Menunggu Tuah Branding "Taste Of Padang"

id Taste of Padang

Menunggu Tuah Branding "Taste Of Padang"

Foto bersama peserta rapat paripurna penetapan "Branding" wisata Sumbar. (bb)

Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno memutuskan slogan "Taste of Padang" tetap menjadi "branding" wisata daerah itu setelah mendengarkan pendapat berbagai pihak dalam Focus Group Discussion (FGD) pada 22 Desember 2017.

Setelah itu, semua kegiatan wisata di daerah itu, maupun untuk promosi keluar daerah akan menggunakan slogan "Taste of Padang". Slogan yang berisi janji pada calon wisatawan yang ingin berkunjung bahwa Sumbar memiliki cita rasa yang luar biasa, baik untuk kuliner maupun seni budaya.

Bagi yang pernah ke Sumbar tentu memahami, slogan itu bukan hanya sekadar janji, misalnya kuliner di daerah itu hanya memiliki dua kategori, enak dan sangat enak.

Rendang merupakan salah satu contoh terbaik. Kuliner khas Sumbar ini didaulat menjadi kuliner terenak se-dunia versi situs berita CNN dua tahun berturut-turut yaitu 2016 dan 2017.

Situs berita itu merilis daftar 50 makanan terenak sedunia lewat 35.000 voting di media sosial Facebook dan hasilnya, rendang khas Sumbar kembali menduduki peringkat pertama.

Selain rendang, banyak kuliner khas lain yang sangat menggugah selera seperti itiak lado ijau (itik cabai hijau), kalio jariang (kalio jengkol), gulai talua ikan ameh (gulai telur ikan mas).

Kuliner khas itu bahkan ada pada masing-masing 19 kabupaten dan kota di Sumbar, hingga tidak salah bila petualangan ke Sumbar adalah sebuah petualangan cita rasa yang luar biasa.

Seni dan budaya juga merupakan "cita rasa" lain yang bisa dinikmati wisatawan yang datang ke Sumbar. Serupa dengan kuliner, 19 kabupaten dan kota di daerah itu juga memiliki ke-khas-an masing-masing.

Data Dinas Kebudayaan setempat, untuk pakaian adat perempuan saja, variannya bisa lebih dari 100. Kekayaan adat budaya di Sumbar itu bisa dipahami dengan frasa "adat salingka nagari" atau adat bisa berbeda tiap nagari (setingkat desa). Sementara jumlah desa dan nagari di Sumbar sekitar 900-an.

Gubernur Irwan Prayitno menyebutkan slogan "Taste of Padang" itu tidak datang begitu saja, tetapi melalui proses panjang melewati beberapa kali Focus Group Discussion melibatkan perwakilan 19 kabupaten dan kota, asosiasi dan pelaku industri pariwisata, akademisi, media dan masyarakat.

Selain itu juga dilakukan beberapa kali survei dan studi oleh konsultan hingga akhirnya muncul "Taste of Padang".

Slogan itu disepakati oleh seluruh bupati dan walikota di Sumbar sehingga legitimasi untuk penggunaannya sebagai "branding" wisata daerah sudah cukup kuat.

Meski demikian ia mengatakan tidak ada pemaksaan untuk menggunakan slogan itu pada kabupaten dan kota.

Slogan "Taste of Padang" itu sebelumnya menuai banyak kritikan tidak saja dari masyarakat umum, tetapi juga dari akademisi, pemerhati pariwisata, budayawan bahkan media.

Banyak suara yang mendorong agar slogan itu diganti dengan slogan lain yang lebih merepresentasikan pariwisata 19 kabupaten dan kota di Sumbar. Banyak pula yang mengusulkan melalui media sosial bahkan media arus utama.

Padahal, slogan itu sudah ditetapkan oleh Wakil Gubernur Sumatera Barat, Nasrul Abit pada 24 November 2017. Penetapan itu juga tidak sepihak, tetapi berdasarkan kesepakatan bersama dengan kepala daerah atau perwakilannya dalam rapat paripurna pada salah satu hotel di Padang.

Dalam kesempatan itu konsultan yang ditunjuk untuk melakukan kajian "branding" pariwisata Sumbar, Ahmad Makruf mengatakan proses yang dilalui untuk survei, kajian serta diskusi sudah cukup panjang menghabiskan waktu sekitar dua bulan.

Logo Wonderfull Indonesia sebagai "brand" utama menjadi pedoman dalam membuat "branding" itu. Artinya bentuk logo tidak boleh jauh berbeda dan warna yang digunakan juga harus disesuaikan.

Ia menyebutkan Sumbar memiliki kekayaan adat dan budaya serta keindahan alam. Semua itu harus dikerucutkan menjadi sebuah "branding" berupa frasa sederhana yang mudah diingat dan menarik, sekaligus menggambarkan keunggulan wisata Sumbar.

Untuk logo berdasarkan hasil survei, Rumah Gadang paling merepresentasikan Sumbar dengan persentase 85 persen dibandingkan Jam Gadang (9 persen) dan rendang (6 persen).

Kemudian kata "Padang" paling merujuk pada Sumbar dengan persentase 75 persen dibandingkan Minangkabau (19 persen) dan West Sumatera (9 persen).

Kata "Padang" itu, sekaligus merujuk pada keunggulan soal rasa, terutama terkait kuliner. Karena itu slogan yang diusung mengarah pada unsur rasa (taste).

Puluhan slogan yang diusulkan sebelumnya seperti "rancak bana", "Padang the Soul of Minang", "Soul of Padang", "Saluang", "Bundo Kanduang" dan "Taste of Padang Culture of Minang", kemudian mengerucut terus hingga akhirnya tinggal satu.

Melalui proses panjang, maka siluet Rumah Gadang dengan lima warna sesuai warna pada logo Wonderfull Indonesia dinilai paling tepat untuk "branding", sementara slogan yang diambil adalah Taste of Padang Culture of Minang.

Meski telah melalui semua tahapan yang dibutuhkan untuk merumuskan slogan untuk "branding daerah" namun tidak langsung diterima oleh semua pihak, terutama Bupati Kepulauan Mentawai, Yudas Sabaggalet.

Hal itu berkaitan dengan budaya dan sejarah Mentawai yang terpisah dari Minangkabau. Karena itu memaksakan frasa Culture of Minang sama halnya dengan menyingkirkan Mentawai dari peta pariwisata Sumbar.

Padahal Mentawai adalah salah satu tujuan wisata turis mancanegara, terutama untuk menikmati gelombang dan ombak untuk olahraga surfing.

Keseriusan Mentawai untuk pengembangan pariwisata juga telah ditunjukkan dengan menolak beragam bentuk investasi lain, seperti di bidang perkebunan sawit.

Karena itu, "branding" wisata harus bisa mengakomodasi pariwisata Mentawai.

Pendapat itu didukung Wakil Bupati Padangpariaman Suhatri Bur dan Bupati Solok Gusmal yang mengingatkan bahwa "branding" yang dibuat benar-benar harus merepresentasikan Sumbar secara utuh.

Berdasarkan pertimbangan itu, akhirnya, "branding" wisata Sumbar yang disepakati adalah Taste of Padang.

"Branding" itu diharapkan bisa menunjukkan keunggulan wisata daerah agar menarik minat wisatawan untuk berkunjung.

Ketua ASITA Sumbar, Ian Hanafiah mengatakan penetapan "branding" itu seharusnya dilakukan sejak jauh-jauh hari agar pengembangan wisata Sumbar itu jelas dan apa yang hendak dijual oleh pengusaha perjalanan wisata di luar daerah untuk menarik wisatawan juga jelas.

Meski demikian, ASITA mengapresiasi branding wisata Sumbar yang ditetapkan yaitu, "Taste of Padang" dengan alasan sudah cukup untuk merepresentasikan seluruh kabupaten dan kota di Sumbar dan pengusaha perjalanan wisata akan menyambut antusias hal itu.

Potensi berbeda

Namun khusus untuk Mentawai ia menilai harus punya "brand" sendiri, karena memiliki budaya dan potensi yang berbeda dengan daerah lain di Sumbar, salah satunya untuk olahraga surfing. Keunggulan itu bisa menjadi "jualan" tersendiri untuk mendatangkan wisatawan.

Hal itu juga tidak akan merugikan wisata Sumbar, karena pintu kedatangan wisatawan adalah melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padangpariaman dan harus melanjutkan perjalanan lewat laut melalui dermaga di Kota Padang.

Lebih jauh ia mengatakan penetapan "branding" itu tidak boleh membuat pemerintah dan pihak terkait pariwisata di daerah itu merasa puas, karena itu baru langkah awal.

Banyak hal lain yang harus menjadi perhatian seperti infrastruktur penunjang destinasi wisata, kebersihan terutama untuk toilet, standarisasi harga kuliner dan pemahaman masyarakat terhadap pariwisata.

Tanpa itu pariwisata Sumbar yang memiliki potensi sangat besar, akan sulit berkembang dan bersaing dengan destinasi lain di luar provinsi itu.

Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi sangat lengkap dalam bidang pariwisata. Wisata alam tersedia lengkap mulai dari bahari, perbukitan lembah dan gunung. Potensi itu diperkuat lagi dengan keragaman budaya yang memikat serta kuliner yang terkenal lezat.

Patut ditunggu tuah dari slogan "Taste of Padang" untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Sumbar sebagai pendukung program kunjungan 15 juta wisman tahun 2017 dan 20 juta tahun 2019. (*)