Harus Dioperasi, Nurhayati Bingung Tak Punya Biaya

id Harus Dioperasi, Nurhayati Bingung Tak Punya Biaya

Nurhayati (43), warga Perumahan Lubuk Gading IV Blok G10 RT 003/RW 15 Lubuk Buaya membutuhkan uluran tangan para dermawan untuk biaya pengobatan kanker payudara yang dialaminya.

Kanker payudaranya diketahui setelah pengecekan di RSUP M.Djamil. Dia disarankan untuk operasi, karena jika sudah besar, harapan kesembuhan akan semakin tipis.

Tentu saja Nurhayati bingung, mau dapatkan uang dari mana, sedang untuk hidup sehari-hari dan biaya sekolah anak-anaknya saja sulit. Kebutuhan keluarga begitu besar sementara sang suami, Rusli Siregar (48) hanyalah bekerja sebagai pembawa truk angkut pasir.

Namun, karena hubungan baik dengan para tetangga, jalan sedikit terbuka. Faisal (52) dan istrinya (tetangga Nurhayati) menyarankan Nurhayati berobat ke rumah sakit. Urusan biaya, kata mereka coba dicari bersama.

Nurhayati tetap optimis meski kini belum ada gambaran pasti tentang dana untuk operasi, padahal setelah konsultasi lanjutan dengan dokter Kamis (10/5), pada Senin (14/5) mendatang Nurhayati ditetapkan sudah harus dioperasi.

Saat-saat genting seperti ini, pucuk dicinta ulam pun tiba. Atas pengajuan permohonan bantuanlah, kemudian Tim Dompet Dhuafa Singgalang datang kepada Nurhayati untuk menyalurkan dana bantuan pengobatan tahap pertama sebesar Rp1 juta.

Tentu uang ini masih belum seberapa dibanding besarnya biaya operasi yang mesti ditanggung Nurhayati. Nurhayati masih butuh uluran tangan dari donatur.

Meninjau kesehariannya, hidup Nur dan keluarga memang memperihatikan. Rumah mereka hanya berukuran 6 x 6 meter dalam keadaan rusak berat karena gempa 2009.

Para tetanggalah yang kemudian menyumbangkan dana untuk pembangunan rumah tersebut. Kini rumah petak berukuran kecil itu didiami tujuh orang. Nur dan suami, tiga anak mereka, satu keponakan, dan ibu mertua Nur. Itupun mereka masih harus membayar sewa Rp1 juta pertahun.

Sebelumnya mereka menyewa rumah milik Faisal. Namun karena kondisi Faisal terdesak, rumah petak tersebut terpaksa dijual.

"Waktu itu saya mengerti keadaan Bu Nur dan keluarga, namun rumah itu memang harus saya jual. Alhamdulillah warga akhirnya kompak untuk memperbaiki rumah kosong yang rusak karena gempa ini," terang Faisal.

Nurhayati berterimakasih kepada para tetangganya yang begitu peduli. Dia mengakui, tanpa bantuan para tetangga, hidup akan semakin sempit. Untuk biaya makan saja, Nurhayati harus mengeluarkan uang Rp50 ribu perharinya.

"Selain saya dan emak, penghuni rumah ini laki-laki semua. Jadi untuk masak beras saja mencapai 2 kilo perhari," terang Nur.

Sementara gaji sang suami taklah tetap. Kalau sebulan bekerja penuh, barulah didapatkan uang sebesar Rp1 juta.

Sedangkan dari hasil menyetrika, Nur mendapatkan uang Rp150 ribu perbulan. Selain itu, dia juga mengasuh seorang anak tetangganya dengan gaji Rp200 ribu perbulan.

"Baru setahun ini saya menyetrika, lantaran biaya hidup dan anak sekolah semakin besar," tutur Nur.

Tiga anaknya pun masih usia sekolah, anak keduanya sekolah SMK Teknologi kelas 1, di SMP 34 Lubuk Buaya kelas 1, dan kelas 3 di SD 02 Lubuk Buaya.

Sementara anak pertama sudah lepas mencari hidup sendiri. Menjadi buruh tani di Padang Sidempuan Provinsi Sumatera Utara. Biaya sekolah anak, listrik, dan biaya lainnya benar-benar tak sebanding dengan pemasukan.

"Meski begitu, alhamdulilah ada saja rejeki. Tetangga yang prihatin dengan kondisi kami selalu memberikan dukungan baik uang maupun semangat," katanya.

Nurhayati sekarang hanya berdoa, berharap agar kanker yang berdiameter 5 cm dan rasa sakit yang semakin menjadi bisa segera hilang dari tubuhnya. (non/wij)