TMMD Dorong Kemandirian Ekonomi Masyarakat Nagari

id TMMD

TMMD Dorong  Kemandirian  Ekonomi  Masyarakat  Nagari

Sejumlah prajurit TNI dari Satuan Tugas (Satgas) Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke 99 sedang bergotong royong membangun jalan yang menghubungkan Nagari Koto Rantang Kecamatan Palupuah ke Nagari Sipinang Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam Sumatera Barat, Selasa (25/7). Kegiatan TMMD ini dimulai dari tanggal 2 Juli hingga 2 Agustus 2017 dengan melibatkan personel TNI sebanyak lebih kurang 150 orang yang berasal dari berbagai satuan yang ada di Sumbar, seperti Kodim 0304 Agam, Satuan Batalyon Infanteri 133 / Yudha Sakti, Satuan Batalyon Infanteri 131 / Braja Sakti, Detasemen Zeni Tempur (Denzipur) serta Perbekalan dan pengangkutan (Bekang). (Antara Sumbar/Syahrul Rahmat/17)

Agam, (Antara Sumbar) - Dari kejauhan, dentingan logam terdengar sayup-sayup memecah keheningan malam, sesekali suara itu ditingkahi tawa sekelompok orang yang saling melempar canda.

Hari menunjukkan pukul 21.30 WIB ketika bayang-bayang beberapa orang pria terlihat tengah asyik mengayun cangkul di bawah penerangan seadanya.

Malam itu merupakan hari ke-24 semenjak resmi dibukanya program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-99 di Kenagarian Koto Rantang Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Lebih kurang sebanyak 150 personel diturunkan untuk pembukaan jalan yang akan menghubungkan Nagari Koto Rantang Kecamatan Palupuah dan Nagari Sipinang Kecamatan Palembayan.

Selain Komando Distrik Militer (Kodim) 0304 Agam, beberapa kesatuan yang ada di Sumbar pun ikut terlibat, yaitu Satuan Batalyon Infanteri 133 / Yudha Sakti, Satuan Batalyon Infanteri 131 / Braja Sakti, Detasemen Zeni Tempur (Denzipur) serta Perbekalan dan pengangkutan (Bekang).

Guna mencapai hasil yang maksimal dan tepat waktu, semenjak 23 Juli 2017 intensitas pengerjaan proyek TMMD semakin ditingkatkan dengan diberlakukannya lembur hingga dini hari.

Untuk pengerjaan pada siang hari TNI juga melibatkan masyarakat sekitar guna ikut bergotong royong, setidaknya dari beberapa jorong atau dusun terdapat 25 bantuan yang ikut menyumbangkan tenaga.

Diberlakukannya lembur sudah dimulai semenjak tanggal 23 Juli dengan membawa seluruh perlengkapan penunjang ke lokasi kerja, seperti tenda serta perlengkapan masak dan makan untuk seluruh anggota.

Komandan Kodim 0304 Agam, Letkol Kav Salim Kurniawan Dewantara mengatakan untuk siang hari pengerjaan dimulai dari pukul 08.00 WIB hingga 17.00 WIB. Sementara untuk jadwal lembur dimulai setelah shalat maghrib hingga pukul 01.00 WIB dini hari.

"Apa yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain harus bisa dilakukan oleh TNI," katanya di sela-sela lembur yang hampir melibatkan 100 orang angota tersebut.

Untuk mencapai target yang telah ditentukan yaitu hanya satu bulan pengerjaan maka lembur akan terus dilakukan hingga beberapa hari ke depan.

Waktu yang disediakan untuk kegiatan TMMD ke-99 ini hanya selama satu bulan yang sudah dimulai sejak 2 Juli hingga 2 Agustus 2017.

Untuk mencapai Jorong Paraman Nagari Sipiang yang merupakan kampung di ujung jalan dibuka jalan sepanjang 5,7 kilometer yang selanjutnya juga akan dilakukan pengerasan.

Lebih lanjut Salim menyebutkan biasanya pengerjaan proyek ini memakan waktu setidaknya tiga bulan, akan tetapi karena yang bekerja adalah TNI yang juga dibantu oleh masyarakat maka waktu yang tersedia hanya satu bulan.

Ia menambahkan sebenarnya jalan sepanjang 5,7 kilometer tersebut belum sampai ke Jorong Paraman yang merupakan kampung yang akan dituju.

"Posisi kita di sini adalah membantu pemerintah, jadi terkait pemilihan lokasi serta persoalan panjang jalan yang akan dibuka sudah disiapkan oleh permerintah daerah setempat," katanya.

Tingkatkan Perekonomian

Letkol Kav Salim Kurniawan yang juga merangkap Dansatgas TMMD menyebutkan kegiatan itu merupakan salah satu upaya untuk membantu program pemerintah di bidang ekonomi kerakyatan.

Ia menuturkan selama ini masyarakat mengalami kesulitan untuk membawa hasil alam maupun pertanian mereka menuju Bukittinggi untuk diperjualbelikan.

Sebelum dilakukannya TMMD jalan yang mereka gunakan menuju Bukittinggi hanya jalan setapak yang hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua.

Sebenarnya ada jalan lain yang dapat dipergunakan oleh masyarakat untuk membawa hasil pertanian mereka menuju Bukittinggi, akan tetapi membutuhkan waktu tempuh yang lebih lama.

Hasil pertanian masyarakat seperti kulit kayu manis, singkong, padi, rempah dan lain sebagainya akan semakin mudah untuk dipasarkan ketika jalan ini selesai.

Menurut dia, nantinya masyarakat akan dapat menikmati hasil dari pembangunan jalan ini, karena dengan mudah dapat menjual hasil pertanian hingga meningkatkan perekonomian mereka.

"Jadi dengan program ini TNI dapat membantu pemerintah untuk membuka akses bagi daerah-daerah tertinggal yang nantinya akan meningkatkan ekonomi kerakyatan," ujarnya.

Secara terpisah, ketua Badan Musyawarah (Bamus) Nagari Sipinang, Em Nadri Datuak Putiah menyampaikan cukup besar manfaat yang akan diperoleh masyarakat dengan dibangunnya jalan ini.

Ia menyebutkan dengan adanya pembangunan jalan ini akan mempermudah masyarakat untuk menjual hasil tani ke Bukittinggi.

Beberapa hasil alam yang sangat berpotensi dari kampung tesebut menurutnya adalah rempah berupa kulit kayu manis, pinang, kapulaga dan kemiri sementara yang paling melimpah adalah padi.

Akses Informasi

Tidak dapat dimungkiri akses jalan adalah hal utama yang dibutuhkan untuk meningkatkan perekonomian serta sumber daya manusia yang ada di suatu daerah.

Salah seorang warga, Hendri Gunawan menyebutkan pembangunan jalan melalui TMMD membuat masyarakat di daerah terpencil dapat merasakan pemerataan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah.

Menurutnya ketika akses jalan sudah memadai akan mempermudah akses menuju pusat pemerintahan, pusat pendidikan serta pusat perekonomian.

"Yang paling penting masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi, karena selama ini masyarakat susah mendapat informasi," ujarnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, sebelumnya untuk menempuh jalan sejauh tujuh kilometer guna mencapai jalan lintas menghabiskan waktu selama 3 jam dengan berjalan kaki.

Lima tahun belakangan jalan tersebut mulai dilalui oleh kendaraan roda dua, akan tetapi masih tergantung dengan kondisi cuaca, sebab pada musim hujan jalan tersebut berisiko untuk dilalui.

Hendri menyebutkan sejauh ini tidak ada masyarakat yang meminta ganti rugi karena lahan mereka terpakai untuk pembangunan jalan, bahkan mereka rela ketika pembangunan tersebut harus melalui lahan yang tanamannya sedang berbuah.

Selain itu ia juga mengharapkan agar pembangunan jalan ini dilakukan dengan tuntas, sebab pada TMMD kali ini hanya membuka jalan sepanjang 5,7 kilometer, sementara masih tersisa lebih kurang 1,4 kilometer lagi untuk dapat mencapai kampungnya.

"Kami benar-benar berharap agar pembangunan jalan ini tidak hanya sampai di sini, akan tetapi dapat dilanjutkan dengan menyelesaikan sisa jalan yang belum tersentuh agar masyarakat benar-benar dapat merasakan manfaatnya," katanya. (*)