Kota Padang sebagai ibu kota provinsi Sumbar memiliki beragam potensi untuk pengembangan pertanian dan peternakan.  Luas keseluruhan Kota Padang adalah 694,96 km², dan lebih dari 60% dari luas tersebut, sekitar ± 434,63 km² merupakan daerah perbukitan yang ditutupi hutan lindung, Sementara selebihnya merupakan daerah efektif perkotaan. Sedangkan keadaan topografi kota ini bervariasi, 49,48% luas wilayah daratan Kota Padang berada pada wilayah kemiringan lebih dari 40% dan 23,57% berada pada wilayah kemiringan landai. 
     
     Wilayah timur ini terdiri dari beberapa kecamatan yaitu mulai utara ke selatan berturut-turut dari Kecamatan Koto tangah, Pauh, Kuranji, dan Lubuk kilangan. Daerah Pauh seperti desa Lambung Bukik yang termasuk ke dalam program forum Pertides (perguruan tinggi untuk desa) yang bekerjasama yang diawali MOU Rektor tahun 2016 dengan Kemendes PDTT) untuk mempersiapkan dan melaksanakan program membantu desa membangun. Sebagian pendapatan mereka diperoleh dari beternak dan bercocok tanam. 

     Secara umum, baik usaha pertanian maupun peternakan masih dilaksanakan secara tradisional, sehingga tidak mengherankan apabila hasil yang diperoleh pun relatif rendah. Ternak sapi  hanya dikandangkan atau ditambatkan pada malam hari, sedangkan siang harinya dilepas untuk mencari makanan  di padang rumput atau dilahan tidur sekitar desa. Baru sedikit  upaya untuk memelihara ternak secara intensif dengan mengandangkan dan memberikan makanan secara cukup dan teratur. Rendahnya produksi ternak selain disebabkan oleh kurangnya pengetahuan peternak dalam cara pemeliharaan ternak yang benar, juga karena kurangnya pakan baik hijauan maupun mahalnya harga konsentrat.

       Dengan meningkatnya populasi ternak tentu membutuhkan hijauan yang lebih banyak dan mencukupi sepanjang tahun. Namun, penyediaan hijauan tersebut mengalami hambatan yang cukup serius. Salah satunya, adanya keadaan topografi lokasi Kelompok ternak Sungkai Permai yang sebagian besar memiliki lahan berbukit dan  tanah ultisol atau Padsolid Merah Kuning (PMK) untuk pertumbuhan rumput Gajah. Lahan ultisol ini mengandung pH yang asam dan agregat tanah yang padat.

 Pertumbuhan rumput Gajah di lahan Ultisol sebagai salah satu pakan hijauan akan menyebabkan menurunnya produksi hijauan. Oleh karena itu usaha pengembangan ternak sapi potong dengan penanaman rumput Gajah di lahan Ultisol akan lebih menguntungkan apabila dapat mencari solusi dengan pemanfaatan teknologi Cendawan Mikoriza Arbuskula. Mikoriza yang digunakan jenis Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA). CMA dapat merangsang perakaran dalam tanah. Asosiasi hifa-hifa CMA dengan akar mampu menyerap unsur hara tanah lebih banyak sehingga penggunaan pupuk dapat dikurangi. 

Berdasarkan latar belakang di atas, maka melalui program pengabdian masyarakat Iptek Berbasis Dosen dan Masyarakat (IbDM) beberapa dosen dari berbagai bidang ilmu dan mahasiswa Fakultas Peternakan Unand , Padang , Sumbar mengembangkan peternakan tradisonal menjadi peternakan modern dengan teknologi CMA yang mampu membuat produksi pakan ternak menjadi berkualitas dan tinggi nilai gizinya. Produksi pakan yang berkualitas akan membuat produksi ternak sapi potong menjadi lebih baik.

Dari hasil pemantauan tim di dapat kelompok Tani/ternak “Sungkai Permai” yang terletak di Kampung Lambung Bukik, Kecamatan Pauh . Kelompok tani ini sudah berdiri sejak tahun 1997 dengan keanggotaan sekarang sebanyak 20 orang. Jumlah ternak yang dipelihara oleh peternak sebanyak 21 ekor dengan pakan yang diberikan secara dilepas sistem cut and carry tanpa pemberian secara intensif. Sehingga hasil produksi saat di jual tidak maksimal karena kualitas pakan yang rendah. Oleh sebab itu, program IbDM ini bertujuan untuk peningkatan perekonomian masyarakat yang ada di sekitar kampus Unand Limau Manis dan khususnya kelompok Ternak Sungkai Permai. 

Metode yang ditawarkan untuk mendukung realisasi program IbDM yang  telah dilaksanakan pada peternak mitra yaitu: 
a. Penyuluhan . Dalam hal ini di diskusikan  tentang cara penanaman rumput Gajah sebagai sumber hijauan . Penanaman rumput Gajah di Lahan Ultisol seharusnya memakai sentuhan teknologi CMA dan pemupukan. Sehingga diharapkan produksi  dan kandungan gizinya menjadi lebih baik. Hal ini akan berguna bagi peternak untuk mengembangkan kewirausahaan dan peningkatan ekonomi masyarakat. 

b. Pelatihan
Pelatihan yang diberikan meliputi pelatihan teknologi pengolahan pakan limbah, penyusunan/formulasi ransum, pelatihan teknologi amoniasi jerami ditambah kotoran ayam, pelatihan penanaman rumput Gajah dengan CMA dan fungsinya serta pelatihan kewirausahaan dan  pelatihan motivasi. Sebelum pelatihan, dipersiapkan  materi-materi tentang kegiatan pelatihan yang akan diberikan. Ditinjau dari aspek pengolahan pakan, kepada peternak diberikan pelatihan “teknologi pengolahan pakan” agar  bahan limbah cukup banyak tersedia di desa  dapat diolah menjadi bahan makanan ternak ruminansia Selain itu, kepada peternak juga perlu diberi pengetahuan tentang penyusunan  ransum menggunakan bahan limbah tersebut sehingga diperoleh ransum yang berkualitas dan berharga murah.

Pelatihan bagaimana penanaman rumput Gajah dengan CMA yang baik serta dapat meningkat produksinya.  Sebagaimana diketahui  ada 9 (sembilan) hal yang dapat membantu perkembangan tanaman dari adanya CMA ini, yaitu mikoriza dapat meningkatkan absorbsi hara dari tanah, mikoriza dapat meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan, tahan terhadap serangan patogen akar, mikoriza dapat memproduksi hormon dan zat pengatur tubuh, pemakaian mikoriza sebenarnya merupakan keseimbangan ekologi, mikoriza dapat menghemat pengunaan pupuk bagi tanaman yang tumbuh di tanah yang kurang subur, penggunaan mikoriza lebih menguntungkan dari pada pupuk anorganik, mikoriza juga dapat melindungi tanamana dari akses unsur tertentu yang membahayakan seperti logam berat, dan apabila tanaman terinfeksi mikoriza maka mamfaatnya akan diperoleh selama hidupnya. Dalam pelatihan kewirausahaan dan motivasi, kepada peternak juga diberikan materi tentang penyusunan rencana bisnis sederhana sehingga pada akhir kegiatan peternak diharapkan mampu membuat rencana bisnis atau pembukuan sederhana untuk usaha mereka. Pada pelatihan motivasi, kepada peternak juga diberikan simulasi-simulasi praktis berwirausaha dengan tujuan akhir untuk meningkatkan motivasi peternak agar dapt meningkatkan taraf hidup.

c. Bimbingan dan Pembinaan. Setelah mendapatkan penyuluhan dan pelatihan,  peternak dibimbing± 2  bulan  dan dibina agar usaha peternakan sapi potong  mereka yang menerapkan teknologi amoniasi, penanaman rumpt Gajah dengan CMA dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan. 

d.Monitoring 
Monitoring dilakukan secara berkala ( 1 x 2 minggu). Diskusi  dan konsultasi  dilakukan saat monitoring untuk mencari solusi dari berbagai kendala yang dihadapi baik dalam hal teknis peternakan maupun dalam hal kewirausahaan. Monitoring dilakukan oleh Tim pelaksana yang didampingi oleh Tim  dari Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Andalas. 
Kegiatan program IbDM ini berlangsung selama  6 bulan dari Juni hingga November dengan alokasi anggaran Rp. 10 Juta. 

Pada program IbDM ini melibatkan Dosen 6  (enam) orang yaitu DR.Evitayani (bidang Hijauan Pakan), Prof. Yetti Marlida (Bidang Teknologi Pakan) , DR. Ahadiyah Yuniza (Bidang Bahan Pakan) DR. Suyitman (Bidang Hijauan Pakan Prof.James Hellyward  (Bidang Sosial Ekonomi)  dan DR. Harnentis (Teknologi Pakan) dan melibatkan 3 orang mahasiswa Soy Nurdin, Khalil,  Gema Harmona Putra dan Barsul.

Dengan program IbDM  diharapkan dapat menggerakkan/menggairahkan kembali usaha peternak sapi potong dan roda ekonomi masyarakat di desa Lambung Bukit, Sumatera Barat. Pengabdian ini juga sejalan dengan program forum Pertides (perguruan tinggi untuk desa) yang bekerjasama yang diawali MOU Rektor tahun 2016 dengan Kemendes PDTT) untuk mempersiapkan dan melaksanakan program membantu desa membangun. Program ini juga efektif menghasilkan outcomes nilai tambah di masyarakat dalam frmework kerjasama 11 PT Forum Pertides dan Kemendes PDTT (Kementrian Desa, Pembangunan Daerah tertinggal dan Transmigrasi).
 (*) 



*) penulis merupakan dosen Fakultas Peternakan, Universitas Andalas dengan keahlian bidang nutrisi makanan ternak


Pewarta : Dr Evitayani
Editor :
Copyright © ANTARA 2024