Padang Aro (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat terus berupaya melakukan percepatan penurunan prevalensi stunting dan menargetkan pada akhir 2024 angkanya bisa dibawah 10 persen.
"Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2023 angka prevalensi stunting Solok Selatan 14,7 persen dan pada 2024 kami mengoptimalkan semua lini untuk menurunkan stunting termasuk bantuan dari mahasiswa KKN dari Unand dan UIN Imam Bonjol sehingga di akhir tahun ini bisa dibawah 10 persen," kata Wakil Bupati Solok Selatan saat rembuk stunting di Padang Aro, Senin.
Pemkab Solok Selatan katanya, berkolaborasi dengan Unand dan UIN untuk mempercepat penanganan stunting.
Terkait intervensi sensitif
OPD pengampu diminta melakukan pengecekan terhadap kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan penanganan stunting, seperti
halnya sanitasi dan jamban layak yang
merupakan permasalah krusial di
Kabupaten Solok Selatan.
Selain Pemkab Solok Selatan mendorong setiap keluarga berperilaku
hidup bersih dan sehat, memahami
pola tata laksana gizi yang baik bagi
perkembangan ibu hamil serta bayi dan balita.
Bisa melakukan pemberdayaan masyarakat mulai dari keluarga, posyandu sehingga dalam jangka panjang Pemda tidak menemukan lagi kasus naik turun
Pembicara saat rembuk stunting yang juga dosen Unand Arfai Rauf mengatakan, kolaborasi kampus dengan Pemkab Solok Selatan sekarang melalui mahasiswa KKN dan dilanjutkan program pengabdian dosen Unand tentang stunting serta program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
"Untuk program MBKM dimana mahasiswa selama empat bulan dilapangan dan 70 persen program kerjanya tentang stunting sehingga lebih intensif dari KKN yang hanya 40 hari," katanya.
Sedangkan untuk pengabdian dosen katanya, tahun ini sudah mulai dan ada 15 Nagari di Solok Selatan yang akan dimasuki nantinya.
"Kami berkolaborasi dengan Kabupaten Solok Selatan menangani stunting dimulai dari data mahasiswa hingga pengabdian dosen serta MBKM," ujarnya.
Dengan kolaborasi ini diharapkan angka prevalensi stunting di Solok Selatan bisa tercapai dibawah 10 persen pada akhir 2024.
Pembicara lainnya Indradin mengatakan, mahasiswa Unand yang sedang melaksanakan KKN lebih banyak melakukan penguatan kelembagaan dan posyandu.
"Masih ada keluarga yang malu dikatakan stunting padahal ini masalah biasa dan ini yang akan diberi pemahaman secara bertahap oleh mahasiswa maupun saat pengabdian dosen nantinya," ujarnya.