Sarilamak-
Keberadaan Batu Basurek di Jorong Tanjuang Bungo Kenagarian Koto Lamo,
Kecamatan Kapur IX menurut Bupati Limapuluh Kota, Alis Marajo merupakan suatu
bukti keberadaan aksara Minangkabau seperti yang tertuang dalam tambo Pariangan
Padang Panjang yang diulas oleh H. Kamardi Rais Dt. P. Simulie pada tahun 1970
dan yang telah dicoba dikembangkan oleh Damanhuri.
Hal ini
disebutkan oleh Bupati Lima Puluh Kota dr. Alis Marajo Dt.Sori Marajo di
hadapan masyarakat jorong Tanjung Bungo Nagari Koto Lamo saat melakukan
kunjungan kerja, dan menghadiri nazar dai masyarakat terhadap berhasilnya Alis
Marajo jadi Bupati kembali pada kamis (17/2) tiga tahun silam.
Saat itu Alis
Marajo menceritakan bahwa sejak lama sejumlah pihak, salah satunya, Emil Salim
memang meragukan keberadaan aksara minangkabau karena dalam kebudayaan
Minangkabau tidak ditemukan aksara pada daun lontar dan batu basurek.
Maka betapapun
tuanya kebudayaan Minang di tengah-tengah kebudayaan nusantara, Minangkabau
sampai saat ini tidak diakui sebagai kebudayaan yang punya aksara. Berbeda
halnya dengan aksara Lahat, Pramubulih yang diakui dalam semacam compendium
arkeologi, karena ditemukan dalam daun lontar dan batu- batuan dalam goa.
Meski demikian
Alis Marajo meyakini kebudayaan Minangkabau sebenarnya lengkap dengan huruf
asli berupa aksara Minang. Ini ditemukan di Jorong Tanjung Bungo, Nagari Koto
Lamo . Walaupun batunya kecil dan terlilit oleh akar kayu beringin ,namun dapat
terlihat dan dapat kita baca apabila kita cocokkan dengan huruf aksara
Minangkabau yang ada pada Tambo Pariangan tertulis kata DAHANA mungkin
sambungan ada kesebelahnya. Tentu hanya ahli arkeologi dapat membacanya ujar
Alis Marajo.
Dugaan Alis
Marajo tersebut sebenarnya bukan isapan jempol belaka. Pada tahun 2010 lalu,
mantan Dekan Fakultas Sastra Universitas Andalas Padang(saat ini bernama FIB),
Prof. Dr. Herwandi pernah mengatakan persoalan yang dihadapi untuk membuktikan
adanya aksara Minangkabau ialah ketiadaan bukti naskah yang ditulis dalam
aksara asli Minangkabau itu.
Herwandi mengaku
pernah melakukan penelitian soal goresan serupa tulisan di Batu Batulih
Borobono yang terdapat di wilayah Dusun Talago, Taeh Bukik, Kabupaten Limapuluh
Kota. Dia menjumpai keterkaitan goresan itu dengan naskah Tambo Rueh Buku
yang disebutkan oleh Darwas Datuk Rajo Malano yang diduga ditulis dalam aksara
asli Minangkabau.
Herwandi
menambahkan, studinya dilakukan dengan membandingkan goresan-goresan di Batu
Batulih Borobono dengan model aksara asli Minangkabau yang pernah diungkapkan
sebelumnya oleh Darwas Datuk Rajo Malano dan Zuber Usman.
Selain itu, ia
lalu membandingkannya dengan aksara asli dari Kerinci, Jambi dan menjumpai
semacam kemiripan serta keberlanjutan bentuk sekalipun secara metodologis tidak
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya karena tidak ada naskah dalam aksara
asli Minangkabau sebagai pembanding.
Kemungkinan
menurut dia, aksara asli Minangkabau merupakan perpaduan antara huruf Sanskerta
dan aksara Arab kuno. Aksara asli Minangkabau itu kemungkinan muncul di masa
peralihan antara kekuasaan kerajaan bercorak Hindu-Budha di Minangkabau menjadi
kerajaan Islam.(mko)
Berita Terkait
Versi hitung cepat, Cakada diusung PDI Perjuangan unggul di Limapuluh Kota
Kamis, 28 November 2024 18:35 Wib
Empat kabupaten di Sumatera Barat dilanda banjir dan banjir bandang
Minggu, 24 November 2024 4:36 Wib
Lapas Suliki masukkan budidaya lele sebagai program pembinaan narapidana
Minggu, 17 November 2024 7:28 Wib
Lapas Suliki gelar razia mendadak dan tes urine warga binaan
Rabu, 16 Oktober 2024 8:02 Wib
Kemenkumham Sumbar kawal enam Ranperbup Limapuluh Kota
Selasa, 3 September 2024 18:50 Wib
BPJS Ketenagakerjaan launching Program SINAR SENJA, Perlindungan 1 Nagari 100 Pekerja Rentan
Rabu, 21 Agustus 2024 19:05 Wib
BPJamsostek Lima Puluh Kota minta perusahaan peduli dan lindungi pekerja
Senin, 29 Juli 2024 15:10 Wib
Menguak Aspek Fairness pada Rantai Nilai Industri Ayam Petelur di Kabupaten Limapuluh Kota
Senin, 8 Juli 2024 18:21 Wib