Tim Jokowi-JK: Pembelian Leopard Tak Penuhi Persyaratan

id Tim Jokowi-JK: Pembelian Leopard Tak Penuhi Persyaratan

Jakarta, (Antara) - Sekretaris tim pemenangan capres dan cawapres, Joko Widodo-Jusuf Kalla, Andi Widjadjanto berpendapat ketidaksetujuan Jokowi terhadap pembelian Main Battle Tank (BMT) Leopard seberat 62 ton itu dikarenakan syarat pembelian Leopard tidak terpenuhi. Andi, di Media Center Jokowi-JK, Jakarta, Selasa, mengatakan, setidaknya ada dua hal yang harus terlebih dulu harus dipenuhi sebelum tank buatan Rheinmetall Defence, Jerman itu, didatangkan ke Indonesia. Pertama adalah syarat infrastruktur untuk menerima seratusan Leopard tersebut. "Infrastrukturnya belum siap untuk mendatangkan Leopard. Harus dipastikan infrastruktur untuk menggelar Alutsista (alat utama sistem senjata) itu siap," kata Andi. Ia menjelaskan, dengan berat 62 ton, dan dalam jumlah yang besar, alat yang dapat mengangkutnya adalah pesawat angkut C-5 Galaxy buatan Lockheed, Amerika, dengan daya angkut mencapai 120 ton. Pesawat Antonov AN-225 Mriya juga dapat mengangkut Leopard, dengan daya angkut maksimal 600 ton, tapi tak mungkin karena pemiliknya adalah Rusia, yang berbeda blok dengan Jerman. "Kalau pakai pesawat Galaxy, akan mendarat dimana, atau kalau diangkut dengan kapal laut, pelabuhan mana yang dapat menerima kapal induk dengan kapasitas besar," tuturnya. Jika telah berada di Indonesia, lanjut Andi, infrastruktur Indonesia belum optimal untuk menerima Leopard. Selain jalan, markas Batalyon Tank Leopard yang rencananya berada di Kodam VI/Mulawarman, juga belum sepenuhnya siap menerima kiriman tank dengan teknologi nomor satu di dunia itu. Sehingga, ada kemungkinan tank-tank tersebut akan menumpuk terlebih dahulu di Jawa. "Pak Jokowi berpikir sistematis, jadi sebelum mendatangkan Leopard, terlebih dulu harus dibangun infrastruktur pendukungnya," ucap pengamat militer UI ini. Syarat kedua yang juga tak terpenuhi dalam pembelian Leopard, adalah transfer teknologi. Padahal, UU No 16/2012 tentang Industri Pertahanan mensyaratkan pembelian alutsista dari luar negeri harus disertai dengan transfer teknologi. "Jokowi-JK sangat konsen untuk memperkuat industri pertahanan dalam negeri. Kalau dilihat dalam rencana roadmap TNI AD ke depan, memangg ada kebutuhan batalyon tank. Tapi dari roadmap asli, itu bisa dilakukan setelah 2019, setelah infrastruktur lengkap," jelasnya. Kementerian Pertahanan membantah jika pembelian Leopard tak sesuai aturan UU. "Pengadaan Tank Leopard dilakukan sesuai mekanisme pengadaan Alutsista TNI yang berlaku dengan menggunakan pendekatan bottom-up," Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal TNI Sisriadi. Dia menjelaskan proses pengadaannya dimulai dari kajian teknis dan taktis oleh satuan pengguna, yakni Pusat Kesenjataan Kavaleri TNI AD, dengan mempertimbangkan sejumlah faktor. Seperti, faktor kondisi geografis, postur prajurit yang mengawaki hingga kesesuaian doktrin. Tahap berikutnya, kata dia, dilakukan kajian operasional di Markas Besar TNI AD dengan mempertimbangkan antara lain, faktor dukungan logistik, sistem pemeliharaan, layanan purnajual, hingga fasilitas pendukung. "Selanjutnya dilakukan kajian operasional untuk menguji tingkat interoperabilitas di Markas Besar TNI," jelasnya. Selain itu, Sisriadi mengatakan proses administrasi pengadaan Alutsista dilakukan di Kementerian Pertahanan yang melibatkan personel Kementerian Pertahanan, Mabes Angkatan terkait, Mabes TNI, Bappenas dan Kementerian Keuangan. "Pada tahap ini, pertimbangan yang digunakan antara lain kemampuan calon negara/pabrikan pembuat Alutsista, ketersediaan anggaran, dan hal-hal yang berkaitan dengan aspek strategis," katanya. Setelah mendapat persetujuan dari DPR RI, dia melanjutkan, kontrak pengadaan Alutsista dapat dilaksanakan secara efektif. "Guna mengoptimalkan/efisiensi penggunaan anggaran, pengadaan Alutsista TNI dilakukan dengan pola G to G (pemerintah ke pemerintah) maupun B to G (pabrikan ke pemerintah), tanpa menggunakan perantara," katanya. Saat ini, Indonesia tinggal menunggu pengiriman sebanyak 26 unit Tank Leopard dan 26 unit Tank Marder yang akan tiba pada minggu pertama September 2014. "Pengiriman tersebut merupakan pengiriman gelombang pertama dari 130 unit Tank Leopard dan 50 unit Tank Marder yang dibeli Kementerian Pertahanan," katanya. Pengiriman itu, katanya, sudah berdasarkan kontrak pengadaan nomor TRAK/1198/PLN/XII/2012/AD antara Kementerian Pertahanan dengan Rheinmetall, Jerman, sebagai produsen. Upacara pengiriman dilakukan Senin, 23 Juni 2014 di Unterluss, Jerman yang dihadiri Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin. (*/jno)