Wapres Nilai Kemenangan Brexit Dilatarbelakangi Kerinduan Sejarah

id Jusuf kalla, bexit, Uni Eropa

Wapres Nilai Kemenangan Brexit Dilatarbelakangi Kerinduan Sejarah

Wapres Jusuf Kalla. (ANTARA FOTO)

Jakarta, (Antara Sumbar) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan kemenangan kelompok pro-Brexit dalam referendum Inggris pada 23 Juli untuk menentukan keluar atau bertahan sebagai anggota Uni Eropa (UE) dilatarbelakangi kerinduan mereka pada sejarah.

"Kalau historisnya, saya kira Inggris sebagai negeri yang banyak menguasai wilayah di dunia ini, merasa kurang merdeka di bawah Uni Eropa, meskipun tidak masuk Euro zone," kata JK di Auditorium Kantor Wapres, Jakarta, Jumat.

Oleh karena itu, Wapres mengatakan maklum jika banyak masyarakat yang pro-Brexit atau mendukung Inggris keluar dari UE menyebut 24 Juni sebagai "hari kemerdekaan".

Namun, di sisi lain, JK menambahkan Brexit akan memberikan dampak negatif pada sektor ekonomi dan perdagangan bagi kedua belah pihak, baik Inggris maupun UE.

"Keluar mungkin lebih nasionalistik (bagi Inggris), tapi proteksi pasti meningkat di kalangan mereka (UE)," kata dia.

Selama ini, sebagai anggota UE, Inggris menikmati perdagangan bebas dengan 27 negara UE lainnya tanpa perlu mengkhawatirkan tarif dan pajak ekspor-impor.

Sementara itu, investor asing di Inggris juga memiliki confident atau kepercayaan diri menanamkan modalnya di Inggris karena dapat menjangkau negara-negara lain di kawasan UE.

"Buktinya, investasi di Inggris dari asing sekarang mulai menurun karena mereka tidak bisa masuk Eropa, lalu terjadilah saham-saham yang jangkauannya luas menjadi negatif," ujar Wapres.

Laporan dari Xinhua London, rakyat Inggris yang menginginkan negaranya "Keluar" dari UE pada Jumat pagi waktu setempat memenangi referendum Brexit (Inggris keluar dari UE) dengan mencatat perolehan 52 persen dari 71 persen suara yang masuk.

Dari total suara yang masuk tersebut, lebih dari 17 juta warga memilih Inggris mencabut keanggotaan, sementara sekitar 16 juta lainnya memilih tetap menjadi bagian dari UE.

Hasil referendum itu akan membuat Inggris menarik diri dari keanggotaan UE setelah bergabung selama 43 tahun.

Inggris menjadi negara pertama yang keluar dalam sejarah 60 tahun keberadaan kelompok Eropa itu. (*)