Minang -Tionghoa Menyatu di Pasar Tanah Kongsi

id pasar tanah kongsi

Minang -Tionghoa Menyatu di Pasar Tanah Kongsi

Pasar Tanah Kongsi Padang (Foto Ikhwan Wahyudi)

Pasar Tanah Kongsi adalah saksi nyata bagaimana hubungan etnis Minang dan Tionghoa terjalin harmonis di Ibu Kota Provinsi Sumatera Barat.

Meski dua etnis itu memiliki karakter budaya yang berbeda, namun dapat dipersatukan dalam aktivitas ekonomi berupa jual beli barang dan jasa di pasar yang berlokasi di Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, itu.

Sejak pagi, suasana di pasar yang berada di kawasan Pecinaan ini sudah ramai oleh pembeli yang hilir mudik dari satu lapak pedagang ke pedagang lain.

Penjual pun menarik perhatian pembeli dengan suara lantang menawarkan barang dagangan yang digelar di lapaknya.

"Aktivitas perdagangan di pasar ini sudah berlangsung sejak pagi. Saya sendiri sudah mulai menggelar lapak sejak pukul 05.00 WIB dan pasar akan sepi pada pukul 15.00 WIB ," kata Yadi, seorang pedagang sayur.

Ia mengaku sudah berdagang di Pasar Tanah Kongsi sejak tahun 2003 berupa sayuran yang dibeli dari Kota Bukittinggi.

Pasar Tanah Kongsi seperti pasar tradisional pada umumnya, namun hal yang menarik akan tampak saat masuk ke dalam. Pedagang yang berjualan di pasar itu umumnya warga asli Minangkabau.

Sementara itu pembelinya sebagian besar adalah warga keturunan Tionghoa, sedangkan pedagang Tionghoa yang umumnya berdagang makanan ringan atau kue basah.

Di Pasar Tanah Kongsi beragam kebutuhan sehari-hari tersedia lengkap mulai dari makanan, minuman, buah-buahan, sayur, ikan, daging hingga perlengkapan rumah tangga.

Yadi mengatakan saat berbelanja warga Minang dan keturunan Tionghoa memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.

"Masyarakat Tionghoa sering melakukan perayaan-perayaan, sehingga mereka juga sering berbelanja ke pasar. Orang Minang yang mayoritas Islam juga banyak hari besar, seperti Idul Fitri atau tahun baru Hijriah. Dua budaya yang berbeda di sini membuat pendapatan naik pada hari hari besar itu," ujarnya.

Pedagang lainnya, Safii Tanjung, baru berjualan di Pasar Tanah Kongsi sejak enam bulan lalu, namun ia mengaku omzet yang diraup cukup bagus.

Menurutnya, penjualannya di Pasar Tanah Kongsi cukup bagus karena jumlah pedagang ikan di sana tidak banyak. Dengan berjualan sambil berkeliling menggunakan sepeda motornya, ia dapat berkeliling menyasar calon pembeli di kawasan Tionghoa tersebut.

"Selain itu, pasar di sini juga bersih sehingga pembeli pun mau masuk hingga ke dalam pasar untuk mencari kebutuhan mereka," katanya.

Kebersihan di Pasar Tanah Kongsi memang terjaga sehingga pembeli dan pedagang nyaman beraktivitas di sana. Pasar juga dibagi dalam dua kawasan yang berbeda.

Keberadaa dua etnis dengan kepercayaan yang berbeda di kawasan tersebut, membuat pasar dibagi atas wilayah yang dikhususkan untuk berjualan kebutuhan sehari-hari masyarakat Muslim dan wilayah yang khusus untuk berjualan daging babi bagi warga Tionghoa.

Pembagian wilayah tersebut dilakukan agar air daging babi tidak mengenai bahan makanan dan pedagang lainnya yang mayoritas orang Minang dan beragama Islam.

Menurut Yoe, salah satu pedagang daging babi, meskipun mayoritas pedagang di pasar itu beragama Islam, namun mereka tetap dapat berjualan dengan aman.

"Saling menghargai dan menghormati, kebutuhan setiap orang kan berbeda. Jadi di sini tidak terjadi konflik antarpedagang atau antara pedagang dengan pembeli," katanya.

Pedagang keturunan Tionghoa lainnya, Erlina mengatakan tidak ada persaingan antarpedagang Minang dan Tionghoa di pasar itu. "Semua pedagang di sini akur-akur saja tidak ada masalah. Kalau memang ada persaingan secara sehat, tidak merugikan pedagang dan pembeli lainnya," ujarnya.

Seorang pembeli keturunan Tionghoa, Valen mengatakan, semua pedagang dan pembeli dapat berbaur dengan baik sehingga berbelanja menjadi nyaman.

Menurutnya, komoditas yang dijual pun masih dalam kondisi segar dan banyak pilihan. Selain itu, barang yang dijual memiliki kualitas baik, walaupun agak mahal pembeli tetap berani membelinya.

"Bagi saya kualitas bagus untuk bahan makanan itu penting jadi tidak apa bila harganya lebih mahal," katanya.

Baginya, selain persaingan yang sehat, para penjual yang ramah dalam melayani pembeli juga turut menunjukkan keakuran masyarakat Minang dan Tionghoa.

Tidak hanya itu, seorang pembeli lainnya Vinchenxia mengatakan, Pasar Tanah Kongsi juga minim kriminalitas seperti pencopetan sehingga pembeli merasa aman dalam berbelanja.

Pasar Tanah Kongsi memiliki sejarah yang tidak bisa dilepaskan dari perkembangan Kota Padang. Sejak abad XIV, VOC mulai beroperasi di Indonesia, dan masuk ke Padang melalui Pulau Cingkuak.

Pada 1799 muara tersebut menjadi pelabuhan terpenting di Sumatera, dan semenjak saat itu banyak pedagang Cina, India, dan Arab memasuki muara.

Revitalisasi Pasar

Sementara Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumbar akan merevitalisasi 505 pasar rakyat guna mendorong tumbuhnya ekonomi lokal dan memberi kenyamanan kepada pengunjung dalam berbelanja.

"Dari 505 pasar itu sebanyak 390 pasar kondisinya sudah tidak layak dari segi fisik dan kebersihan," kata Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Sumbar Zaima.

Untuk Kota Padang, pasar yang akan direvitalisasi berjumlah 14 unit di mana dana untuk revitalisasi tersebut berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) yang telah masuk ke anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

Ia mengharapkan 505 pasar ini semuanya bisa cepat tuntas direvitalisasi sehingga tidak mengganggu aktivitas pasar.

Setelah pembenahan pasar selesai, daerah perlu membenahi manajemen pengelolaan pasar sehingga kondisi pasar bisa terpelihara dengan adanya manajemen pasar yang baik.

Ditambahkan target revitalisasi bukan hanya pasar tapi juga revitalisasi etika sehingga pasar rakyat dapat berdaya saing dan siap menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).