Washington, (Antara/AFP) - Amerika Serikat menyatakan terkejut Senin setelah satu pengadilan Mesir menjatuhkan hukuman mati terhadap 529 pendukung mantan presiden Mohamed Moursi setelah dua hari sidang.
Satu pengadilan Mesir menjatuhkan hukuman itu Senin, di tengah-tengah satu tindakan keras terhadap para pendukung mantan presiden itu, yang digulingkan oleh militer Juli tahun lalu.
"Kami sangat cemas-- dan, saya mengatakan sungguh sangat terkejut -- dengan hukuman mati terhadap 529 warga Mesir berkaitan dengan kematian seorang polisi," kata Marie Harf, wakil juru bicara Departemen Luar Negeri.
Harf mempertanyakan apakah para terhukum dapat memperoleh satu pemeriksaan pengadilan yang sesuai dengan norma-norma internasional.
"Jelas para terhukum dapat mengajukan permohonan banding, tetapi nampaknya tidak mungkin peninjauan yang adil tentang bukti dan testimoni yang konsisten dengan standar-standar internaisonal dapat diselesaikan dalam dua hari sidang bagi 529 terhukum itu," kata Harf.
"Itu tidak masuk akal."
Jumlah terdakwa terbanyak dihukum dalam sejarah negara itu berkaitan dengan kematian seorang polisi dan aksi kekerasan lainnya setelah pembersihan pengunjuk rasa dari dua taman di Kairo Agustus lalu.
Harf mengatakan AS mengutarakan masalah hukuan mati Senin itu kepada pemerintah Mesir.
"Kami akan terus menyeru pemerintah Mesir untuk menjamin bahwa semua mereka yang ditahan di Mesir harus melalui prosedur-prosedur yang adil yang menghormati kebebasan sipil dan sesuai proses dan konsisten dengan standar-standar internasional. Hukum harus ditrapkan secara adil dan bebas dari motif politik," kata pejabat Deplu itu.
"Kami telah mengatakan pada banyak kesempatan bahwa kendatipun nampaknya penangkapan, penahanan bermotif politik penghukuman itu akan membuat transisi Mesir mundur," tambah pejabat itu.
Pejabat yang mengutip laporan-laporan aksi kekerasan menanggapi hukuman-hukuman itu, memperingatkan bahwah reaksi seperti itu tidak akan membantu.
AS menangguhkan bantuan tahunannya senilai 1,5 miliar dolar kepada sekutu lamanya Mesir, sebagian besar untuk militer ,setelah tindakan keras terhadap oposisi musim panas lalu.
Sejak itu, AS secara reguler mengecam pemerintah sementara itu atas lambatnya transosi ke demokrasi dan catatan buruk hak asasi manusianya dan kebebasan-kebebasan publik.
Tetapi pemerintah AS tidak pernah menyatakan penggulingan terhadap Moursi sebagai kudeta, dan bahkan Menteri Luar Negeri John Kerry berpendapat militer bertindak untuk menyelamatkan demokrasi.
Harf mengatakan AS akan terus melakukan pendekatan dengan Mesir pada masa depan, dengan mengatakan Washington menganggap hubungannya dengan Kairo sebagai satu "hubungan penting" dan tidak ingi "memutuskan sama sekali" hubungan-hubungan itu.
Akan tetapi AS akan tetap mempertahankan prinsip-prinsip "yang termasuk hal-hal seperti hak bagi satu peradilan yang bebas dan adil yang kami ingin desak pada pemerintah Mesir." (*/jno)