OJK: Ibu berperan cegah perilaku konsumtif berlebih pada anak

id OJK Frederica Widyasari Dewi

OJK: Ibu berperan cegah perilaku konsumtif berlebih pada anak

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK Frederica Widyasari Dewi dalam acara Edukasi Keuangan dalam rangka Hari Ibu di Jakarta, Senin (23/12/2024). (ANTARA/Rizka Khaerunnisa)

Jakarta (ANTARA) - Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK Frederica Widyasari Dewi menyampaikan bahwa para ibu memiliki peranan yang penting di dalam keluarga untuk mencegah jebakan perilaku konsumtif berlebih pada anak.

Menurutnya, literasi keuangan dalam keluarga terutama dipengaruhi oleh persepsi ibu. Frederica atau akrab disapa Kiki menyebut, kemampuan ibu sebagai “menteri keuangan di keluarga” yang mumpuni mengelola keuangan juga akan menentukan arah kesejahteraan keluarga.

“Ada istilah yang sekarang mendunia yang banyak menyebabkan anak-anak muda depresi, yaitu over-indebtedness. Sebenarnya kita sudah mengenal lama istilah over-indebtedness itu, kebanyakan utang. Jadi bagaimana kita mengajarkan anak-anak kita supaya tidak konsumtif kalau tidak dimulai dari ibu-ibu. Makanya kenapa itu penting,” kata Kiki dalam acara Edukasi Keuangan dalam rangka Hari Ibu di Jakarta, Senin.

Kiki mengingatkan bahayanya fenomena fear of missing out (Fomo), terutama saat individu tergabung dalam suatu komunitas, yang mendorong masyarakat pada perilaku konsumtif. Yang juga tak kalah bahayanya yaitu fear of other people's opinion (Fopo), di mana individu takut mengenai penilaian orang lain atas dirinya jika tidak memiliki barang-barang tertentu.

“Ini yang menyebabkan kemudian banyak orang terjebak ke dalam over-indebtedness tersebut,” ujar dia.

Selain itu, Kiki juga menyoroti pentingnya literasi keuangan bagi para ibu agar keluarga tidak masuk ke dalam jebakan keuangan ilegal seiring dengan perkembangan digitalisasi seperti pinjaman daring (pindar) ilegal dan judi daring.

“Dari OJK, kami melihat risiko dari misalnya ketidaktahuan putra-putri menggunakan produk-produk keuangan terkait pinjol ilegal dan judi online. Kemudian bagaimana (edukasi) terkait produk yang resmi atau legal. Bagaimana dampak penggunaan yang tidak bijaksana seperti BNPL misalnya. Supaya anak-anak ini terlindungi. Dan pintunya (literasi keuangan) dari ibu,” kata dia.

Dengan perempuan atau kaum ibu terliterasi dan terinklusi, maka diharapkan hal ini dapat meningkatkan pemberdayaan mereka sehingga mandiri secara finansial. Mengutip dari survei yang dilakukan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Kiki menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang positif antara literasi keuangan dengan tingkat kesejahteraan keuangan di suatu negara.

Oleh sebab itu, imbuh Kiki, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sangat fokus terhadap edukasi keuangan, salah satunya menyasar pada kelompok perempuan atau para ibu.

Selama beberapa tahun terakhir, Kiki mengatakan bahwa OJK aktif untuk memberikan edukasi keuangan kepada perempuan. Ia menyebutkan, tingkat literasi dan inklusi keuangan pada perempuan sebelumnya selalu berada di bawah laki-laki selama beberapa tahun terakhir.

Namun menurut data terbaru, indeks literasi dan inklusi keuangan perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki pada tahun 2023. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK), indeks literasi keuangan perempuan tercatat mencapai 66,75 persen, sementara laki-laki tercatat 64,14 persen. Adapun indeks inklusi keuangan, pada perempuan mencapai 76,08 persen dan laki-laki mencapai 73,97 persen.

Kiki menyampaikan, sinergi dan kolaborasi merupakan kunci untuk mensukseskan program-program peningkatan literasi keuangan pada perempuan. Pada Senin, OJK bekerja sama dengan Kongres Wanita Indonesia (Kowani) serta Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) dalam rangka meningkatkan literasi keuangan masyarakat.

OJK juga menunjuk enam perempuan yang menjadi duta literasi keuangan yang mewakili enam wilayah di seluruh Indonesia yaitu wilayah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara (Nusra), serta Maluku dan Papua.

Keenam perempuan tersebut antara lain Rosriani Gea (Wanita Katolik Republik Indonesia), Pia Feriasti Megananda (Keluarga Besar Wirawati Catur Panca), Rosa Ocha Muhammad (Pergerakan Wanita Nasional Indonesia/Perwanas), Enita Adya Laksmita dari (Wanita Keluarga Besar Putra-Putri Polri), Anita Kalopaking (Yatnawati Kartini), serta Triana Wulandari (Cahaya Ladara Nusantara).

“Kita akan memberikan edukasi kepada duta-duta tersebut melalui training of trainers (ToT). Ibu-ibu tersebut akan menyampaikan kepada masyarakat semua (mengenai literasi keuangan). Setelah ini kami lanjutkan dengan kementerian dan Kowani untuk memberikan pelatihan dan pendampingan kepada ibu-ibu untuk menjadi trainers untuk masyarakat,” tutup Kiki.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: OJK: Ibu berperan penting cegah perilaku konsumtif berlebih pada anak