Prosesi "Maambiak Batang Pisang" Lambangkan Kesadisan Musuh

id Pesta Tabuik 2015

Pariaman, (Antara) - Proses 'maambiak batang pisang' (memotong pohon pisang) dalam Pesta Budaya Tabuik 2015 even pariwisata Kota Pariaman, Sumatera Barat, melambangkan kesadisan musuh saat membunuh Husein Bin Ali cucu Nabi Muhmmad SAW.

Tuo Tabuik Subarang, Syafrudin Cuuang, di Pariaman, Senin, menyebutkan prosesi memotong batang pisang dilakukan pada 5 Muharram dan dilakukan setelah prosesi "maambiak tanah" (mengambil tanah).

"Nantinya batang pisang tersebut akan dikubur di samping pusara atau makam yang diibaratkan makam Husein cucu Rasulullah," kata dia.

Setelah itu ritual dilanjutkan dengan "maarak jari-jari" (membawa panja yang berisi jari-jari palsu keliling kampung).

Maarak panja merupakan pencerminan pemberitahuan kepada pengikut Husein bahwa jari-jari tangan Husein yang mati terbunuh telah ditemukan.

Setelah itu "maarak sorban" (mengarak sorban berkeliling) menandakan bahwa kepala Husein dipenggal.

Saat diadakan prosesi arak-arakan tersebut, dua kelompok tabuik nagari yakni Nagari Pasa dan Subarang akan berselisih jalan dan bentrok diibaratkan sebagai perang karbala.

"Dua nagari tersebut saling lempar gendang, saling baku hantam, bahkan melempar batu, meski demikian, setelah mereka bentrok, mereka berdamai kembali tidak ada rasa dendam," ucap dia.

Prosesi terus dilanjutkan hingga puncaknya pada 10 Muharram yakni prosesi "naik pangkek" atau prosesi menyatukan tubuh tabuik kemudian dua tabuik itu dihoyak-hoyak dan diadu yang menggambarkan peperangan Karbala diiringi dentuman gendang tasa dan sorak sorai pengunjung.

Kemudian saat matahari tenggelam, dua Tabuik pun dibuang ke laut disaksikan puluhan ribu pengunjung.

Semetara itu Nasrun Jon (73) salah seorang tuo tabuik subarang menyebutkan, prosesi ritual tabuik dilakukan pada tanggal tertentu.

"Prosesi pertama pada 1 Muharram, 5 Muharram, 7 Muharram dan 8 Muharram," kata dia.

Dalam prosesi maambiak batang pisang tersebut juga tergatung lokasi. Pada tahun ini para penyelenggara tabuik subarang menyediakan tiga batang pohon anak pisang, dan tiga batang pohon tebu.

Dikatakannya, untuk menebang pohon pisang dan tebu tersebut menggunakan pedang khusus yang telah dibacakan doa sebelum digunakan.

"Jadi sebelum digunakan, pedang tersebut terlebih dahulu kita bacakan doa-doa, pedang itu sendiri bernama Jenawi," tambahnya. (*)