Mengembangkan Kalkun di Padang Melalui IbDM Unand

id kalkun

Mengembangkan Kalkun di Padang Melalui IbDM Unand

Tim IbDM sedang melakukan pengajaran dan diskusi dengan peternak ayam kalkun (Dok Tim IbDM).

Beternak ayam kalkun memang tidak sepopuler hewan ternak lainnya semisal ayam, bebek, itik, sapi atau kambing, namun dalam perkembangannya mulai banyak masyarakat yang mengembangkan jenis ayam dengan bulu eksotis tersebut.

Kota Padang, Sumbar sebagai salah satu daerah yang mengembangkan jenis ayam pedaging, dinilai peternak cukup strategis dalam mengembangkan kalkun.

Dari diskusi dengan beberapa peternak di Padang, kebutuhan akan kalkun saat ini meningkat pesat bukan hanya untuk daging dan telur namun juga sebagai hewan hias.

Akan tetapi sebagian peternak kalkun dinilai masih minim pengetahuan dalam pengelolaan ternaknya sehingga hasilnya tidak optimal.

Atas dasar inilah yang mendorong beberapa dosen dan mahasiswa peternakan Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumbar mengidentifikasi peternak kalkun kemudian melakukan pendampingan guna meningkatkan produksi kalkun melalui program pengabdian masyarakat Iptek Berbasis Dosen dan Masyarakat (IbDM).

Dari hasil identifikasi tim didapatkan dua peternak kalkun di Padang yakni Usaha Ayam Hias Maisa Grup di Kampung Pinang Lambung Bukik Kecamatan Pauh, dan Usaha Ayam Hias Dinar Farm Padang di Kelurahan Ketaping Padang.

Usaha Ayam Hias Maisa Grup berjarak 5 hingga 10 kilometer dari kampus Limau Manis Unand, didirikan sejak 2013 dengan ternak kalkun sebanyak tujuh ekor, yang terdiri atas tiga jantan dan empat betina.

Dalam pemasarannya peternak ini menjual kalkun dewasa dengan harga Rp500 ribu per pasang. kemudian menjualbelikan kalkun umur 10 hari setelah menetas dengan harga Rp75 ribu hingga Rp80 ribu per ekor. Pemasaran ini dilakukan media online sepeti facebook atau telepon genggam.

Pada perkembangbiakkan peternak menggunakan sistem koloni dan saat bertelur 7 hingga 8 butir per ekor, telur dierami induk ayam kampung atau bangkok selama 28 hari hingga menetas. Daya telur tetas kalkun oleh induk ayam ini tergolong bagus dengan kemampuan tetas 80-90 persen dibanding dengan induk kalkun sendiri.

Kemudian untuk pemberian pakan tergolong sederhana dengan campuran dedak, jagung, eaceng gondok dan campuran nasi bekas.

Permasalahan yang dialami peternak ini yakni belum banyaknya produksi telur, kemudian belum beraturannya dari segi penyediaan bibit, pakan dan manajemen pemeliharaan.

Peternak kedua yakni Usaha Ayam Hias Dinar Farm Padang memiliki tujuan berbeda dalam beternak kalkun yakni menjadikannya hewan hias.

Saat ini peternak telah memiliki 13 ekor kalkun yang masih dara. Usaha beternak kalkun tersebut dilaksanakan sejak September 2017, meskipun demikian peternak ini telah lama membudidayakan hewan hias jenis ayam seperti Ayam Mutiara, Ayam Ketawa, Ayam Cimani, Ayam Poland dan angsa.

Sama seperti peternak di Limau Manis, permasalahan peternak di Ketaping ini juga pada belum bagusnya manajemen pengelolaan, pemberian pakan yang tepat serta strategi pemasaran.

Padahal bila dianalisis secara jauh, dengan pola beternak terpadu dan mandiri hasilnya akan lebih baik dan produktivitas meningkat yang berujung pada penguatan aspek ekonomi.

Untuk mewujudkan itu tim IbDM melakukan kegiatan yakni identifikasi dan penetapan lokasi dibarengi dengan sosialisasi. Kemudian melalui teknik ceramah, diskusi dan tanya jawab di lapangan berkaitan dengan penyusunan ransum pakan serta teknik pemeliharaan melalui praktik dan pengajaran. Pada akhir kegiatan pelatihan dilakukan pendampingan kepada peternak untuk mengamati hasilnya.

Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga bulan dari rentang waktu April hingga November 2017 dengan alokasi anggaran sebesar Rp10 juta.

Kegiatan ini diketuai oleh Dr Ade Djulardi yang juga bertanggung jawab dalam kepakaran nutrisi ternak, Dr Rusfidra (produksi ternak unggas), Dr Riesi Sriagtula, Robi Amizar, M.Si (nutrisi ternak) serta tiga orang mahasiswa Unand M. Jaelani Maisa, Feridho, dan Khairi Wahyudi.

Harapan ke depan dengan upaya ini, pemerintah setempat bisa memberikan perhatian kepada peternak untuk mengembangkan ternak kalkun lebih lanjut. Sebab potensi meningkatkan taraf ekonomi cukup besar. (*)

*)penulis merupakan dosen Fakultas Peternakan yang juga Ketua Prodi Peternakan memiliki kepakaran dalam ternak unggas jenis puyuh dan nutrisi makanan ternak