Memaknai hari ibu, Dompet Dhuafa Singgalang berusaha menghimpun modal usaha untuk ibu-ibu tangguh yang berjuang sendiri menjadi tulang punggung keluarga dan menanggung biaya hidup lebih dari 3 anak. Ibu-ibu janda, miskin, atau mereka yang punya suami tapi suaminya tidak bisa bekerja lagi, hingga ialah yang harus memeras keringat menghidupi keluarga. Ibu-ibu dengan kriteria ini plus juga bermoral baik, jadi sasaran program Ibu Tangguh Sang Inspirator Tahun 2011.
Dompet Dhuafa Singgalang sudah mendapatkan orang-orangnya, mulai hari ini profil mereka diturunkan satu persatu. Bantuan anda sangat berarti untuk mereka. Bantuan dapat disalurkan ke Graha Kemandirian Dompet Dhuafa Singgalang JL Juanda No. 31 C Pasar Pagi Padang, atau melalui rekening a/n Dompet Dhuafa Singgalang: Bank Mandiri: 111.000.500.5000, Bank Nagari: 2100.0105.00297.1, BNI Syariah: 234.66666.6
Perkara ditinggal suami merupakan pengalaman pahit yang tak tertanggungkan bagi seorang perempuan. Apalagi ditambah dengan beban anak yang harus dihidupi dan dipelihara hingga dewasa.
Otomatis perempuan dalam kondisi ini harus jungkir balik mencari nafkah sendiri. Tanggungjawab yang seharusnya dipikul seorang suami atau ayah dari si anak beralih tempat ke pundaknya. Perempuan luar biasa, begitulah kira-kira patut kita menyebutnya.
Itulah yang dialami Nurmima (43) warga Jalan Pesisir Selatan Siteba. Sudah sejak 14 tahun yang lalu ia menjanda. Selama itu ia terus berjuang untuk membesarkan ketiga anak yang kini sudah beranjak dewasa, Dayat Nurferdana (15), si kembar Desi Apriani dan Dodi Apriadi (14).
"Pabialah den gadaian angok den, asal anak den sekolah (biarlah saya "gadaikan nyawa" asal anak saya bisa bersekolah)," katanya ketika ditemui tim survei program "Ibu Tanggung Sang Inspirator" Dompet Dhuafa Singgalang, Senin (12/11).
Ketiga anaknya memiliki cita-cita yang tinggi-tinggi, ada yang mau jadi dokter, ahli olah vocal. Meski sebenarnya kecut juga nyalinya membayangkan cita-cita dokter anaknya, namun Nurmima tetap optimis.
"Jalan Tuhan telah ada, saya tinggal berusaha," ujarnya.
Matanya kemudian berkaca-kaca ketika kemudian melanjutkan kisah pahitnya gagal berumah tangga. Tanpa sebab yang pasti, sang suami yang ketika itu menjabat lurah, pergi meninggalkan dia dan tiga anaknya yang ketika itu masih kecil-kecil. Si kembar barulah berumur tiga bulan.
Mereka pun kemudian bercerai, dan sepanjang itu, sang suami tak pernah memberikan sepeserpun hak dari buah hati yang kini ditinggal pergi.
Nurmima bukanlah wanita lemah, dia menghidupi tiga anak, bahkan ibu kandungnya yang tinggal bersamanya menjalani hari tua. Sendiri dia mencari nafkah, dari hasil menjual ikan.
Sebenarnya menjual ikan ini memang sudah dilakoninya sejak anak sulungnya, Dayat, berumur tiga bulan. Namun kala itu masih untuk senang-senang saja. Sekedar menyalurkan keinginan wirausahanya yang memang sudah ada sejak muda.
Setelah suaminya yang seorang lurah itu meninggalkannya, dia menjadikan jual ikan sebagai mata pencahariannya. Kalau dulu menjual ikan di rumah saja, sejak ditinggal suami, dia mulai jual ikan keliling. Satu katanya, demi anak-anak.
"Masa depan saya ya sampai di sini, tapi masa depan anak-anak masih panjang," ujarnya.
Dia mendapatkan kepercayaan dari seorang juragan ikan untuk mejual ikan miliknya. Uangnya boleh dibayar setelah ikan-ikan laku terjual.
"Berjualan tanpa modal lah," ujarnya lagi.
Dalam sehari Nurmima bisa menjual 15-25 kg ikan, kalau sedang berezeki bisa sampai 30 kg. Kalau hanya berharap dari jual ikan mentah saja, tentu tidak akan cukup. Sungguh kebutuhan masih sangat banyak. Anak sulungnya, Dayat, sebentar lagi akan masuk SMA, sedangkan Desi juga baru akan masuk SMP.
Nurmima kemudian berpikir bagaimana caranya untuk mendapatkan pendapatan lebih.
Setelah berjualan keliling-keliling dan ikannya tak habis, siang hari dia lanjutkan dengan memasak ikan-ikan tersebut.
"Dari pada dikembalikan ke juragan, lebih baik saya jual masaknya saja," kata Nurmima.
Di menuturkan kalau ingin lebih maju dalam usahanya kini. Jualan keliling yang dilakukannya selama ini terasa begitu menguras tenaga. Maklumlah, usianya terus bertambah, sementara tuntutan kebutuhan juga terus menekan. Lega hatinya ketika dia dimasukkan Dompet Dhuafa Singgalang ke salah satu daftar calon "Ibu Tangguh Sang Inspirator Tahun 2012".
"Dengan adanya bantuan usaha, saya bisa lebih panjang melangkah," harapnya. (*)