Muslim Kasim, mantan Wakil Gubernur Sumatera Barat periode 2010-2015 kini telah tiada, namun namanya sebagai Bapak Batu Akik Sumbar yang pernah disematkan Lembaga Penyiaran Publik (LPP) RRI Padang tidak akan dilupakan.
Gelar itu merupakan wujud kepeduliannya terhadap ekonomi kreatif terutama pada usaha kecil menengah (UKM) sangat besar. Kepedulian terhadap usaha kecil itu dapat terlihat dari sepak terjangnya selama ini pernah menjabat sebagai Ketua Lembaga Manajemen dan Konsultasi (1995-1998) dan Ketua Muzakarah Pariwisata Nasional Dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Umat di Bidang Pariwisata, Denpasar (1998).
Sebenarnya soal dunia usaha sendiri pernah dilakoninya sejak masih menjadi mahasiswa di jurusan Akutansi, Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung pada tahun 1960-an.
Penyematan itu Bapak Batu Akik Sumbar itu belumlah lama, tepatnya Minggu, 5 April 2015. Namun masih melekat dengan kuat.
Saat itu, Kepala LPP RRI Padang Mirza Musa mengatakan pemberian gelar tersebut, berdasarkan kesepakatan dari pengunjung yang hadir selama pelaksanaan ajang tersebut.
Pemberian gelar tersebut juga adanya keinginan kuat dari Wagub Sumbar untuk mendorong perkembangan ekonomi kreatif dari batu akik di daerah itu.
Mirza mengharapkan Muslim Kasim beserta Pemerintahan Sumbar terus mengupayakan agar batu mulia dari daerah itu terus berkembang dengan mendukung fasilitas dan promosinya.
Menanggapi pemberian gelar Bapak Batu Akik, Muslim Kasim saat itu mengaku terharu atas penghargaan yang diberikan panitia penyelenggara kepada dirinya karena merupakan sebuah kepercayaan dan makna tersendiri.
"Penghargaan yang diberikan panitia ini tentu sebuah kepercayaan sekaligus cambuk bagi saya dalam melestarikan bisnis batu akik di Sumbar ini. Mudah-mudahan saya mampu mengemban amanah ini dengan baik," katanya.
Penghargaan itu memacu untuk menjadikan Kota Padang sebagai ibu kota Provinsi Sumbar sebagai sentra batu akik termegah di Sumatera mengingat potensi di provinsi tersebut bernilai tinggi dan peminatnya saat itu ternyata sangat banyak.
Keindahan dan keunikan batu akik yang dimiliki Sumbar, tentu akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing untuk berkunjung ke daerah itu.
Pada saat menjabat sebagai wagub, dia pernah mengingatkan masyarakat di Provinsi Sumbar untuk menyiapkan diri agar bisa bersaing mengharapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Dalam bidang ekonomi menurut dia, MEA memungkinkan setiap negara di Asean melakukan perdagangan dengan bebas dan mudah ke negara lainnya, hal tersebut harus dihadapi dengan meningkatkan kualitas warga, termasuk Padang Panjang
"Bisa saja orang dari Malaysia, Singapura dan Filipina datang membuka toko dan berdagang di Padang Panjang, karena persyaratan menjadi sangat mudah dan maka persaingan pun menjadi ketat, jangan sampai pedagang lokal atau UKM Padang Panjang kalah," katanya.
Ia mengatakan hal tersebut juga berlaku untuk bidang ketenagakerjaan, karena pasar tenaga kerja juga terbuka luas dan tenaga kerja asing akan menyerbu masuk ke Padang Panjang dan pemerintah harus menghadapi hal tersebut dengan persiapan yang matang, supaya tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
"Di sinilah peran pemerintah diperlukan, mulai dari penguatan terhadap dunia ekonomi, terutama usaha mikro, kecil, menengah dan besar agar mampu bersaing menghadapi pasar tunggal Asean tersebut.
Mungkin bagi Muslim Kasim pentingnya penguatan sektor UKM dan ekonomi kreatif itu tidak terlepas dari darah daging orang Minang yang berwira usaha. Jika tidak dikuatkan oleh pemerintah maka oleh siapa lagi sektor tersebut akan kuat.
Muslim Kasim meninggal dunia pada Sabtu (11/2) pukul 21.45 WIB, di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta.
Mantan Bupati Padangpariaman dua periode tersebut mengembuskan napas terakhir di usia 75 tahun, setelah dirawat selama 15 hari.
"Ya benar, bapak sudah meninggal dunia di Jakarta," kata keponakan Muslim Kasim, Ilham Fauzi (25), saat dihubungi dari Padangpariaman, Sabtu malam.
Ia mengatakan keluarga almarhum Muslim Kasim di Padangpariaman berencana akan bertolak ke Jakarta, namun masih menunggu konfirmasi dari pihak keluarga di Jakarta terlebih dahulu.
Kemungkinan dimakamkan Minggu (12/2) sekitar pukul 15.00 WIB menunggu kedatangan anaknya dari yang tengah berdinas di Papua, kata anak sulung almarhum Muslim Kasim, Harry Husnan di Jakarta, Minggu dinihari.
Jenazah diterbangkan ke Padang, Sumbar pada pukul 06.00 WIB setelah berangkat dari RSPAD ke Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang pukul 03.00 WIB.
Kiprah mantan orang nomor dua di Provinsi Sumbar itu cukup panjang, sebelumnya menjabat sebagai Bupati Padang Pariaman dua periode, 2000-2005 dan 2005-2010.
Kemudian pada Pilkada 2010, menjadi Wagub Sumbar dengan Gubernur Irwan Prayitno.
Almarhum juga pernah menjabat sebagai Kepala Dolog Bali (1994-1998) dan Kepala Dolog Sumatera Barat (1998-2000).
Lulusan jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran itu pernah juga menjadi Kepala Perwakilan Harian Pelopor Baru Jakarta, Jawa Barat (1966-1970).
Ketua Badan Kesatuan Mahasiswa Minang (BKMM) Bandung (1968-1972), Ketua Ikatan Keluarga Minang Saiyo (IKMS) Provinsi Bali (1995 -1998) .
Ketua Lembaga Manajemen dan Konsultasi Pembinaan Pengusaha Kecil dan Koperasi (1995-1998), Pembina Sepak Takraw Pengda Prestasi Provinsi Bali (1996-1998), dan Pembina Sepak Takraw Pengda Prestasi Provinsi Sumatera Barat (1998). (*)