Pesisir Selatan merupakan satu-satunya kabupaten di Sumatera Barat yang memiliki garis pantai sepanjang 218 kilometer dengan topografi terdiri atas dataran, gunung dan perbukitan yang merupakan perpanjangan gugusan Bukit Barisan.
Daerah ini menyimpan banyak potensi objek wisata bahari maupun wisata alam yang menjadi magnet bagi pengunjung. Ini terbukti, selama musim libur Lebaran 2016 sekitar 300 ribu jiwa wisatawan berkunjung ke daerah berjarak sekitar 60 kilometer dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM) itu.
Ke depan, Pesisir Selatan menjanjikan menjadi destinasi andalan di wilayah barat Sumatera. Tergantung bagaimana mengemas dengan kecerdasan dan kesadaran, sehingga kesan positif selalu tertanam di benak pelancong.
Apalagi, Kawasan Wisata Bahari Terpadu (KWBT) Mandeh, sudah menjadi perhatian serius dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk dikembangkan. Buktinya Presiden Joko Widodo didampingi sejumlah menteri kabinet kerja sudah datang ke objek wisata tersebut beberapa waktu lalu.
Kini objek wisata Mandeh yang luasnya sekitar 18.000 hektare sudah terkenal untuk skala nasional maupun internasional. KWBT yang terletak di Kecamatan Koto XI Tarusan yang berbatasan langsung dengan Kota Padang.
Infrastruktur sudah mulai dilengkapi melalui anggaran pemerintah daerah dan APBN, di antaranya akses jalan menuju KWBT dan fasilitas jamban dan tempat sampah. Pengunjung pun bisa menempuh jalur laut.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, sudah berkomitmen untuk mengembangkan potensi wisata bahari, serta membuka peluang bagi penanam modal untuk berinvestasi.
Selanjutnya, melakukan pembenahan terhadap kekurangan dalam berbagai aspek di sektor pariwisata, termasuk pelayanan oleh masyarakat dan pelaku pariwisata terhadap pengunjung.
Bupati Pesisir Selatan Hendrajoni mengatakan pengembangan sektor pariwisata menjadi fokus dalam program pembangunan. Kekurangan, seperti infrastruktur dan fasilitas serta sikap masyarakat yang belum membuat nyaman pengunjung terus jadi perhatian serius.
Apalagi, kunjungan yang mengalami peningkatan signifikan, dibanding tahun sebelumnya sekitar 15 persen pada musim lebaran 2016 sehingga kemacetan tidak terhindarkan karena ribuan kendaraan tiap hari.
Taksiran pengunjung selama libur Lebaran ke sejumlah objek wisata Pesisir Selatan tidak kurang dari 300.000 jiwa dan diperkirakan minimal berbelanja Rp100.000 per orang. Pengunjung yang dominan dari Provinsi Riau, Sumatera Utara, Jambi dan Bengkulu, serta kalangan perantau dari sejumlah provinsi di Tanah Air.
Sebagai pimpinan daerah Hendrajoni beserta unsur perangkat daerah minta maaf kepada wisatawan atas keterbatasan dan kekurangan yang ada.
"Saya mohon maaf kepada seluruh pengunjung objek wisata Pesisir Selatan, jika ada pelayanan dan suasana yang kurang memuaskan atau belum sesuai harapan," kata dia.
Kepada masyarakat Pesisir Selatan diucapkan terima kasih, karena sudah menjadi penerima tamu yang ramah, dan telah membuat masyarakat dari berbagai provinsi tetangga, termasuk perantau merasa nyaman, katanya.
Hendrajoni mengatakan ke depan kemacetan akan bisa terurai dengan dibangunnya oleh pemerintah provinsi akses jalan dari Bungus Teluk Kabung Padang-Mandeh Tarusan.
Terkait dengan fasilitas obyek wisata yang masih kurang dan belum sesuai harapan, ke depan terus menjadi perhatian untuk dikembangkan dan dibenahi.
Citra Positif
Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel (Asita) Sumbar Ian Hanafiah, menilai citra positif untuk Pesisir Selatan sudah naik dan heboh di tingkat pelaku wisata skala nasional kendati di mancanegara mungkin belum begitu dikenal.
Keinginan untuk mempromosikan potensi wisata bahari Pesisir Selatan sudah tercapai, buktinya saat libur Lebaran pengunjung sudah membeludak ke daerah itu, akibatnya kemacetan tak terhindarkan.
Menurut Ian, tidak cukup dengan mempromosikan saja, tapi bagaimana pengembangan objek-objek wisata yang ada sudah sesuai dengan ekspektasi atau selera pengunjung.
Mengetahui sesuai dengan selera pengunjung atau belum, tentu butuh survei dan hal ini memang belum pernah dilakukan.
"Melihat dari potensi obyek wisata yang ada, Pesisir Selatan optimistis bisa berkembang lebih baik, bahkan jadi destinasi utama di bagian barat Sumatera. Yang penting konsepnya harus jelas dan berkesinambungan," katanya.
Argumentasi ini tentu cukup beralasan, kata Ian, karena daerah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Bengkulu itu punya banyak titik potensi wisata bahari dan wisata alam.
Apalagi, sudah mulai ada investasi di kawasan Mandeh yang berada di tengah teluk Carocok Tarusan itu. Sedangkan potensi wisata alam dimiliki Pesisir Selatan, ada jembatan akar, air terjun Bayang Sani yang tak kalah menariknya, serta wisata budaya belum tergarap.
Jadi, pengembangan ragam obyek wisata mesti dilakukan, kata Ian, karena belum tentu semua pengunjung suka dengan wisata bahari. Sebagian ada yang ingin menikmati wisata alam serta wisata khusus.
Ia melihat objek wisata perlu dilengkapi dengan menggelar atraksi budaya yang ada, misal setiap akhir pekan diagendakan kesenian tradisional saluang atau atraksi lainnya yang dapat menghibur.
Hal itu dapat membuat pengunjung betah, apalagi atraksi bisa melibatkan wisatawan langsung.
Ia menyarankan, perlu menjadi perhatian pemerintah daerah dan masyarakat setempat dalam konsep pengembangan pariwisata ke depan, agar sesuai dengan selera pengunjung. Pasalnya, Pesisir Selatan daerah baru yang memfokuskan ke sektor pariwisata untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.
Menurut dia, Pesisir Selatan lebih mudah berkembang dibandingkan daerah lain yang sudah banyak persoalan kepariwisataan. Misalnya daerah yang lama menikmati manfaat pariwisata, sudah tumbuh tindakan seperti pemalakan dan perilaku serta sikap yang menciptakan kesan negatif pengunjung.
Sedangkan bagi daerah baru seperti Pesisir Selatan, masyarakatnya baru tahu manfaat yang dirasakan dari sektor pariwisata. Mumpung baru berkembang, terus diberi tahu masyarakat untuk sadar wisata.
"Jangan sampai masyarakat berubah jadi bernafsu untuk mendapatkan untung sesaat dengan kedatangan banyak wisatawan," katanya.
Selain itu,ia mengingatkan masyarakat agar bisa mengikuti perkembangan dan menyesuaikan dengan selera pengunjung supaya dapat menikmati manfaat dari kehadiran wisatawan tersebut.
Misalnya, masyarakat yang menjual kuliner secara kualitas dan higienis cita rasa harus ditingkatkan kelasnya. Sedangkan jasa ojek harus bersikap ramah dan menerapkan tarif terjangkau.
Bagi nakhoda kapal wisata harus bersikap sopan dan mengutamakan keselamatan penumpang, dan pengelola homestay mesti ramah dan memberi kenyamanan pengunjung. Sedangkan pengelola parkir harus jadi pelayanan yang ramah dan cerdas, bukan main palak atau peras saja demi keuntungan sesaat.
Kemudian masyarakat juga diberdayakan membuat ragam suvenir khas daerah tersebut. Bila hal ini dilakukan masyarakat akan merasakan dampak dari perkembangan pariwisata, jika tidak banyak orang luar yang menangkap peluang tersebut.
"Orang luar tidak bisa pula dilarang datang dalam menangkap peluang bisnis yang terkait dengan kepariwisataan di Pesisir Selatan karena dalam peribahasa, di mana ada gula, di sana ada semut," ujarnya. (*)