Menumbuhkan Kesiapsiagaan Masyarakat Hadapi Bencana

id Menumbuhkan Kesiapsiagaan Masyarakat Hadapi Bencana

Menumbuhkan  Kesiapsiagaan Masyarakat Hadapi Bencana

Petugas SAR mengevakuasi korban gempa dan tsunami pada Gladi Lapangan Mentawai Megathrust Direx 2014. Foto : Iggoy El Fitra

Padang, 21/3 (Antara)- Tepat pukul 10.18 WIB pada Jumat (21/3), warga Padang dikejutkan oleh gempa berkekuatan 8,9 Skala Richter. Dua menit berselang Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mengeluarkan peringatan gempa itu berpotensi tsunami.

Masyarakat diminta segera melakukan evakuasi kedaerah yang lebih tinggi. Hanya ada waktu 30 menit sebelum gelombang tsunami menyapu kota Padang. Ribuan masyarakat yang ada dikawasan Pantai Purus terlihat panik. Ada yang berjalan, sebagian berlari dengan nafas tersengal-sengal.

Semua pengendara diminta meninggalkan kendaraan dan segera mencari gedung atau lokasi lebih tinggi. Diperkirakan gelombang tsunami dengan ketinggian 15 meter dengan kecepatan 100 kilometer akan tiba dalam 30 menit.

Terlihat sejumlah petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) berupaya mengarahkan dan menenangkan warga agar evakuasi berjalan lancar. Peristiwa tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan demo gladi lapangan operasi darat, laut dan udara Mentawai Megathrust Direx 2014 untuk persiapan mengantisipasi bencana gempa dan tsunami di kawasan Pantai Purus Padang, pada Jumat 21 Maret.

Dalam gladi lapangan tersebut diskenariokan telah terjadi gempa besar berkekuatan 8,9 Skala Richter di Kota Padang dan 30 menit setelah itu gelombang tsunami menyapu daratan kota Padang. Listrik padam, fasilitas komunikasi terputus dan sejumlah infrastruktur termasuk bandara tidak dapat digunakan.

30 menit pascagempa dan tsunami, 10 penerjun dari pasukan khas (Paskhas) TNI Angkatan Udara melakukan terjun payung dari pesawat Hercules karena bandara tidak dapat didarati pesawat.

10 penerjun tersebut mendarat di kawasan Pantai Purus. Tiba di titik pendaratan mereka langsung menyiapkan jaringan komunikasi yang sebelumnya putus total akibat gelombang tsunami serta posko penampungan logistik.

Dengan cekatan, 10 anggota TNI Angkatan Udara yang merupakan SAR Tempur itu menyiapkan peralatan komunikasi dan melaporkan perkembangan terbaru. Ada juga yang mempersiapkan posko logistik.

Tak lama kemudian satu satu unit pesawat Cassa menurunkan heliboks dari udara di sekitar posko yang telah didirikan . Didalamnya terdapat makanan dan obat-obatan.

Puluhan petugas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah mulai mengumpulkan logistik dan membawa ke posko untuk dibagikan. Pencarian dan evakuasi korban pun mulai dilakukan baik didarat dan laut menggunakan perahu karet, ambulans dan kapal secara terpadu.

Sebuah kapal Rumah Sakit KRI Suharso tiba di perairan Pantai Padang. Korban yang masih selamat dibawa menggunakan boat dan kapal cepat untuk mendapatkan pertolongan ke KRI Suharso.

Pada bagian lain terlihat beberapa orang mulai memasang peralatan komunikasi , tenda dan rumah sakit lapangan.Semua operasi tersebut dikendalikan melalui ruang kendali yang berada di ruang serba guna PT Semen Padang dikawasan Indarung berjara sekitar 15 kilometer arah timur kota Padang.

Ruang kendali operasi berisi sejumlah posko terdiri atas posko Mentawai, Padang, Sumatera Barat serta posko gabungan kementerian, militer bantuan sipil hingga relawan internasional.

Ruang kendali operasi dilengkapi dengan sejumlah fasilitas komunikasi, radio dan video streaming serta media center. ruangan itu menyiapkan pengerahan sumber daya manusia serta langkah yang akan diambil pascagempa dan tsunami.

elain itu juga terdapat Comand Center yang merupakan pusat kendali operasi militer yang dipimpin langsung perwira tinggi setingkat bintang dua serta satuan reaksi cepat.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan gladi lapangan dirancang sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan kesiapan masyarakat terhadap bencana.

Ia menilai perlu dilakukan pelatihan secara rutin kepada masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan dan kesiagaan terhadap bencana untuk meminimalir korban dan kerugian materil.

Berdasarkan kajian BNPB, pengetahuan masyarakat terhadap kebencanaan di Tanah Air sudah meningkat, tapi belum menjadi prilaku sehingga saat terjadi bencana sebenarnya kita menjadi gugup, kata dia.

Sutopo mengatakan untuk mendorong pengetahuan kebencanaan masyarakat menjadi prilaku keseharian perlu dilakukan latihan secara rutin dan berkala.

"Latihan harus dilakukan terus sampai kapan pun, karena pengetahuan kalau tidak dipratikan saat bencana tiba akan panik", kata dia.

Ia menilai latihan kesiapsiagaan bencana masih minim di Tanah Air dibandingkan Jepang yang melakukannya setiap tahun, dimana pemerintah daerahnya menganggarkan dana dari APBD setempat.

Oleh sebab itu ia membantah jika upaya latihan penanggulangan bencana adalah hal sia-sia dan dianggap membuang dana.

Berdasarkan penelitian setiap satu dolar Amerika Serikat yang dikeluarkan untuk pelatihan penanggulangan bencana akan dapat mengurangi kerugian bencana hingga 40 dolar Amerika Serikat.

Apalagi di Indonesia yang masyarakatnya memiliki solidaritas kuat, satu dolar Amerika Serikat yang dikeluarkan untuk latihan akan mampu mengurangi kerugian hingga ratusan dolar, kata dia.

Oleh sebab itu perlu latihan , terutama untuk ancaman gempa dan tsunami yang kejadiannya tidak dapat diperkirakan sehingga masyarakat benar-benar siap.

Sutopo menyebutkan gladi lapangan melibatkan tiga pesawat angkut berupa hercules, CN 295 serta cassa , enam helikopter, 17 kapal terdiri atas kapal rumah sakit KRI Suharso , kapal patroli kemanan laut, boat cepat, serta 19 perahu karet.

Kemudian, 79 truk dan bus, 87 mobil dan ambulans, 33 motor trail , satu tenda posko utama , 40 tenda darurat , empat rumah sakit lapangan, 10 video satelit dan perangkat pendukung, dan 12 set perangkat komunikasi elektronik

Gladi melibatkan 3.649 orang terdiri atas 2.032 warga sipil, 1.617 personil militer dan kepolisian, 23 instansi pusat baik kementerian dan lembaga, 49 instasi daerah , tujuh instansi swasta dan organisasi kemasyarakatan.

Selain itu gladi juga melibatkan 11 negara yaitu Australia, Brunei Darusalam, Kamboja, Myanmar, Rusia, Selandia Baru, Amerika Serikat , Vietnam , India dan sejumlah organisasi kemanusian internasional.

Ia menambahkan gladi lapangan menghabiskan anggaran sekitar Rp25 miliar yang telah dipersiapkan sejak 2013.

Ia menjelaskan penyelenggaraan Mentawai Megathrust Direx 2014 berawal dari penelitian para ahli tentang potensi gempa yang bersumber di jalur megathrust Mentawai sehingga memerlukan upaya-upaya penguatan kesiapsiagaan untuk mengurangi resiko.

Tujuan penyelenggaraan untuk meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan dan kerjasama kemitraan internasional, terujinya prosedur penerimaan bantuan asing dan terujinya keterpaduan operasional antara sistem komando tanggap darurat dengan prosedur negara-negara lain.

Persiapkan DiriWakil Presiden Boediono yang turut menyaksikan gladi lapangan mendoroang agar latihan kesiapsiagaan menghadapi bencana diadakan berkala untuk membiasakan masyarakat terhadap ancaman bencana."Latihan rutin perlu diadakan, apakah satu tahun sekali atau berapa kali silahkan ditentukan. Tapi latihan seperti ini sangat penting agar masyarakat siap ketika suatu saat bencana tersebut datang," kata dia.

Wapres meminta agar pemerintah daerah memiliki kemampuan yang maksimal dalam menanggapi bencana yang terjadi. Sementara , Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno mengatakan kegiatan Megathrust Direx 2014 bukan untuk menakut-nakuti akan terjadi tsunami dalam waktu dekat.Tujuannya untuk mempersiapkan diri karena tidak ada yang tahu kapan gempa dan tsunami terjadi, kata dia.

Ia mengatakan sebagai manusia perlu ada perencanaan. Jika perencanaan dilakukan dengan baik semua pihak terkait diharapkan dapat bekerja maksimal.

Penulis adalah penerima Beasiswa Bakrie Graduate Fellowship 2013