonesia, sibuk menggali-gali pasir untuk mencapit sampah organik dan non organik yang dibuang sembarangan oleh para turis.

"Pagi ini, beberapa selebritis dan aktivis lingkungan hidup serta pejabat menjadi pemulung sampah dadakan," kata Safri Burhanuddin, Deputi IV Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Kemaritiman), sambil tertawa.

Bangsa Indonesia mendapat tamparan keras dari hasil penelitian Dr Jenna Jambeck, pengajar Universitas Georgia. Hasil penelitian Jambeck tahun 2015 menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut yang tercatat sebesar 187,2 juta ton setelah China yang mencapai 262,9 juta ton, kata Safri.

Bebas Sampah

Pemerintah Indonesia bertekad dan telah mendeklarasikan negara ini bebas dari sampah pada tahun 2025. "Aksi para selebritis, aktivis lingkungan hidup dan pejabat pemerintah memunguti sampah sampai di Pantai Kuta adalah wujud nyata dan bagian promosi stop pencemaran sampah di laut," kata Safri Burhanuddin, Deputi IV Kemenko Kemaritiman.

"Kegiatan pagi ini merupakan prakarsa Melati Wijsen, remaja putri yang peduli terhadap stop pencemaran sampah plastik. Dalam mewujudkan Indonesia bebas sampah tahun 2025, bukan hanya tugas pemerintah, tapi harus didukung oleh partisipasi masyarakat," katanya.

Melati Wijsen dan Isabela Wijsen, remaja putri, yang masih berumur 17 tahun dan 15 tahun. Keduanya adalah pendiri LSM "Bye Bye Plastic Bags" dan "Satu Pulau Satu Suara" yang sangat peduli terhadap aksi dan promosi stop pencemaran sampah plastik.

Tahun lalu, tepatnya pertengahan Juni 2017, kedua remaja putri asal Bali itu, diundang ke kantor PBB di New York, Amerika, untuk berpidato pada acara World Ocean Day 2017 menjelaskan aksi genderang perang terhadap sampah plastik melalui LSM nya "Bye Bye Plastic Bag". Dan, menargetkan Bali bebas sampah plastic.

Tak lama kemudian, tepatnya pertengahan November 2017, Melati dan Isabel Wijsen meraih penghargaan "Bambi" di Jerman atas aksi dan upayanya memerangi sampah.

"Kampanye Satu Pulau Satu Suara (One Island One Voice) tahun ini semakin diperluas di lebih dari 100 lokasi di Bali dari 55 lokasi pada 2017, dengan mengajak lebih kurang 25.000 orang partisipan dibandingkan 12.000 partisipan tahun 2017," kata Melati Wijsen.

"Kampanye kali ini tidak hanya berpusat di Bali, namun juga mengajak partisipasi masyarakat di seluruh penjuru Indonesia untuk bersama-sama melakukan kegiatan bersih-bersih," tambah Melati.

Aksi bersih-bersih sampah di Pantai Kuta itu merupakan prakarsa komunitas "Satu Pulau Satu Suara" yang dimulai dari darat, pinggiran sungai, hingga sepanjang pesisir pantai di wilayah tempat tinggal mereka masing-masing.

"Kampanye Satu Pulau Satu Suara ingin melakukan sesuatu yang lebih dari hanya meningkatkan kesadaran mengenai masalah sampah plastik tetapi kami juga ingin memberikan contoh bahwa organisasi, dunia usaha, desa dan individu menciptakan solusi masing-masing untuk mengurangi sampah plastik sehingga yang lain bisa melakukan hal yang sama," tutur Melati Wijsen.

Upaya Sederhana

Sangat mudah untuk menjadikan Indonesia bebas dari sampah seperti yang dilakukan oleh Hamisd Daud, suami dari penyanyi kondang Raisa, dan Suzy Hutomo, Presdir The Body Shop Indonesia. Asal ada kemauan maka ada jalan.

Hamish mengatakan, "Sebagai orang yang tumbuh besar di Bali, laut seakan menjadi rumah kedua. Kedekatan dengan laut yang membuat saya menyadari bahwa kondisi laut semakin hari semakin memburuk. Salah satu penyebabnya adalah sampah plastik. Langkah sederhana yang saya lakukan adalah mengurangi sampah plastik adalah dengan membawa botol isi ulang kemanapun ia berpergian dan tidak lagi minum menggunakan sedotan plastik.

"Pemakaian sedotan plastik sekarang telah menjadi lifestyle. Semenjak melihat dokumentasi dari pemakaian sedotan plastik yang berimbas buruk bagi lingkungan dan species laut, maka saya tidak pernah lagi memakai sedotan, apalagi jika sedang traveling. Tidak menjadi masalah tanpa sedotan, cobalah jadi kreatif dari pada menggunakan sampah plasik," kata Hamish.

Aktivis lingkungan hidup, Suzy Hutomo Presdir The Body Shop Indonesia yang ikut jadi pemulung dadakan di Kuta, mengatakan, sejak tahun 2008 perusahaan produk kecantikannya peduli terhadap sampah plastik dari kemasan produknya.

"Kami mengeluarkan program 'Back Our Bottle' (BBOB) kembalikan botol kami merupakan gagasan untuk mengelola sampah kemasan. Program ini sudah berjalan lebih dari sepuluh tahun dan berhasil mendapatkan penghargaan. Berdasarkan data selama tahun 2017, sekitar 1,2 juta kemasan kosong The Body Shop® dikembalikan oleh pelanggan," kata Suzy.

Haruki Agustina, Kasubsit Sampah Spesifik dan Daur Ulang, Direktorat Pengelolaan Sampah, Ditjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mengapresiasi semangat kampanye Satu Pulau Satu Suara, dengan melakukan aksi bersih-bersih pulau yang diselenggarakan di Bali.

"Aksi ini juga bertepatan dengan peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2018," kata Haruki.

Beberapa aktivis lainnya seperti I Made Gunarta, Baga Palemahan (Komite Departemen Lingkungan Desa) Pakraman Padangtegal Ubud dan I Ketut Mertaadi Co-founder and owner EcoBali tampak ikut jadi pemulung sampah dadakan di Kuta.