Suroto (36), mencoba bercengkrama dengan anak perempuannya, saat sang istri sedang ke toilet di Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni, Lampung Selatan, pada tengah malam beberapa hari menjelang Idul Fitri 1433 Hijriah.
Anggota TNI AD yang bertugas di Surabaya, Jawa Timur itu mesti melalui perjalanan panjang menggunakan bus umum dari Surabaya sampai ke Lampung.
"Alhamdulillah, walaupun melelahkan dan mesti berdesak-desakan di sepanjang perjalanan nyaris tak ada halangan yang berarti," ujar dia.
Boleh jadi, Suroto yang menggunakan seragam prajurit TNI AD itu dapat terhindar dari berbagai gangguan selama perjalanan mudiknya, mengingat dia seorang anggota TNI.
Berbeda dialami Sumiati (33), saat harus menjalani mudik bersama suaminya dan seorang anak perempuannya yang masih balita, dari Tangerang, Banten ke Kotaagung, Lampung.
Dia menuturkan, selama perjalanan kerapkali menghadapi berbagai hambatan dan ketidaknyamanan.
"Ini, malah dapat bus kehabisan kursinya, sehingga terpaksa duduk di kursi cadangan tengah lorong bus ini," ujar dia pula.
Sepanjang perjalanan, Sumi pun berkali-kali memperbaiki posisi duduk untuk tetap dapat menyangga anaknya yang tertidur, agar kepalanya tak sampai membentur besi penahan tangan di kursi tempat duduk penumpang sebelah kiri dan kanannya yang sudah penuh itu.
Ia pun meminta bantuan perempuan penumpang lain yang duduk di sebelahnya, untuk sekadar mengambil sedikit tempat agar dapat merebahkan kepala anaknya agar lebih aman dan nyaman.
Beberapa pemudik lain juga mengungkapkan perjalanan melelahkan dan berisiko untuk mudik dari Pulau Jawa ke Sumatera, selepas menyeberangi Selat Sunda dari Pelabuhan Merak, Banten ke Bakauheni, Lampung.
Salah satu pemudik dari Jakarta ke Lampung, juga mengeluhkan mobil yang ditumpanginya harus tertahan berjam-jam sebelum bisa masuk ke Pelabuhan Merak dan menuju kapal feri.
Pemudik lainnya mengeluhkan, terpaksa membayar ongkos bus melebihi biasanya, karena tak ada penjelasan tentang tarif saat Lebaran, padahal dia harus tetap berangkat mudik pada Lebaran tahun ini.
Banyak pula pemudik yang tidak menggunakan sarana transportasi umum, baik moda transportasi darat, laut, maupun udara, melainkan menggunakan sepeda motor.
Risiko dijalani para pemudik bersepeda motor ini lebih besar lagi, selama dalam perjalanan.
Apalagi dengan kondisi jalan yang dilalui mengalami kerusakan, dan tingkat kepadatan kendaraan bermotor di jalan-jalan yang semakin padat.
Tapi para pemudik bersepeda motor itu, mengaku pilihannya tersebut untuk mengurangi biaya mudik yang kelewat mahal, sementara pendapatan terbatas.
Mereka juga mengaku, sepanjang jalan perlu mengatur waktu istirahat, agar tidak kelelahan dan ngantuk dalam perjalanan karena akan membahayakan.
Umumnya pemudik berseda motor itu, juga tidak sendirian. Selain membawa serta anak atau istri dan keluarga dekat, di antara mereka juga saling bertegur sapa dengan pemudik bersepeda lainnya di perjalanan sehingga akhirnya bisa bersama-sama menuju tempat tujuan.
Ribuan pemudik yang tiba di Pelabuhan Bakauheni, beberapa hari jelang Idul Fitri, pada puncak arus mudik itu pun harus berjam-jam menunggu bus datang, setelah bus yang tersedia tidak lagi mampu menampung jubelan penumpang itu.
Akibatnya, mobil angkutan pedesaan dan travel resmi maupun tidak resmi diperbantukan untuk mengangkut mereka, sembari menunggu kedatangan bus reguler yang diperlukan dari Terminal Induk Rajabasa yang perlu perjalan normal antara 1,5 jam hingga dua jam Rajabasa-Bakauheni itu.
Para pemudik itu kendati menghadapi sejumlah persoalan, terbilang masih beruntung, dibandingkan pemudik yang mengalami kecelakaan dalam perjalanan, di antaranya sampai meninggal dunia.
Tiga orang pemudik tewas dan lima luka-luka akibat kecelakaan di Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) Kilometer 55 Desa Lubuk Kamal, Kabupaten Lampung Selatan, Jumat (17/8), sekitar pukul 09.30 WIB.
Pihak Polres Lampung Selatan menjelaskan bahwa kecelakaan terjadi antara travel Karona BE 2132 AJ yang dikendarai oleh Nursalim bertabrakan dengan travel Ananda BE 2040 AJ yang dikendarai oleh Firman Afandi di ruas Jalinsum tersebut.
Pada saat kejadian itu, lanjut dia, travel Karona Group melaju kencang dari arah Kota Bandarlampung menyalip kendaraan yang ada di depannya. Namun, dari arah berlawanan sebuah mini bus juga sedang melaju kencang pula.
Saat mencoba menghindari saling tabrak, pengendara minibus membanting setir ke kiri sedangkan mobil travel Karona langsung menabrak travel Ananda yang juga melaju kencang mengakibatkan tabrakan pun tidak dapat terhindarkan antara kedua mobil travel tersebut.
Para korban yang tewas adalah Nursalim (30), pengemudi travel Karona, Desmala Dewi (27), warga Cikarang Bekasi, serta seorang korban meninggal lainnya, pria namun belum dikenali identitasnya.
Korban luka berat adalah Widodo (35), warga Wonogiri, Jawa Tengah, Gunawi (36) warga Pandeglang, Banten, dan Firman Afandi (29), pengemudi travel Ananda warga Panjang Bandarlampung, serta satu lagi seorang pria yang belum dikenali identitasnya, serta lima orang korban lainnya yang mengalami luka ringan.
Akibat tabrakan itu sempat menimbulkan kemacetan arus lalu lintas kendaraan dari arah Kota Bandarlampung maupun Bakauheni hingga mencapai 3 kilometer karena menunggu proses evakuasi korban yang membutuhkan waktu relatif cukup lama.
<b>Rajabasa-Bakauheni Aman</b>
Selama ini, bagi para pemudik atau pendatang yang masuk ke Lampung, kondisi Terminal Induk Rajabasa di Bandarlampung dikenal sebagai seram dan angker.
Namun jauh hari sebelum arus mudik Lebaran tahun 2012 ini, pengelola terminal dan Wali Kota Bandarlampung Herman HN telah menegaskan bahwa kondisi terminal antarkota dan lintas kendaraan antarprovinsi terbesar di Lampung itu dijamin aman dari tindak kriminalitas.
Para pemudik diimbau untuk tidak ragu saat tiba kemalaman di terminal itu.
Begitupula pemudik di Bakauheni, diimbau untuk tetap melanjutkan perjalanan kendati tiba di pelabuhan penyeberangan ini pada malam hari, mengingat kondisi Terminal Rajabasa yang sudah aman.
Pengelola Terminal Rajabasa menyebutkan, sebanyak 264.043 pemudik telah tiba atau berangkat dari terminal itu sejak sepekan sebelum Lebaran hingga sehari menjelang Lebaran.
"Jumlah pemudik yang memanfaatkan jasa terminal ini sekitar angka itu," kata Kepala UPT Terminal Dishub Kota Bandarlampung, Mega Sumbahan, di Bandarlampung, Sabtu malam.
Menurut dia, jumlah pemudik yang menggunakan jasa transportasi darat di terminal itu meningkat, dengan makin membaik pelayanan dan kenyamanan di terminal tersebut.
"Mudah mudahan peningkatan pemudik terjadi karena masyarakat sudah tidak takut lagi untuk masuk ke Terminal Rajabasa yang sebelumnya dinilai seram," ujar dia lagi.
Kapolda Lampung Brigjen Jodie Rooseto menegaskan, tindak kriminalitas di Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, hingga sehari menjelang Lebaran masih nihil.
Pada pelaksanaan arus mudik saat ini, dilaporkan tidak ada tindak krimininalitas di dalam lingkungan Pelabuhan bakauheni.
"Copet saja tidak ada," kata dia, saat memaparkan kepada Kapolri Jenderal Timur Pradopo dan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, dalam kunjungan di Bakauheni itu pula.
Polda Lampung di Pelabuhan Bakuheni menempatkan sebanyak 446 orang polisi, dibantu oleh tim SAR dan lain-lain.
Disiapkan pula sekitar 78 pos keamanan dan pos pelayanan di seluruh wilayah hukum Polda Lampung yang memiliki 10 polres dari 14 kabupaten dan kota di sini.
Pihaknya juga telah menyiapkan tujuh kantong parkir di wilayah Pelabuhan Bakauheni pada arus balik mendatang, mengingat kendaraan dipastikan menumpuk di pelabuhan tersebut.
Kapolri Jenderal Timur Pradopo mengatakan, jumlah penumpang pada arus mudik di Pelabuhan Bakauheni, berdasarkan keterangan PT ASDP, mengalami kenaikan cukup siginifikan.
Jumlah penumpang naik hingga 32 persen dibandingkan tahun lalu, dan pemudik yang menggunakan sepeda motor naik 42 persen, sedangkan kendaraan roda empat mengalami penurunan sekitar empat persen.
Menurut dia, meskipun jumlah trip kapal feri ("roll on roll off"/ro-ro) menurun pada tahun ini, hanya 96 trip hingga tiga hari menjelang Lebaran, padahal tahun lalu periode yang sama mencapai 111 trip.
Jumlah penumpang hingga tiga hari menjelang Lebaran, menurut PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry Cabang Bakauheni, sebanyak 123.000 penumpang, sedangkan pada periode yang sama tahun lalu hanya 111.000 orang.
Sepeda motor jumlahnya naik, namun kendaraan roda empat menurun.
<b>Keluhan Pemudik</b>
Sejumlah pemudik mengeluhkan pula kekurangan bus di Terminal Pelabuhan Bakauheni, tujuan Terminal Induk Rajabasa, Kota Bandarlampung, sehingga mengakibatkan mereka telantar beberapa jam.
"Kami telah menunggu sejak pukul 04.00 WIB dini hari sampai pagi belum juga terangkut ke Teminal Induk Rajabasa," kata Septi Elmanti, salah satu pemudik asal Bandung tujuan Bandarjaya, Lampung Tengah.
Menurut dia, Dinas Perhubungan dan instansi yang berkompeten mengurus masalah itu seharusnya dapat mempersiapkan jauh-jauh hari dengan seoptimal mungkin, karena jumlah pemudik dari tahun ke tahun dipastikan terus meningkat sehingga ribuan pemudik tidak telantar.
"Pemudik telantar selalu terjadi setiap tahun, seharusnya sudah ada evaluasi untuk tahun-tahun berikutnya," kata dia.
Alumni Universitas Pasundan (Unpas) Bandung itu mengatakan, pemerintah maupun pengurus bus dinilai gagal dalam menyambut arus mudik Lebaran tahun ini karena tidak ada perbaikan berarti terhadap layanan pemudik, terutama para pemudik dari Pelabuhan Merak, Banten yang tiba di Pelabuhan Bakauheni hendak menuju Terminal Induk Rajabasa.
Septi juga menyatakan kecewa dengan layanan kapal dari Merak, mengingat kapal feri sudah penuh sesak namun pemudik tetap saja diizinkan masuk kapal itu tanpa memperhatikan keselamatan pemudik di tengah laut.
"Saya terpaksa duduk berhimpitan di antara mobil-mobil pribadi yang parkir di geladak kapal, karena kapal sudah penuh sesak penumpang," kata Septi.
Sheilla, pemudik lain juga mengatakan merasakan kelelahan dengan aktivitas mudik seperti itu, karena di perjalanan tidak pernah merasakan kenyamanan seperti yang diharapkan selama ini.
Ia mengaku, sebenarnya ingin mudik lebih awal agar tidak ikut telantar, namun harus menyesuaikan dengan jadwal libur sekolah, sehingga baru berangkat mudik setelah libur dengan minta izin lebih awal satu hari untuk persiapan mudik.
Pemudik lain, Jamhari, mengatakan Dinas Perhubungan dinilai kurang mempersiapkan dengan baik layanan angkutan lebaran ini, karena ribuan orang penumpang sampai telantar hingga berjam-jam lamanya.
Ia mengaku sudah menunggu dari pukul 02.30 WIB saat turun di Pelabuhan Bakauheni, namun belum juga mendapatkan bus.
Jamhari bersama istri dan anaknya itu berusaha memasuki bus yang datang, namun gagal karena dia dan anak balitanya tidak dapat masuk bus yang sudah penuh, sementara istri dan anaknya sudah masuk ke dalam bus lebih dulu.
Terpaksa istrinya pun turun kembali dari dalam bus itu, meskipun sudah berjuang dengan susah payah memasukinya, karena tidak ingin terpisah.
Pengamat sosial politik dari FISIP Universitas Lampung (Unila), Arizka Warganegara MA, menilai persoalan infrastruktur dan transportasi publik tetap belum terpecahkan dengan baik oleh pemerintah.
"Perlu kebijakan khusus untuk membenahi infrastruktur dan pengembangan 'mass rapid transportation' yang murah, aman dan nyaman sebagai prioritas dijalankan oleh pemerintah," ujar Arizka pula. (*/jno)