Warga Batu Gadang Ubah Sampah Jadi Rupiah

id bank sampah

Warga Batu Gadang Ubah Sampah Jadi Rupiah

Lurah Batu Gadang, Padang Nurmis Yakub (paling kiri) bersama pengurus di Bank Sampah Sakinah (ANTARA SUMBAR/ Dokumen pribadi)

Padang, (Antara Sumbar) - Jika dahulu sampah dianggap sebagai sesuatu yang kotor dan menjijikan, maka siapa sangka kini malah menjadi barang yang bernilai ekonomis bagi masyarakat.

Hal ini telah dirasakan oleh warga Kelurahan Batu Gadang, Kecamatan Lubuk Kilangan, Padang,Sumatera Barat yang berhasil mendaur ulang sampah menjadi benda bernilai seperti tas lewat Bank Sampah Sakinah.

Bahkan Bank Sampah Sakinah sampai kewalahan memenuhi permintaan pasar terhadap produk karya mereka yang mendapat sambutan luas dari publik.

Kehadiran bank sampah di daerah yang berlokasi sekitar 20 kilometer ke arah utara dari pusat kota Padang itu membuat kondisi ekonomi masyarakat setempat lebih hidup. Dihuni oleh 2.917 kepala keluarga atau 9.400 jiwa Kelurahan Batu Gadang mendapat berkah dari sampah.

"Selain lingkungan lebih bersih masyarakat dapat menikmati sampah yang mereka tabung, bahkan kami meraih penghargaan sebagai kelurahan bersih dan hijau dari Pemkot Padang," kata Lurah Batu Gadang, Nurmis Yacub.

Bank Sampah Sakinah dalam operasionalnya dikelola langsung oleh Lembaga Pengelolaan Sampah (LPS) Kelurahan Batu Gadang.

Dalam pengoperasian masyarakat menggunakan dua cara untuk menyalurkan sampah yang bernilai ekonomis yaitu dengan menitipkan melalui pengangkutan rutin dan mendatangi bank sampah secara langsung.

"Saat ini ada dua unit gerobak sampah yang berkeliling di pemukiman warga untuk mengangkut sampah bernilai ekonomis maupun tidak," kata Nurmis.

Ia menyebutkan hingga sekarang bank tersebut memiliki sekitar 300 nasabah tetap yang berasal dari warga Kelurahan Batu Gadang.

Sampah bernilai ekonomis seperti botol plastik dibeli dengan harga Rp4.000 per kilogram. Sedangkan sampah yang lain dibeli sesuai dengan harga yang telah disepakati.

Harga yang diberikan cukup tinggi kepada masyarakat, uang yang dihasilkan tersebut akan dimasukkan ke dalam tabungan dan mereka diberi buku tabungan layaknya seperti bank pada umumnya.

Barang-barang yang dibeli oleh bank sampah itu kemudian diolah menjadi bahan keterampilan seperti tas. Ia mengatakan hasil keterampilan itu kembali dijual kepada masyarakat atau pihak yang menginginkan.

"Pada bulan ini, Bank Sampah Sakinah berhasil menjual sebanyak 600 unit tas yang dibuat dari sampah yang dibeli dari masyarakat," katanya.

Selain itu, bank sampah juga menerima sampah makanan, sayuran bekas masyarakat, namun ini belum bisa dibeli. Sampah itu kemudian ditimbun pada sebuah lubang untuk resapan air atau biasa dikenal sebagai biopori dan menjadi pupuk yang bagus untuk lahan warga.

Bank sampah juga membuat komposter yang berguna menjadi alat untuk mengolah limbah organik yang dimiliki masyarakat.

"Komposter ini dibagikan kepada masyarakat sehingga mereka dapat dengan mudah untuk mengelola limbah yang mereka hasilkan. Limbah yang bernilai ekonomi akan mereka jual dan menjadi tabungan yang dapat mereka nikmati," ujar dia.

Pada sisi lain, ia berharap ada penambahan jumlah becak motor pengangkut sampah karena akan semakin banyak sampah yang terangkut dari rumah warga sehingga produksi bank sampah juga meningkat.

"Apabila ini terjadi maka jumlah nasabah yang akan kita miliki tentu semakin banyak dan jumlah sampah yang diproduksi juga bertambah dan memacu perekonomian di wilayah kita," katanya.

Nurmis mengatakan ke depan di Batu Gadang akan dibuat koperasi bank sampah untuk mengelola dana yang dimiliki oleh masyarakat di bank sampah.

"Koperasi ini akan membantu masyarakat dalam persoalan pembiayaan kebutuhan sehari-hari agar sampah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan, sehingga tidak lagi membuang sampah sembarangan tapi membuangnya ke tempat yang benar yaitu bank sampah," ujarnya.

Dukungan pemkot

Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang mencatat volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat di kota itu saat ini mencapai 500 ton setiap hari.

Angka itu dapat melonjak hingga seberat 600 ton apabila memasuki musim buah-buahan dan bulan Ramadhan.

Kondisi ini menjadi kekhawatiran bagi Pemerintah Kota Padang karena kian terbatasnya daya tampung Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di kawasan Air Dingin, Kecamatan Koto Tangah.

"Dengan hadirnya bank sampah maka beban TPA Air Dingin jadi berkurang," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang Al Amin.

Sejak 2011, Pemkot Padang menggagas bank sampah pada setiap kecamatan dan telah dibentuk 25 unit untuk memilah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat agar lebih bernilai ekonomis.

Namun dalam perjalanannya ada beberapa bank sampah yang tidak aktif karena kehabisan modal.

Ia mengatakan pada 2018 pihaknya menargetkan setiap kelurahan memiliki satu bank sampah sehingga sampah yang ada dapat dikelola di tingkat kelurahan.

"Setiap bank sampah akan dimodali sebesar Rp15 juta digunakan untuk membeli sampah yang dimiliki oleh masyarakat. Kemudian akan dibangun bank sampah induk kecamatan dan bank sampah induk kota," kata dia.

Bank induk sampah kecamatan bertugas membeli sampah yang dijual oleh bank sampah kelurahan, sementara bank sampah induk kota memiliki kewajiban membeli sampah yang dijual oleh bank sampah kecamatan. Lalu bank sampah kota menjual sampah itu kepada pengusaha.

"Bank sampah kelurahan tidak perlu khawatir sampah yang mereka beli dari masyarakat terbuang sia-sia karena akan dibeli oleh kecamatan dan begitu seterusnya," kata dia.

Program ini tentu akan berdampak luas terhadap ekonomi masyarakat dan membuta volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir semakin sedikit dan lahan yang dimiliki tidak akan penuh lagi.

"Kita berharap program ini dapat berjalan dan menjadi solusi bagi pemkot dalam mengurangi volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat," kata dia berharap. (*)