Jakarta, (Antara) - Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan kebutuhan terhadap Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) belum mendesak karena Indonesia masih memiliki potensi energi terbarukan yang besar belum dieksplorasi.
"Hitungan kami masih punya 300 megawatt potensi yang terdiri dari hidro, angin, arus laut, matahari dan geothermal. Itu yang akan diprioritaskan 5 tahun ke depan," kata Sudirman Said usai menghadap Presiden Joko Widodo bersama Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) di Istana Merdeka Jakarta, Selasa.
Jadi menurut dia pemerintah belum punya 'timeline' kapan sebaiknya membangun itu (PLTN).
Namun, lanjut Sudirman, secara teknologi dan pengetahuan mesti jaga karena Indonesia harus ada usaha meningkatkan dan mengembangkan nuklir.
"Tapi sebagai proyek komersial BATAN ini belum cukup mendesak," kata Sudirman Said didampingi Kepala BATAN Prof Dr Djarot S Wisnubroto.
Sudirman juga mengungkapkan BATAN sudah cukup cukup lama mengembangkan berbagai aplikasi teknologi, termasuk tenaga nuklir.
"Range-nya itu ternyata sangat luas, mulai dari urusan pangan, kesehatan, industri, dan juga energi," katanya.
Dia mengatakan pihaknya dan Dewan Energi Nasional saat inni sedang menyelesaikan Rencana Umum Energi Nasional, yakni menterjemahkan definisi dari nuklir sebagai last resouce dengan cara empat hal.
Pertama, perlu roadmap, kapan sebaiknya punya PLTN dan roadmap ini mesti kerjasama dengan ahlinya dan BATAN memposisikan diri sebagai technical support apapun kebijakan pemerintah akan disupport.
Kedua, para ahli nuklir harus tetap update dengan pengetahuan dan teknologi bidang nuklir. karena itu harus ada program yang bisa menjaga pengetahuan dan keahlian mereka.
Ketiga, menjalin kerjasama internasional, baik dengan lembaga riset maupun negara-negara yang telah mengimplementasikan maupun yang sedang membangun PLTN.
Keempat, menyebarluaskan, sosialisasi, feasibility study, dan sebagainya terkait energi nuklir.
"Jadi kita nanti coba sinergikan dari kemampuan di BATAN, kemudian planning di Bappenas dan juga dengan Dikti (Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi) dan pembangunan energi. Itu satu aspek," kata Sudirman.
Djarot S Wisnubroto mengatakan pihaknya akan mengikuti kebijakan pemerintah dan BATAN sudah 40 tahun mempersiapkan diri jika Indonesia memutuskan membangun PLTN.
"BATAN siap kalau 'Go Nuklir'," kata Djarot.
Djarot mengatakan BATAN dalam posisi organisasi teknikal supporting (pendukung teknik), jika Presiden Joko Widodo menyatakan ya atau tidak penggunaan tenaga nuklir, pihaknya akan mengikutinya.
Kepala BATAN ini mengungkapkan Indonesia memiliki potensi sumber daya uranium (bahan baku nuklir) di Bangka belitung, Mamuju Sulawesi Barat dan Papua.
"Ini belum kita manfaatkan karena kita belum memiliki PLTN. Kami punya reaktor riset di Bandung, Jogja dan Serpong menggunakan uranium yang berasal dari luar negeri," kata Djarot.
Djarot berharap pada 2025-2030 Indonesia bisa mewujudkan membangun PLTN dan pihaknya sudah melakukan "Feasibility study" bahwa wilayah Bangka Belitung layak dibangun PLTN.
"Tapi bagaimanapun pun juga itu menjadi keputusan pemerintah," kata Djarot. (*)
Berita Terkait
Kementerian ESDM dorong pengembangan PLTP
Senin, 28 Oktober 2024 16:06 Wib
Kelola keselamatan pertambangan terbaik, PT Semen Padang raih PRASETYA AHIMSA dari Kementerian ESDM
Jumat, 25 Oktober 2024 19:10 Wib
Ditunjuknya kembali Bahlil sebagai Menteri ESDM
Senin, 21 Oktober 2024 12:08 Wib
Prabowo tunjuk Bahlil kembali jadi Menteri ESDM
Senin, 21 Oktober 2024 9:41 Wib
PLN dan Kementerian ESDM Gaspol, Balap Motor Listrik Konversi Putaran Ke-2 Sukses Digelar di Bogor
Selasa, 15 Oktober 2024 10:59 Wib
Adu skill, kompetisi konversi Motor Listrik PLN diikuti 20 sekolah kejuruan
Rabu, 25 September 2024 19:54 Wib
PLN terus kembangkan hidrogen untuk energi baru masa depan
Sabtu, 7 September 2024 16:44 Wib
Resmikan taman reklamasi Padayo, Kadis ESDM : IUP PT Semen Padang paling disiplin
Jumat, 23 Agustus 2024 10:42 Wib