Jambi, (Antara) - Petani di Desa Benanak, Tanjung Jabung Barat, Jambi, memanfaatkan kotoran dan urine sapi sebagai pupuk organik untuk peningkatan produktivitas kelapa sawit.
"Pengurangan biaya pupuk (kimia) 70 persen dengan mengandalkan kotoran sapi yang diternakkan di antara sawit. Jika dulu misalnya habis Rp10 juta untuk biaya pupuk urea sekarang bisa kurang lebih dari 50 persen," kata Ketua Serikat Petani Kelapa Sawit Tanjung Babung Barat Jazuri di Tanjung Jabung Barat, Jambi, Kamis (11/2).
Saat ini, menurut dia, ada 72 ekor sapi yang dimiliki dan diternakkan di antara perkebunan petani plasma dan sawit mandiri yang kotoran dan urinenya dapat dimanfaatkan untuk pupuk organik. "Awalnya hanya ada 40 ekor sapi dari bantuan sosial Dinas sosial, sekarang sudah berkembang biak".
Pemanfaatan lain dari kotoran sapi yang sudah mulai dikembangkan petani sawit plasma dan mandiri di Desa Tanjung Benanak ini, Jazuri mengatakan untuk energi baru terbarukan (EBT), dengan mengambil biomass dari kotoran dan unrine sapi.
"Kalau untuk biogas sebenarnya sudah jalan, sudah ada yang memanfaatkan untuk memasak. Tapi memang belum banyak, karena kita kesulitan di pasokan pakannya," ujar Jazuri.
Kalau untuk memenuhi kebutuhan pakan sapi maka harus digembalakan di kebun sawit, ia mengatakan petani akan kesulitan untuk memperoleh kotoran dan urine sapi yang terpencar. "Ini jadi sulit untuk bisa difermentasi untuk jadi biogas".
Petani sawit plasma dan mandiri Desa Tanjung Benanak, menurut dia, berencana untuk mengembangkan peternakan sapi terpadu agar dapat memproduksi pupuk organik untuk kelapa sawit sekaligus energi baru terbarukan.
"Ingin kita buat satu kandang bisa menampung 40 sampai mungkin bisa 100 ekor sapi, tapi masalahnya ada dipakan. Kita ajukan ke Pemda agar mau membantu membukakan jaringan untuk bisa memperoleh pakan sekaligus pasar, tapi tidak mudah," ujar dia.
Menurut dia, pemanfaatan kotoran dan urine sapi untuk pupuk organik cair (POC) untuk sawit juga sudah mulai dikembangkan di Desa Purwodadi, Tebing Tinggi, Jambi. Pupuk tersebut dipasarkan di perkebunan sawit di Tanjung Jabung.
Sementara itu, petani sawit plasma dan mandiri Desa Tanjung Benanak Mujiman (50) mengatakan delapan sapi yang sengaja dipelihara untuk pemenuhan pupuk organik sehingga tidak lagi tergantung pada pupuk kimia.
Ada keinginan untuk bisa mengolah kotoran sapi tersebut menjadi energi baru terbarukan. "Tapi modalnya besar, kita butuh alat giling untuk menproses pakan sapi supaya tidak perlu dilepas lagi. Persoalannya itu mahal sekali, bantuan terakhir hanya sampai Desa sebelah". (*)
Berita Terkait
Kemenkumham Sumbar harmonisasi Ranperbup Solsel tentang Perlindungan Sosial Pekerja Perkebunan Sawit
Sabtu, 27 April 2024 5:27 Wib
Balitbangda Pasaman Barat pelajari pembuatan gula merah dari sawit
Jumat, 26 April 2024 14:16 Wib
Pemkab Pasaman Barat gandeng Balitbang propinsi pelajari pembuatan gula merah dari sawit
Kamis, 25 April 2024 18:39 Wib
Pemkab Pasaman Barat teliti inovasi air batang sawit bisa jadi gula merah
Sabtu, 24 Februari 2024 15:56 Wib
Pemkab Pasaman Barat sambut baik peran Bank Nagari majukan pendidikan
Selasa, 20 Februari 2024 20:38 Wib
Pabrik pengolahan minyak sawit di Aceh Tamiang terbakar
Jumat, 16 Februari 2024 5:53 Wib
Gubernur Sumbar: Perusahaan sawit harus jamin keselamatan pekerja
Senin, 5 Februari 2024 17:51 Wib
Harga CPO pada Februari 2024 naik 4,06 persen
Kamis, 1 Februari 2024 7:56 Wib