Batusangkar, (Antara Sumbar) - Pakar Semiotika atau Ilmu Tanda dari Sumatera Barat, Nas Bahri mengemukakan beberapa bukti selain prasasti atau batu bersurat yang merupakan tinggalan Hindu-Buddha di kawasan Pariangan Tanah Datar.
Nas Bahri yang pernah menjadi tenaga pengajar di Universitas Negeri Padang (UNP) dan Universitas Bung Hatta (UBH) tersebut menyebutkan selama ini masyarakat hanya mengetahui yang menjadi tingalan Hindu-Buddha adalah Batu Bersurat.
"Terdapat beberapa bukti lain yang tidak pernah disadari secara langsung oleh masyarakat dan bukti tersebut ada di sekitar mereka," katanya di Pariangan, Rabu.
Ia menjabarkan, bukti-bukti tersebut di antaranya adalah adanya Lingga dan Yoni di komplek Kuburan Panjang atau Makam Tantejo Gurhano. Akan tetapi sangat disayangkan sekarang tinggalan tersebut telah hilang.
Selain itu dari segi penamaan, di daerah Pariangan terdapat satu lokasi yang bernama Biaro. Biaro atau Biara sendiri berasal dari kata Wihara atau Vihara yang merupakan tempat beribadah umat Buddha.
Bukti lain menurutnya adalah adanya visualisasi Lingga dan Yoni berupa ornamen dinding bagian luar rumah gadang, sebagai mana yang diketahui Linga dan Yoni merupakan tinggalan dari ajaran Hindu.
Selanjutnya motif ukiran Puluik-puluik yang ada di rumah gadang juga merupakan bentuk visualisasi dari kendi yang berisi air. Kendi ini dapat ditemukan pada setiap candi sebagai bentuk pemujaan terhadap Dewi Sri.
Ia menambahkan, hal tersebut tidak menjadi perhatian oleh masyarakat lantaran pada umumnya tradisi diturunkan berupa alam bawah sadar kolektif, yaitu masyarakat hanya menerima segala sesuatu dari pendahunya tanpa mengetahui makna dari tradisi tersebut.
"Ketika datang akademisi yang mengkaji hal tersebut biasanya akan muncul persinggungan dengan masyarakat tidak mengetahui makna dari tradisi yang telah mereka jalankan," tambahnya.
Sementara itu Ketua Teknis Kajian Pengembangan Kawasan Pariangan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Batusangkar, Azwar mengatakan kawasan Pariangan memiliki banyak tinggalan cagar budaya yang dapat diteliti guna mengetahui perjalanan sejarah daerah tersebut.
"Bedasarkan kajian tahun lalu, maka tahun ini kami menfokuskan penelitian ke sekitar kawasan Pariangan karena dinilai memiliki banyak tinggalan dan sejarah yang belum tergali sepenuhnya," katanya. (*)