Padang, 13/3 (Antara)- Raut wajah Pangi Syarwi cerah. Sebentar lagi staf pengajar Universitas Al Azhar Jakarta itu akan menjadi ayah. Istri tercintanya akan melahirkan anak pertama. Rabu (12/3) pagi ia berangkat ke Padang mendampingi sang istri melahirkan.
Sebagai pasangan muda, sempurna sudah kebahagian yang akan diperoleh. Menikah dengan wanita pilihan yang dicintai.Tak lama lagi akan hadir buah cinta mereka. Pangi telah memesan tiket pesawat ke Padang jauh hari .
Ia memilih menggunakan maskapai Garuda Indonesia penerbangan Rabu (12/3) pukul 06.30 WIB. Pukul 04.00 WIB pagi ia bersiap menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta . Terbayang sudah dipelupuk mata istri tersayang yang sebentar lagi akan melahirkan anak pertama.
Tiba di terminal keberangkatan, Pangi menuju loket untuk mengurus administrasi keberangkatan. Tepat pukul 06.00 WIB seharusnya sudah ada pengumuman untuk naik kepesawat. Sebentar lagi, ia akan menginjakan kaki di tanah kelahirannya menyongsong kehadiran jabang bayi.
Namun, tiba-tiba ada pemberitahuan dari pihak Garuda Indonesia. Penerbangan ditunda dengan alasan cuaca buruk. Penumpang disilahkan menunggu. Pangi memberi tahu keterlambatan itu pada istrinya. Tiga jam berlalu hingga pukul 10.00 WIB belum ada kejelasan kapan berangkat.
Sebagian calon penumpang mulai resah. Akhirnya, terdengar informasi penerbangan dibatalkan karena saat itu Padang dilanda kabut asap cukup tebal. Pesawat tidak dapat mendarat karena jarak pandang terbatas sehingga tidak aman bagi keselamatan penerbangan.
Penumpang diberi dua pilihan, menukarkan kembali tiket dengan uang, atau melakukan penjadwalan ulang penerbangan ke Padang. Pangi memilih opsi pertama. Dalam hatinya ia harus cepat sampai ke Padang. Prediksi dokter, istrinya akan melahirkan hari itu. "Apapun caranya saya harus sampai ke Padang", kata dia.
Ia pun menuju loket untuk menukar kembali tiket dengan uang dan mencari maskapai lain yang akan terbang ke Padang. "Masya Allah, ramainya luar biasa, untuk menukar tiket saya harus antre empat jam, kalau menjadwal ulang sampai Kamis (13/3) sudah penuh semua", kata dia.
Berjuang empat jam, ia mendapatkan kembali uangnya senilai Rp1.200.000. Uang itu tidak dikembalikan utuh dipotong tiga persen untuk pajak kata petugas konter. Perjuangan baru dimulai. Ia berburu tiket ke Padang.
Hasilnya sama saja, hampir semua maskapai penuh dan yang lebih memprihatinkan harga sudah melambung sampai Rp1.800.000. "Ini tidak manusiawi, saat bencana masih ada pihak askapai yang memanfaatkan kesempatan dengan menaikan harga tiket", kata dia.
Pangi baru mendapatkan tiket keesokan harinya Kamis (13/3) dengan jadwal pukul 17.00 WIB. Ia tak pernah membayangkan hal ini. Dengan berat hati ia sampaikan hal ini kepada istri batal berangkat. Ia berdoa semoga bisa mendampingi istri melahirkan buah hatinya besok. Sebagai ayah ia ingin sekali mengumandangkan lafal azan ditelinga anaknya begitu lahir.
Pangi kembali kekediamannya dengan menyimpan kekecewaan mendalam. Pikirannya sudah di Padang, apa daya badan masih di Jakarta. Rabu malam kabar bahagia itu datang, istrinya melahirkan seorang putri cantik diberi nama Nabila Mufidah Pangi.
Apa daya, Pangi hanya menyimpan kesedihan bercampur bahagia. Kesedihan seorang ayah yang tidak dapat menyaksikan detik-detik kelahiran putri pertamanya. Kepiluan tidak sempat mengumandangkan lafal azan dan iqomat ditelinga sang bayi.
Ia menyayangkan upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi hal ini tidak maksimal. Padahal dapat dilakukan modifikasi cuaca agar turun hujan didaerah sumber api.
Sementara, Manajer Operasional PT Angkasa Pura II Bandara Internasional Minangkabau di Padangpariaman Joko Sudarmanto mengatakan pada Rabu (12/3) sebanyak delapan penerbangan terganggu akibat pendeknya jarak pandang.
Lima penerbangan Garuda Indonesia dibatalkan sedangkan tiga lainnya yaitu Sriwijaya, Lion Air, dan Citilink mengalami penundaan, kata dia.
Ia mengatakan, keputusan pembatalan atau penundaan penerbangan sepenuhnya kebijakan masing-masing maskapai.
Idealnya jarak pandang untuk penerbangan minimal 1.000 meter, kata dia.
Sementara, pada Kamis (13/3) jarak pandang di Bandara Internasional Minangkabau sejak pagi hanya 700 meter.
Akibatnya, seluruh penerbangan maskapai Garuda Indonesia, dan empat penerbangan Citilink di batalkan, serta lima penerbangan Sriwijaya mengalami penundaaan .
Kondisi ini diperparah oleh pengguna jasa penerbangan di Pekanbaru yang memilih mengalihkan penerbangan ke Padang, ternyata kondisi di Padang tidak memungkinkan untuk aktivitas pesawat udara, kata Joko.
Sementara, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ketaping Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat melaporkan jarak pandang di semua wilayah provinsi itu dalam sepekan terakhir kurang dari satu kilometer akibat kabut asap.
Jarak pandang di wilayah Sumbar kurang dari satu kilometer dan yang terpendek berada di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota yang hanya 100 meter, kata Analis Forecasther BMKG Ketaping, Yuni Fitria.
Ia mengatakan, karena kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota berbatasan langsung dengan Provinsi Riau yang merupakan sumber titik api menyebabkan jarak pandang diwilayah itu lebih pendek dari daerah lain.
Sementara, pada daerah lain jarak pandang bervariasi mulai dari 500 hingga 900 meter, kata dia.
Ia menjelaskan penanganan kabut asap sangat tergantung pada turunnya hujan di sumber titi api yang berada di Provinsi Riau.
Jika hujan tidak turun pada sumber titik api kabut asap tidak akan berkurang, kata dia.
Dikatakannya, jika hujan turun di wilayah Sumatera Barat, kabut asap hanya akan hilang sebentar, karena sumber titik api masih ada.
Darurat Kabut Asap
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat memberlakukan tanggap darurat kabut asap karena kualitas udara semakin mengkhawatirkan dan telah menimbulkan dampak negatif terhadap aktivitas masyarakat setempat sejak Rabu (12/3).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar Yazid Fadhli mengatakan kebijakan pemberlakuan status darurat kabut asap karena kualitas udara kian memburuk, terutama pada delapan kabupaten dan kota.
Delapan kabupaten dan kota meliputi Kabupaten Limapuluh Kota, Pasaman Barat, Tanah Datar. Kemudian Kota Payakumbuh, Bukittinggi, Padangpanjang, Padang, Sawahlunto dimana hasil kajian partikel debu di udara sudah melebihi ambang batas.
Yazid mengatakan status ini agar segera ditindaklanjuti oleh pemerintah kabupaten dan kota dengan mengambil kebijakan yang diperlukan
Sejak Rabu Pemerintah Kota Payakumbuh dan Padang sudah mengeluarkan kebijakan dengan meliburkan pelajar sekolah selama dua hari terakhir, akibat kabut asap yang semakin meningkat menyelimuti daerah itu.
Sementara Anggota Komisi Komisi III DPRD Sumbar Yulman Hadi mendorong Gubernur mengajukan keberatan terhadap Pemprov Riau atas peristiwa kabut asap di Sumbar yang berasal dari Riau.
Pemprov Sumbar sebaiknya menyurati Pemprov Riau sebagai bentuk protes, dan surat kepada Presiden agar diambil langkah lebih konkret mengatasi persoalan ini, kata dia.
Ia mengatakan kabut asap hampir setiap tahun terjadi di daerah Pekanbaru sehingga menimbulkan dampak ke Sumbar .