Tidak ada lagi jalan ke dusun itu, kecuali semak-belukar dan bekas jalan yang putus. Meski di alam terbuka, jaring laba-laba seringkali menutupi jalan tanda tidak pernah dilalui siapa pun. Jalan menuju dusun yang terkubur di Jorong (Dusun) Lubuk Laweh, Kecamatan Patamuan, Kabupaten Padangpariaman, Sumbar, itu masih terputus sejak gempa berkekuatan 7,9 pada Skala Richter disertai longsor mengguncang pada 30 September 2009. Gempa dan longsor hanya menyisakan kepiluan, sunyi, dan kegamangan masyarakat sehingga tidak ingin mengingat apa yang pernah menimpa mereka dan keluarga mereka. Ismael (25), tidak akan pernah melupakan kejadian yang nyaris merenggut nyawanya itu, di dusun tempat ia lahir dan dibesarkan, walau dusun itu kini hanya tinggal nama. Pada peringatan dua tahun gempa di kampungnya itu, Jumat (30/9), Ismael hadir sebagai Wali Korong (Kepala Desa) Lubuk Laweh Jajaran, berpakaian baju koko biru lengkap dengan peci. Rasa sakit dan ngilu di kaki kirinya terus mengingatkan dirinya pada kejadian dua tahun lalu itu. Ismael adalah salah satu dari korban selamat dari longsor yang menimbunnya selama 18 jam, dan selama satu setengah jam ia tertimbun habis. Lelaki yang masih belum menikah itu mengisahkan, saat gempa mengguncang, dirinya tengah berada di dalam rumah, keluarganya yang lain tengah bepergian ke luar daerah. Seiring dengan guncangan, ia menyaksikan langsung rumah-rumah di segala penjuru di dekatnya roboh. "Sekitar jarak 150 meter, batang pohon kelapa bergerak dan semuanya terangkat. Saya lalu lari ke belakang rumah, namun baru dua langkah tiba-tiba datang longsor. Saya terlempar sejauh 100 meter dan tertimbun sedalam 3 meter selama satu setengah jam," katanya mengenang. Kepanikan luar biasa membuat dirinya tidak mampu berbuat apa-apa saat itu. Beruntung, sekitar pukul 19.00 WIB dirinya mendengar suara orang. Tanpa berpikir, Ismael langsung meminta tolong. Ia pun dapat menghirup udara setelah ditolong seseorang itu hingga sebatas pinggang. Ia patut bersyukur diberi kesempatan hidup, meski saat sudah dapat keluar dari timbunan longsor sebatas pinggang, dirinya harus menunggu pertolongan dari tim SAR hingga pagi hari. Kala itu semua gelap, kisahnya, kemudian tangis-tangis pecah seiring desis hujan yang turun melunakkan tanah-tanah yang menimbunnya. Orang yang berbaik hati itu (ia mengaku tidak kenal), dengan terpaksa meminta Ismael agar bersabar menunggu pertolongan lain karena tidak sanggup lagi menolong. Ismael pun harus menunggu di tengah hujan dengan tadahan seng sampai fajar menyingsing. Di kepalanya, ketakutan-ketakutan terus bercabang. Empat bulan pascakejadian tersbeut, Ismael sangat merasakan trauma mendalam. Ketika itu, katanya, ia selalu takut bila hujan datang dan angin kencang. "Saat itu trauma gempa tidak bisa hilang dari pikiran saya. Rasanya saya ingin dipindahkan dari sini," katanya. Ketakutan itu makin kuat ketika dia menyadari bahwa dirinya belum bisa berjalan, apalagi untuk berlari. Di pikirannya, kejadian serupa bisa saja terulang dan tentu itu akan lebih menakutkan. Trauma psikologis menjadi beban berat bagi Ismael, demikian pula warga lainnya di Lubuk Laweh yang rata-rata kehilangan anggota keluarganya akibat gempa dan longsor. Namun dua tahun berlalu, Ismael sudah berubah. Ketakutan-ketakutannya dulu sudah ia buang jauh-jauh, karena kini ia memimpin sebuah desa hasil pemekaran dari tiga dusun, termasuk dusunnya yang terkubur. "Saya sudah bisa berjalan lagi, waktu itu dioperasi dibiayai oleh LSM internasional dan pemerintah daerah, selama sembilan bulan kaki ini sudah pulih meski masih ada rasa ngilu," katanya. Selain itu, semenjak kejadian paling buruk dalam hidupnya itu, ia menjadi makin dekat dengan Tuhan, dan menganggap semua kejadian dan peristiwa ada hikmahnya. "Sekarang saya sudah semangat hidup lagi, karena banyak mengikuti berbagai pelatihan motivasi dan lain-lainnya. Tujuan saya menjadi Wali Korong ini untuk membangun daerah ini kembali sebaik-baiknya, dan membangun ekonomi masyarakat," katanya dengan cita-cita tinggi. Meskipun demikian, ia berharap Pemerintah Daerah dapat mewujudkan rencana transmigrasi warga lainnya yang masih tinggal di lokasi rawan longsor. Ia juga berharap, pemerintah dapat membuka kembali jalan yang terputus akibat longsor agar perekonomian masyarakat kembali bergeliat. Wakil Bupati Padangpariaman, Damsuar mengatakan, ada sekitar 300-an Kepala Keluarga yang harus ditransmigrasikan ke daerah lain karena berada di zona rawan bencana. Tapi diakuinya, kini kebijakan tersebut ada di Pemerintah Propinsi karena lokasi transmigrasi masih belum ditentukan. Dusun Lubuk Laweh Tinggal Nama Dusun Lubuk Laweh, Desa Lubuk Laweh, Nagari Tandikek, Kecamatan Patamuan, Kabupaten Padangpariaman, Sumbar, sebagai lokasi terparah akibat gempa 30 September 2009, kini tinggal nama. "Kini Dusun Lubuk Laweh tinggal nama saja, yang ada Desa Lubuk Laweh Apar dan Desa Lubuk Laweh Jajaran," kata Wali Nagari Tandikek Utara, Barozen. Sebelumnya Dusun Lubuk Laweh berada di wilayah Desa Lubuk Laweh, bersama Dusun Apar dan Dusun Jajaran. Namun, katanya, berdasarkan kesepakatan masyarakat, dusun itu dimekarkan menjadi desa, namun Dusun Lubuk Laweh digabungkan dengan dua dusun lainnya. "Kesepakatan itu dibuat agar nama Lubuk Laweh sendiri tidak hilang, namun warga tetap mengenang bahwa pernah ada dulunya sebuah Dusun bernama Lubuk Laweh," ujarnya. Ia menjelaskan, di Lubuk Laweh sekitar 130 orang lebih tertimbun longsor akibat gempa, sebagian besar jasadnya masih belum ditemukan dan ditetapkan sebagai kuburan massal. Sesudah gempa mengguncang Padangpariaman disertai longsor, dari ratusan warga Lubuk Laweh yang selamat hanya tinggal 18 orang, tapi ada sebagian lagi yang ketika itu tidak berada di lokasi. Kini sebagian kecil wilayah Lubuk Laweh berada di Desa Lubuk Laweh Jajaran, dipimpin oleh Wali Korong (Kepala Desa), Ismael, yang pernah selamat dari timbunan longsor. Sisanya sudah terkubur longsor dan kini hanya menyisakan gundukan tanah dan jalan setapak. Kendati tinggal nama, Lubuk Laweh akan terus dikenang, apalagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Padangpariaman akan membangun monumen gempa dan longsor 30 September berupa tugu untuk mengingatkan peristiwa yang menewaskan ratusan orang itu. "Kita akan membangun tugu itu di daerah Lubuk Laweh, kita anggarkan tahun 2012 dengan mencadangkan dana Rp400 juta," kata Wakil Bupati Padangpariaman, Damsuar. Perencanaan pembangunan monumen kemanusiaan tersebut sebenarnya sudah ada sejak beberapa bulan pascagempa, namun baru bisa dibangun tahun depan. Dijelaskan Damsuar, rencananya pihaknya tidak hanya membangun tugu, namun juga sebuah kawasan tertentu yang bisa dimanfaatkan pengunjung untuk beristirahat sekaligus melihat bukti-bukti gempa dan longsor dua tahun lalu. "Dengan begitu, peristiwa besar itu akan selalu dikenang tidak hanya oleh warga Sumbar, tapi juga pengunjung dari mancanegara," katanya. Lubuk Laweh sendiri, katanya, tahun depan akan ditetapkan sebagai lokasi peringatan gempa 30 September 2009 tingkat propinsi Sumbar. Padangpariaman merupakan daerah terparah di Sumbar yang terkena dampak gempa diikuti tanah longsor 30 September 2009. Longsor menimbun sejumlah desa dan dusun, dengan korban terbanyak Dusun Lubuk Laweh, Dusun Paraman Cumanak, dan Desa Pulau Air. Akibat peristiwa itu, 467 orang meninggal dunia di Padangpariaman, 543 orang luka berat, 512 orang luka ringan, dan 199 orang dinyatakan hilang. Tiga titik kawasan ditetapkan sebagai kuburan massal, karena banyak korban longsor belum ditemukan. Di samping itu, sebanyak 277.430 jiwa atau sekitar 60 persen dari penduduk Padangpariaman, tidak lagi memiliki tempat tinggal karena rumahnya rusak akibat gempa. Sekitar 70 persen infrastruktur, fasilitas umum, dan sarana prasarana juga rusak, dengan total kerugian ditaksir sebesar Rp8,7 triliun. Ismael adalah salah satu korban yang kini berusaha bangkit dari desanya yang telah terkubur. (*)
Berita Terkait
Cara bangkit yang indah dan pesan kuat Garuda untuk lawan-lawannya
Rabu, 20 November 2024 9:07 Wib
Pesan Erick Thohir bagi Skuad Garuda: Percaya kita bisa bangkit
Selasa, 19 November 2024 10:56 Wib
PSBS bangkit dari ketinggalan untuk menang 3-2 atas Semen Padang
Sabtu, 19 Oktober 2024 8:06 Wib
Australia ingin bangkit, tapi Shin Tae-yong janjikan kejutan
Selasa, 10 September 2024 14:02 Wib
Pelatih minta Republik Ceko bangkit pada pertandingan selanjutnya
Rabu, 19 Juni 2024 9:54 Wib
Hari Raya Idul Adha, Bupati Tanah Datar ajak masyarakat untuk kuat dan bangkit
Senin, 17 Juni 2024 16:19 Wib
Mahasiswa bisa manfaatkan perusahaan konsorsium mitra Kemendikbudristek peningkatan "soft skill"
Jumat, 31 Mei 2024 15:12 Wib
Dirut Semen Padang kunjungi lokasi Banjir Bandang, Bupati: bantu kami bangkit
Sabtu, 18 Mei 2024 20:18 Wib