Ada peristiwa menarik saat gempa berkekuatan 6,9 pada Skala Richter (SR) yang menimpa Kota Padang, Sumbar, Minggu (16/8).Kala itu, warganya tidak panik, berbeda dengan gempa Maret 2007 dengan kekuatan 5,8-6,4 pada SR yang menimbulkan kepanikan luar biasa.Saat gempa Maret 2007 yang menyebabkan korban tewas 52 jiwa, ribuan warga Padang tampak berlarian menuju ke tempat-tempat yang tinggi seperti Gunung Pangilun, dan Limau Manis. Kala itu, jalan-jalan di Kota Padang macet dengan antrean kendaraan bermotor yang berduyun-duyun menuju kawasan perbukitan.Kondisi itu justru tidak terlihat pada gempa Minggu-Senin, yang menurut catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah terjadi 14 gempa, yang sebagian berpusat di Siberut, Mentawai, Sumbar. Kenapa warga Padang tidak begitu panik? Diperkirakan, warga kota yang berjuluk "kota bingkuang" itu mulai menyadari bahwa ketenangan atau tidak panik sangat diperlukan untuk menghadapi gempa. "Alhamdulillah kami tidak begitu panik pada gempa kali ini. Padahal, pada gempa Maret 2007 kami bersama keluarga harus kabur ke Limau Manis," ujar Natasha (30), warga Gunung Pangilun Padang. Saat gempa Minggu yang mengguncang rumahnya, Natasha bersama suami dan dua anaknya, hanya keluar rumah di saat terjadi goyangan hebat. Setelah itu, dia dan keluarga kembali ke dalam rumah. Kondisi buncah hanya terlihat di rumah-rumah sakit di Kota Padang. Para pasien RS Yos Sudarso, M Jamil, BMC, dan RS Ibnu Sina, terpaksa dibopong petugas medis dan keluarga ke luar ruangan. Bila melihat data korban dan kerusakan, gempa menjelang HUT RI ke-64, memang tidak begitu parah. Menurut data Sakorlak Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), korban tercatat 10 orang dan hanya luka-luka ringan. Sedangkan data kerusakan rumah dan bangunan tidak begitu mencuat. Bandingkan dengan jumlah korban gempa Maret 2007, menelan 52 korban tewas, dan menghancurkan ribuan fasilitas umum dan rumah-rumah masyarakat. Karena dampak gempa yang tidak begitu parah tersebut pulalah, aktivitas warga Kota Padang tampak berjalan normal dan kekhawatiran warga tidak begitu kentara. "Saat gempa saya sedang di atas motor. Gempa tidak begitu dirasakan, sehingga santai saja," kata Caca (26), warga Jati Padang. Ia mengaku keluarganya tidak pergi ke tempat tinggi karena gempa tidak begitu kuat, dan mendapat informasi tidak ada tsunami. "Warga Padang sudah terbiasa dengan gempa. Jadi tidak terlalu khawatir lagi bila ada gempa," kata Rezi (25), warga Tabing Padang. Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemkab Tanahdatar itu juga mengaku lega karena selalu mendapat informasi dengan cepat melalui televisi dan radio bahwa tidak ada tsunami. Karena itu, aktivitas warga di pantai Padang yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, lokasi pusat gempa (Mentawai), tetap berjalan normal. Rumah-rumah makan sepanjang pantai tampak tetap dibanjiri warga yang tidak khawatir dengan ancaman gempa dan tsunami dari pantai barat. "Pantai tetap ramai. Warga Padang mungkin sudah imun (tahan) dengan gempa," kata Arif (25), warga Jati Padang. Sejumlah muda-mudi juga tampak bersantai ria di tepi pantai Padang. Ada anak-anak muda seperti biasa "memamerkan" mobilnya, di jalan-jalan mulai dari Muara Padang hingga ke Pantai Purus. Para pedagang jagung dan pisang bakar juga masih ramai berjualan. Seakan, mereka tidak terpengaruh gempa. Aktivitas perdagangan di kawasan Pondok, Jalan Hayam Wuruk, Jl Veteran, Jati, Siteba, dan Tabing, tetap berjalan normal. Di Kota Padang tidak terlihat tenda-tenda seperti gempa Maret 2007. Kecuali di beberapa tempat, di pinggiran kota, di kawasan Belimbing. Hanya saja kecemasan dirasakan warga Sumatra Barat yang berada di luar Padang. Mereka khawatir dengan keselamatan keluarga mereka di Padang. "Saya mengkhawatirkan anak saya yang tinggal di perumahan di kawasan Parak Pisang Padang, pascagempa," kata Sikar (65), warga Kota Solok. Anaknya, Yeni (31), kebetulan baru melahirkan dua bulan lalu. "Setelah saya telepon ke Padang, ternyata dia aman-aman saja," ujaru Sikar. Aman Pascagempa, situasi Kota Padang berada dalam kondisi aman. "Padang aman tidak terjadi suatu apa pun. Tidak ada rumah warga yang kemalingan, hanya saja beberapa buah bangunan yang mengalami rusak sedangkan korban jiwa tidak ada," kata Kapoltabes Padang, Kombes Pol.Boy Rafli Amar. Namun dia mengakui, pascagempa warga Padang sempat agak cemas. "Mungkin karena terus terjadi gempa susulan," katanya. Aktivitas warga Kota Padang, katanya, tetap masih tetap berlangsung normal. Sementara itu, ratusan warga dari tiga desa di Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumbar, yang sempat mengungsi ke bukit-bukit akibat gempa Minggu sore, pada Senin sudah mulai pulang ke rumah masing-masing. Camat Siberut Selatan Arifianto S mengatakan, warga yang sempat mengungsi ke bukit-bukit tersebut yakni, warga Desa Muara Siberut, Meilepet, dan Munte, yang bermukim di pinggiran pantai. Mereka sebagian besar mengungsi ke Bukit Puro, Meilepet dan perbukitan di Muara Siberut. "Sebagian warga tadi pagi sudah pulang dan beraktivitas seperti biasa. Namun sebagian lagi masih bertahan di perbukitan," kata Arifianto. Ia mengakui warga saat ini sudah mulai tenang. Namun sehari sebelumnya sempat panik karena pusat gempa berada di Siberut. Di samping itu, air laut bergejolak karena goyangan gempa. Namun tidakterjadi tsunami. Rangkaian Gempa 2007 Pakar gempa dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Danny Hilman Natawidjaja mengatakan, gempa yang terjadi di Mentawai, Sumatra Barat, Minggu dan Senin, merupakan rangkaian gempa 2007. "Memang masih rangkaian gempa 2007. Dari penelitian kami di Mentawai, kawasan ini menyimpan energi gempa yang masih banyak," kata Danny. LIPI pernah mengungkapkan temuan bakal terjadinya gempa besar Sumatra yang perlu diwaspadai. "Masyarakat yang bermukim di pantai barat Sumatra memang perlu waspada. Namun jangan sampai panik," kata Danny yang turut dalam penelitian bersama Kerry Sieh, ahli geologi dari InstitutTeknologi California (Caltech), pada 2008. Penelitian berdasarkan sejarah kegempaan di sekitar Kepulauan Mentawai. Para peneliti menemukan empat siklus tsunami selama 700 tahun terakhir, yakni peristiwa tahun 1350 ke 1380, tahun 1606 ke1685, dan tahun 1797 ke 1833. Tim mempelajari karang yang tumbuh di sepanjang 700 kilometer di sebelah selatan pusat gempa Aceh, terutama di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Danny mengakui saat ini ancaman gempa di Sumbar memiliki kecenderungan meningkat. Lokasinya bahkan semakin mendekat ke sumber yang bisa menimbulkan gempa besar. Gempa-gempa yang terjadi saat ini berpusat di pinggiran yang besar, di bawah laut sekitar Siberut. Sebagian inti yang mengancam dan bisa menyebabkan gempa besar tersebut berada di antara Siberut-Sipora- Padang. "Itu yang yang perlui diwaspadai. Namun sekali lagi masyarakat jangan sampai panik," kata doktor jebolan Institut Teknologi California itu. Para peneliti memprediksi pascagempa tahun 2007 akan terjadi gempa besar yang berpeluang mencapai skala 8,8 SR. "Kita tidak bisa memprediksi kapan gempa besar Sumatra terjadi. Bisa dua tahun atau 10 tahun lagi. Untuk itu, masyarakat dan pemerintah daerah perlu meningkatkan kewaspadaan," katanya,mengingatkan. Kepada masyarakat diimbau agar berusaha melatih diri untuk menyelamatkan diri dan keluarga di saat gempa. Sementara pemerintah dan pihak terkait dari sekarang secara bersama harus memfasilitasi masyarakat dalam upaya evakuasi ke tempat yang aman. Selama Minggu dan Senin, sudah terjadi 14 gempa di Sumatera Barat yang sebagian besar berpusat di Siberut. Gempa terkuat terjadi Minggu, pukul 14:38:22, dengan kekuatan 6.9 skala richter di 43 km Tenggara Siberut. Energi yang tersimpan di bawah Kepulauan Mentawai akibat desakan lempeng samudera kepada lempeng benua yang dikumpulkan sejak gempa besar terakhir tahun 1883 masih sangat besar. Waspada Gubernur Sumatera Barat Gamawan Fauzi mengingatkan warga Sumbar untuk senantiasa waspada. "Gempa itu merupakan bencana yang tidak bisa kita hindarkan dan dapat terjadi kapan saja," katanya, di Padang, Senin. Ia juga mengimbau para walikota/bupati di Sumbar untuk membuat peraturan daerah yang mengatur bangunan tahanan gempa. "Ke depan jangan izinkan lagi pembangunan yang tidak tahan gempa dengan kekuatan 7,5 SR," kata Gamawan yang pada Juli lalu mengajukan bantuan ke Badan Penanggulangan Bencana Nasional. Pengajuan bantuan tersebut erat kaitannya dengan upaya Pemprov mengantisipasi dampak bencana. Di antaranya, untuk membangun shelter (tempat perlindungan dari gempa) di sejumlah daerah di Sumbar, kecuali mungkin Kota Padang, yang warganya belakangan ini terkesan semakin imun dengan gempa. (***)
Berita Terkait
Jelang Nataru, PLN UP3 Padang Sapa Masyarakat di CFD Kota Padang
Minggu, 22 Desember 2024 20:06 Wib
Persik bekuk Semen Padang 3-1
Minggu, 22 Desember 2024 5:00 Wib
Personel Reserse Polri se-Kota Padang lakukan pembaretan di Pantai Air Manis (Video)
Minggu, 22 Desember 2024 4:43 Wib
PUSHOD Unand dampingi masyarakat susun draft Peraturan Nagari
Sabtu, 21 Desember 2024 20:29 Wib
Resmikan GSG Ranah Cubadak Indarung,Andree Algamar: Semoga Bermanfaat untuk Kegiatan Masyarakat
Sabtu, 21 Desember 2024 16:55 Wib
Dirut PT Semen Padang Indrieffouny Indra Lepas 22 Karyawan Masuki Masa Pensiun
Sabtu, 21 Desember 2024 11:09 Wib
Berguru ke Jatim, Dekranasda Padang Bertekad Antarkan UMKM Naik Kelas
Sabtu, 21 Desember 2024 8:49 Wib
Imigrasi Padang catatkan PNBP RP32 miliar dari pembuatan paspor
Jumat, 20 Desember 2024 17:44 Wib