Sebagai primata yang dikenal cukup pintar, beruk (kera besar yang berekor pendek dan kecil) memang bisa dilatih, seperti memetik kelapa. Bahkan, di Padangpariaman, Sumatera Barat, ada sekolah khusus untuk mengajarnya menjadi mahir.
Di daerah itu juga ada pasar khusus untuk jual beli beruk. Untuk beruk jantan bisa dijual Rp120 ribu per ekor, sedangkan beruk betina lebih mahal sebesar Rp250 ribu/ekor, baik yang usia anak-anak maupun dewasa. Namun, untuk seekor beruk yang sudah terlatih, harganya dapat mencapai di atas Rp1 juta.
Harga beruk betina lebih mahal karena ketika sudah dewasa tidak akan melawan kepada tuannya, sedangkan beruk jantan lebih sulit dan sering menggigit, kata Buyung, penjual beruk di Padangpariaman.
Ia mengaku mendatangkan beruk dari Rao dan Panti, Kabupaten Pasaman. Warga membeli binatang itu untuk membantunya memetik buah kelapa.
Populasi beruk di Pasaman memang relatif banyak dan sangat meresahkan masyarakat karena menjadi hama petani.
Buyung mengatakan bahwa beruk tersebut berasal dari alam liar dan belum mengerti perintah dari manusia. Oleh karena itu, harus dilatih terlebih dahulu.
"Beruk-beruk liar ini pertama kali tidak jinak dan terus meronta ketika diikatkan rantai ke lehernya," ujarnya.
Untuk latihan memetik buah kelapa, kata Buyung, ada warga atau pembeli yang sudah terbiasa melatih. Namun, bisa juga dilatihkan oleh pelatih khusus.
Pelatih khusus beruk biasanya memasang tarif Rp300 ribu sampai dengan beruk tersebut bisa memetik kelapa.
Ia menjelaskan bahwa latihan itu tergantung pada kemampuan beruk itu sendiri. Ada yang hanya sebulan, bahkan ada yang setahun dilatih tidak juga bisa.
"Sama seperti manusia, beruk juga tergantung pada bakat. Kalau memang bodoh sejak kecil, susah melatihnya," kata Buyung yang mengurung beruk-beruknya di kandang besi.
Kampanye Perlindungan Beruk
Berawal dari keprihatinan terhadap perlakuan kurang manusiawi terhadap beruk, membuat Iggoy Elfitra tergerak mengampanyekan perlindungan hewan yang nama latinnya macaca nemestrina itu lewat komik.
Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai pewarta foto tersebut kerap menyaksikan secara langsung bagaimana hewan yang oleh masyarakat di Kabupaten Padangpariaman mengikuti latihan sebagai pemetik kelapa. Binatang itu mendapatkan siksaan dari majikan, mulai dari pukulan hingga hardikan, jika tidak mematuhi perintah.
"Waktu itu saya berpikir beruk adalah binatang yang pintar karena bisa dilatih dan meringankan pekerjaan manusia. Akan tetapi, hewan ini sering mendapat siksaan dari induk semang selaku pemilik," kata Iggoy menceritakan ketertarikannya kepada hewan yang saat ini belum masuk kategori dilindungi.
Akhirnya, Iggoy memutuskan untuk menjadikan beruk sebagai salah satu ikon utama dalam komik strip yang dia garap sejak 2015.
Komik strip adalah komik yang hanya dibuat satu halaman untuk setiap kali terbit yang terdiri atas gambar dan dialog yang langsung tuntas dalam setiap edisinya.
Ia menceritakan pertama kali menggambar komik beruk pada bulan Oktober 2015 secara manual di sketchbook, kemudian difoto dan diunggah lewat akun Ciloteh Baruak di Facebook dan Instagram.
"Beruk itu kalau di Minang jadi kata umpatan dan makian, padahal tidak seburuk yang dikira orang," katanya.
Oleh sebab itu, sosok yang sebelumnya juga telah membuat komik strip si Bujang itu ingin mengangkat derajat beruk di mata manusia.
Karakter yang ditampilkan sederhana, yaitu suka mengkritik, mencemooh dan bisa mencakar kalau keinginanya tidak tercapai, lanjutnya.
Namun, dia menyelipkan sifat baik pada komik beruk ciptaannya, yaitu penyayang kepada anak-anak, baik hati, dan suka menolong.
Kalau beruk yang ada di tengah masyarakat, biasanya diikat rantai. Maka, Iggoy mendesain beruk dalam komiknya tanpa ikatan sehingga bebas ke mana-mana.
Untuk tema cerita Iggoy menyesuaikan dengan isu yang ada di masyarakat. Saat video "Pineaple Pen Apel Pen" (PPAP) sedang viral dia juga membuat tema serupa. Namun, diganti dengan kacang hijau dan teh telur.
Iggoy mengatakan bahwa hampir sebagian besar reaksi pembaca senang dan tertawa menyaksikan kisah tersebut.
Ia memilih menjadikan beruk sebagai tokoh utama dalam komik untuk mengkritik kondisi sosial lebih fleksibel dan tanpa beban.
Meskipun tidak terjadwal rutin, terkadang jika ada isu yang sedang hangat diperbincangkan masyarakat, Iggoy akan membuat komik khusus untuk menanggapinya.
Ternyata tanggapan masyarakat terhadap karyanya relatif cukup disukai oleh pengguna internet, terutama masyarakat Minang, karena dalam setiap kisahnya memang sengaja memakai bahasa Minang dengan logat Pariaman.
"Namun, yang paling menarik dan banyak yang tidak menyangka ketika beruk jadi tokoh komik lucu juga, kemudian para netizen menandai temannya sembari menulis ini teman kamu," katanya.
Oleh karena itu, Iggoy ingin mengubah pandangan masyarakat bahwa beruk bukan hewan yang buruk dan untuk dijadikan bahan olok-olok.
Saat ini tercatat di akun Instagram Ciloteh Baruak terdapat 251 postingan di Instagram yang diikuti 16.000 warga net.
Dalam membuat cerita Iggoy biasanya mencermati isu aktual yang sedang berlangsung dan sekali-sekali berdiskusi dengan kawan-kawan terdekat.
Untuk menggambar, Iggoy hanya mengandalkan alat yang disebut pen tablet yang diolah melalui perangkat lunak photoshop.
Ia mengaku sengaja memilih dialog percakapan dengan bahasa Minang karena selama ini belum ada komik strip yang hadir di Sumatera Barat.
Percakapan dengan bahasa minang akan lebih dekat secara konteks bagi warga Sumbar, juga mereka yang ada di perantauan.
Kekuatan Karakter
Sementara itu, pengamat komik Hikmat Darmawan menilai peluang berkembangnya komik asli Indonesia saat ini relatif cukup besar karena belum memenuhi kebutuhan pasar pembaca yang ada.
Jumlah komik yang hadir, menurut dia, belum sebanding dengan jumlah penduduk sehingga ini merupakan pasar yang besar untuk direbut.
Ia mengakui saat ini komik dari luar lebih mendapatkan tempat di Tanah Air. Namun, bukan berarti komik lokal tidak berkembang.
Rahasia agar komik mendapat tempat di kalangan pembaca adalah menemukan karakter nyata yang dekat dengan masyarakat.
"Ini hanya mungkin dilakukan jika pembuat komik berada di tengah masyarakat sehingga paham betul apa persoalan yang ada dan mengangkat menjadi cerita," ucapnya.
Kalau soal desain, gambar, dan lainnya, tidak ada persoalan. Menurut dia, yang menjadi kunci adalah bagaimana mewakili pikiran masyarakat melalui kisah tersebut.
"Mengapa komik Jepang populer, tidak hanya di negeri Sakura, tetapi juga di Indonesia walaupun hanya fantasi? Hal ini karena kisah yang diangkat dekat dengan pembaca," ujarnya.
Cerita fantasi saja bisa populer karena di dalamnya ada persahabatan, dirisak, kesepian, dan lainnya yang merupakan bagian keseharian remaja.
Jika karakter komik lokal ingin berkembang, menurut Hikmat Darmawan, kuncinya ada pada kekuatan karakter dan cerita yang dekat serta fakto distribusi sehingga penyebaran dapat menjangkau seluruh lapisan pembaca dalam skala lebih luas. (*)
Berita Terkait
Pusat Pelatihan Beruk Di Padangpariaman
Selasa, 11 Oktober 2022 12:38 Wib
Desa Apar Pariaman raih juara 3 desa digital ADWI 2021
Rabu, 8 Desember 2021 11:25 Wib
Sekolah beruk Pariaman perkuat Desa Apar masuk 50 ADWI 2021
Selasa, 24 Agustus 2021 13:10 Wib
Tiga beruk resahkan warga Malalak Agam, sempat mengejar
Selasa, 8 Juni 2021 12:10 Wib
Beruk resahkan warga Agam dilepasliar di hutan SM Malampah Pasaman
Jumat, 26 Maret 2021 15:22 Wib
BKSDA berhasil tangkap beruk liar resahkan warga Agam
Kamis, 25 Maret 2021 20:26 Wib
Beruk resahkan warga-siswa SMK Plus Perbankan Bugenvil Agam
Kamis, 25 Maret 2021 16:07 Wib
Sekolah beruk dikelola BUMDes di Pariaman diapresiasi Mendes PDTT
Jumat, 24 Juli 2020 16:39 Wib