Padang (ANTARA) - Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit pada Kamis pagi (7/2) mengunjungi kawasan pasar raya Padang untuk memantau kondisi harga-harga kebutuhan pokok menyusul, adanya informasi kenaikan harga bawang putih dari harga semula Rp 28 ribu menjadi Rp 50 ribu.
“Kita dapat informasi dari masyarakat bahwa terjadi kenaikan harga sembako, khusunya bawang putih. Dan kita cek, ternyata benar. Yang selama ini harga rata-rata Rp 28 ribu, hari ini harga sudah Rp 50 ribu eceran. Dan para distributor pun sekarang melepas ke pasar dengan harga Rp 48 ribu,”kata Nasrul Abit, di Padang seperti rilis diterima Jumat.
Menurut dia, kenaikan harga yang cukup signifikan itu, dipicu oleh faktor kurangnya stok bawang putih saat ini. Karena Sumatera Barat hingga kini masih tergantung dengan pasokan dari luar (impor). Karena, produksi bawang putih lokal sangat sedikit.
“Bawang putih lokal, sekarang produksi kita menurun. Ini, barangkali kedepan perlu kita bicarakan lagi. Produksi lokal kita harus ditingkatkan. Harus kita bangun produksi daerah ini. Sehingga, kita tidak pengaruh dengan impor,”ujarnya.
Dijelaskan mantan Bupati Pesisir Selatan itu, bicara soal peningkatan produksi bawang putih lokal, tentu juga bicara soal ketersediaan lahan, terutama lahan yang cocok untuk ditanami bawang putih yang memiliki nama ilmiah Allium sativum.
“Jadi, kedepan barangkai lahan kita yang cocok untuk bawang putih seperti, Alahan Panjang yang ketinggiannya kurang lebih 1400 mdpl, nanti itu akan kita upayakan untuk bisa ditanam bawang putih. Untuk saat ini, Sumbar tergantung dari impor. Begitu impornya tidak ada, kiriman dari Jakarta tidak ada atau, Medan atau Pekanbaru, maka kita kekurangan stok. Ini bisa memicu kenaikan harga. Kedepan perlu persiapan. Kalau daerah kita punya produksi, tentu tidak akan begitu pengaruh dengan kenaikan harga,”kata Wagub.
Ia menyampaikan, meski pasokan bawang putih yang beredar di Sumatera Barat merupakan produk impor, namun dipastikan aman dari penyakit. Terutama virus corona yang saat ini memang menjadi perhatian Dunia. Bawang putih yang beredar di Sumbar kata Nasrul, berasal dari Negara-Negara yang aman. Seperti, India, Thailand, Vietnam dan Burma.
“Untuk pasokan bawang putih dari Negara lain, tentu dari Negara yang aman. Pemerintah pusat sudah tahu bahwa kalau pasokan dari China tidak bisa, ya kita yang dari Vietnam atau Thailand untuk menambah pasokan. Kewewenang impor ini, ada di Pemerintah pusat. Kita hanya terima pasokan. Sekarang kita tidak punya stok. Kedepan barangkali ada. Soal kebutuhan perbulan akan bawang putih, nanti kita cek dulu ke statistik,”tambahnya.
Terkait dengan solusi mengatasi persoalan kenaikan harga Bawang Putih ini, menurut Nasrul, pemerintah Provinsi Sumatera Barat melalui Dinas Ketahanan Pangan, sudah menjalin komunikasi dengan pemerintah pusat dalam hal ini, ke bagian distribusi Kementrian Pertanian.
Hasilnya, jika memang ada kelangkaan atau kenaikan harga bawang putih, maka dipersilahkan Pemerintah Sumatera Barat membuat dan melayangkan surat. Yang mana, ujungnya nanti akan ada dropping pasokan tambaan.
“Jadi ini, terjadi kenaikan. Tadi kita melalui dinas ketahanan pangan, kita sudah komunikasikan dengan pusat bahwa, jika terjadi kelangkaan atau kenaikan harga, silahkan Provinsi buat surat saja. Diminta, nanti akan di droping. Stok sekarang masih ada di Jakarta sampai bulan maret. Artinya masyarakat tidak usah gelisah tapi ini karena memang ada isu corona orang cenderung beli banyak. Sehingga terjadi fluktuasi harga pasar. Sebenarnya, tidak perlu terjadi. Pemerintah sudah mengantisipasi itu. Jadi, ada dari berbagai macam negara seperti India, Vietman, Thailand. Itu kan bisa dimasuk semua,”ujarnya.
Lebih lanjut disampaikannya, bahkan informasi dari pusat distribusi, saat ini juga sudah mengajukan surat ke Pak Menteri untuk tambahan impor.
Mudah-mudahan dengan adanya impor, tentu adanya pasokan tambahan untuk Sumatera Barat khususnya kota-kota besar yang selalu kita hitung inflasinya seperti, kota Padang dan Bukittinggi.
“Mudah-mudahan, bisa turun kembali harganya ke harga semula yakni, dari Rp 28 sampai Rp30 ribu. Itu harga normal,”tutup Nasrul Abit.
“Kita dapat informasi dari masyarakat bahwa terjadi kenaikan harga sembako, khusunya bawang putih. Dan kita cek, ternyata benar. Yang selama ini harga rata-rata Rp 28 ribu, hari ini harga sudah Rp 50 ribu eceran. Dan para distributor pun sekarang melepas ke pasar dengan harga Rp 48 ribu,”kata Nasrul Abit, di Padang seperti rilis diterima Jumat.
Menurut dia, kenaikan harga yang cukup signifikan itu, dipicu oleh faktor kurangnya stok bawang putih saat ini. Karena Sumatera Barat hingga kini masih tergantung dengan pasokan dari luar (impor). Karena, produksi bawang putih lokal sangat sedikit.
“Bawang putih lokal, sekarang produksi kita menurun. Ini, barangkali kedepan perlu kita bicarakan lagi. Produksi lokal kita harus ditingkatkan. Harus kita bangun produksi daerah ini. Sehingga, kita tidak pengaruh dengan impor,”ujarnya.
Dijelaskan mantan Bupati Pesisir Selatan itu, bicara soal peningkatan produksi bawang putih lokal, tentu juga bicara soal ketersediaan lahan, terutama lahan yang cocok untuk ditanami bawang putih yang memiliki nama ilmiah Allium sativum.
“Jadi, kedepan barangkai lahan kita yang cocok untuk bawang putih seperti, Alahan Panjang yang ketinggiannya kurang lebih 1400 mdpl, nanti itu akan kita upayakan untuk bisa ditanam bawang putih. Untuk saat ini, Sumbar tergantung dari impor. Begitu impornya tidak ada, kiriman dari Jakarta tidak ada atau, Medan atau Pekanbaru, maka kita kekurangan stok. Ini bisa memicu kenaikan harga. Kedepan perlu persiapan. Kalau daerah kita punya produksi, tentu tidak akan begitu pengaruh dengan kenaikan harga,”kata Wagub.
Ia menyampaikan, meski pasokan bawang putih yang beredar di Sumatera Barat merupakan produk impor, namun dipastikan aman dari penyakit. Terutama virus corona yang saat ini memang menjadi perhatian Dunia. Bawang putih yang beredar di Sumbar kata Nasrul, berasal dari Negara-Negara yang aman. Seperti, India, Thailand, Vietnam dan Burma.
“Untuk pasokan bawang putih dari Negara lain, tentu dari Negara yang aman. Pemerintah pusat sudah tahu bahwa kalau pasokan dari China tidak bisa, ya kita yang dari Vietnam atau Thailand untuk menambah pasokan. Kewewenang impor ini, ada di Pemerintah pusat. Kita hanya terima pasokan. Sekarang kita tidak punya stok. Kedepan barangkali ada. Soal kebutuhan perbulan akan bawang putih, nanti kita cek dulu ke statistik,”tambahnya.
Terkait dengan solusi mengatasi persoalan kenaikan harga Bawang Putih ini, menurut Nasrul, pemerintah Provinsi Sumatera Barat melalui Dinas Ketahanan Pangan, sudah menjalin komunikasi dengan pemerintah pusat dalam hal ini, ke bagian distribusi Kementrian Pertanian.
Hasilnya, jika memang ada kelangkaan atau kenaikan harga bawang putih, maka dipersilahkan Pemerintah Sumatera Barat membuat dan melayangkan surat. Yang mana, ujungnya nanti akan ada dropping pasokan tambaan.
“Jadi ini, terjadi kenaikan. Tadi kita melalui dinas ketahanan pangan, kita sudah komunikasikan dengan pusat bahwa, jika terjadi kelangkaan atau kenaikan harga, silahkan Provinsi buat surat saja. Diminta, nanti akan di droping. Stok sekarang masih ada di Jakarta sampai bulan maret. Artinya masyarakat tidak usah gelisah tapi ini karena memang ada isu corona orang cenderung beli banyak. Sehingga terjadi fluktuasi harga pasar. Sebenarnya, tidak perlu terjadi. Pemerintah sudah mengantisipasi itu. Jadi, ada dari berbagai macam negara seperti India, Vietman, Thailand. Itu kan bisa dimasuk semua,”ujarnya.
Lebih lanjut disampaikannya, bahkan informasi dari pusat distribusi, saat ini juga sudah mengajukan surat ke Pak Menteri untuk tambahan impor.
Mudah-mudahan dengan adanya impor, tentu adanya pasokan tambahan untuk Sumatera Barat khususnya kota-kota besar yang selalu kita hitung inflasinya seperti, kota Padang dan Bukittinggi.
“Mudah-mudahan, bisa turun kembali harganya ke harga semula yakni, dari Rp 28 sampai Rp30 ribu. Itu harga normal,”tutup Nasrul Abit.