Sawahlunto, (Antara Sumbar) - Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Sawahlunto, Sumatera Barat (Sumbar), berhasil meningkatkan layanan pengangkutan sampah masyarakat di daerah itu pada 2016.
"Pada tahun ini layanan angkut sampah sudah mampu mencapai rute Desa Rantih Kecamatan Talawi, yang selama ini belum tersentuh layanan tersebut," kata Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) setempat, Halomoan di Sawahlunto, Senin.
Perluasan tersebut, lanjutnya, seiring adanya penambahan armada truk sampah oleh Pemerintah Kota Sawahlunto setelah disetujui pengadaannya oleh pihak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Sawahlunto melalui APBD 2016.
Dengan demikian, cakupan layanan distribusi sampah dari kawasan permukiman penduduk dan pasar-pasar tradisional sudah terlayani dengan besaran 90 persen dari total seluruh wilayah kecamatan di kota itu.
Menurutnya, pihak BLH setempat masih memerlukan satu unit armada truk sampah lagi untuk melayani rute Desa Lumindai Kecamatan Barangin, serta beberapa kawasan desa lainnya yang berada cukup jauh dari pusat kota.
Terkait pengolahan sampah tersebut, dia menjelaskan saat ini Kota Sawahlunto telah memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang representatif di Dusun Kayu Gadang Desa Santur, Kecamatan Barangin.
TPA yang dibangun dengan menggunakan APBN tahun 2015 ini telah dapat difungsikan dengan kapasitas tampung mecapai sekitar 100 ton sampah per hari, tambahnya.
Dalam posisi daya tampung tersebut, sistem daur ulang pada instalasi pengolahan sampah itu dalam jumlah besar justru dapat diolah menjadi gas metan yang menjadi salah satu energi alternatif terbarukan untuk pembangkit tenaga listrik.
"Untuk mencapai kebutuhan olahan sampah tersebut tentu membutuhkan dukungan dari pihak pemerintah daerah dan provinsi, mengingat fasilitas tekhnologi olahan tersebut tidak dimiliki daerah sekitar," ujarnya.
Dengan kata lain, sebutnya, instalasi dengan kapasitas tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk menyerap populasi sampah daerah sekitar hingga 25 tahun kedepan untuk memenuhi kebutuhan listrik beberapa kawasan permukiman yang berada dekat dengan TPA Kayu Gadang itu.
Sementara itu, aktivis permukiman berkelanjutan Dirjen Ciptakarya wilayah Sumatera Barat, Rika Arnelia mengatakan upaya yang telah dilakukan pihak BLH setempat patut diapresiasi semua pihak.
"Sampah merupakan permasalahan kawasan permukiman di sejumlah kota di Indonesia bahkan dunia bersifat kompleks, yang sulit diatasi hingga saat ini," tambah dia.
Tinggal lagi, lanjutnya, bagaimana keseriusan pihak pemerintah daerah untuk memaksimalkan fungsi instalasi pengolahan sampah di TPA yang ada, agar memberi dampak maksimal bagi kehidupan sosial masyarakat.
Jika tidak segera dibuatkan perencanaan yang jelas, pihaknya mengkhawatirkan program yang baik itu menghilang begitu saja di tengah jalan, seiring berubah-ubahnya kebijakan para pemangku kepentingan di daerah itu. (*)