OJK Kembangkan "Simpel" Bangkitkan Budaya Menabung

id OJK

Jakarta, (Antara) - Otoritas Jasa Keuangan mengembangkan produk tabungan bertajuk Simpanan Pelajar (SimPel/SimPel iB) bersama dengan industri perbankan untuk membangkitkan kembali budaya menabung pada pelajar.

"Budaya menabung penting dimulai sejak dini agar mendidik anak mengendalikan diri dan menjauhi sikap konsumtif," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad dalam acara aktivasi tabungan Simpel/SimPel iB di SMAN 68 Jakarta, Selasa.

Dengan tabungan SimPel, ia berharap menabung menjadi gaya hidup pelajar dan melatih mereka dalam mengelola keuangan.

Produk tersebut, kata dia, ditujukan untuk pelajar mulai jenjang PAUD/Raudatul Athfal hingga SMA/Madrasah Aliyah dan pondok pesantren yang diterbitkan secara nasional oleh perbankan di Indonesia.

Muliaman menuturkan keunggulan tabungan itu diantaranya nama siswa tercantum dalam buku tabungan, setoran awal yang ringan bebas biaya administrasi bulanan serta minimum setoran yang terjangkau setiap menabung.

"SimPel atau SimPel iB tidak memberikan bunga, sebagai gantinya siswa akan mendapatkan program penghargaan yang disesuaikan dengan kebijakan masing-masing bank," tutur dia.

Kegiatan aktivasi tabungan tersebut diikuti delapan bank umum konvensional, yakni Bank Mandiri, BNI, BRI, BCA, BTN, Bank Permata, Bank Jabar-Banten, dan Bank Jatim serta enam bank umum syariah, yakni Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, BNI Syariah, BCA Syariah dan Panin Syariah.

Sementara itu, ia mengatakan kegiatan aktivasi tabungan SimPel/SimPel iB akan dilakukan di 16 kota di Indonesia, yakni Jakarta, Serang, Medan, Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Makassar, Palembang, Balikpapan serta tujuh kota di Jawa Timur hingga akhir 2015.

Muliaman mengatakan ke depan akses keuangan yang berhubungan dengan sekolah akan diperluas setelah tabungan itu.

Selain itu, tabungan yang pertama kali diluncurkan Presiden Joko Widodo pada 14 Juni 2015 itu, menurut dia, diarahkan untuk menjadi tabungan dengan persyaratan yang mudah dan sederhana dengan fitur yang menarik dalam rangka edukasi dan inklusi keuangan.

Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi Keuangan yang dilakukan pada 2013 pada 8.000 responden, tingkat inklusi keuangan kelompok siswa baru mencapai 44 persen. Sedangkan secara statistik jumlah pelajar SD, SMP dan SMA dibanding total populasi Indonesia menunjukkan angka yang signifikan, yakni 20 persen. (*)