​​​​​​​Bukittinggi (ANTARA) - Rasanya tidak perlu bersusah payah untuk mengenalkan daerah wisata utama di Sumatera Barat (Sumbar) ini. Yang diperlukan hanyalah informasi terkini tentang objek wisata terbaru plus penegasan bahwa kota ini baik-baik saja, tak seperti ketakutan sebagian calon wisatawan yang batal berkunjung karena berita bencana alam di daerah tetangga.
Banjir bandang dan lahar dingin serta erupsi Gunung Marapi menjadi "Trending Topik" Sumatera Barat sejak Desember 2023. Imbasnya daerah ini seperti daerah horor untuk dijadikan lokasi kunjungan wisata.
Harus diakui, pasca terputusnya jalur utama antar kota Sumatera Barat di Lembah Anai sejak Mei 2024 akibat bencana alam banjir bandang, destinasi wisata di Kota Bukittinggi mengalami penurunan kunjungan hingga mempengaruhi tingkat ekonomi warga.
Kota Bukittinggi sebenarnya baik-baik saja, yang membuatnya lengang salah satunya karena "Dentuman Informasi" yang mengesankan kota ini terdampak secara langsung musibah yang terpusat di Kecamatan Canduang dan Sungai Pua, Kabupaten Agam yang berjarak lebih kurang 15 kilometer dari kota kelahiran Bung Hatta itu.
Aliran sungai di Bukittinggi yang berhulu langsung ke Marapi pun bisa dikatakan nihil. Hal itu ditegaskan Ahli dari Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
"Posisi Kota Bukittinggi dalam peta kebencanaan berada di luar, keberadaan kota ini bisa tetap bisa dimanfaatkan secara optimal untuk aktivitasnya, satu-satunya aliran sungai juga tidak langsung hanya di Tambuo Aur Tigo Baleh yang tidak begitu terdampak," kata Penyelidik Bumi Madya PVMBG, Mamay Sumaryadi, menegaskan.
Akibat kesimpangsiuran informasi khususnya di media sosial, Bukittinggi ikut dijauhi wisatawan dengan alasan takut terdampak bencana. Bahkan beredar kabar, provinsi lain mengedarkan imbauan larangan bepergian ke Bukittinggi. Sungguh Terlalu !
Padahal, terputusnya jalan di jalan lintas Lembah Anai sajalah yang menjadi faktor. Walau sebenarnya ada pilihan jalan alternatif yang tetap menghubungkan Bukitttinggi dengan seluruh daerah di Sumatera Barat bahkan Sumatera.
Kini, alasan itu segera teratasi. Pemerintah mengebut perbaikan jalan di Lembah Anai. Wali Kota Bukittinggi, Erman Safar mengungkap mulai Minggu (21/7) jalan itu bisa dilalui kembali.
"Pengoperasian Jalan Lembah Anai sesuai dengan target yang dijadwalkan dapat dilintasi kendaraan pada 21 Juli ini. Artinya pintu utama ke Bukittinggi sudah normal kembali," kata Erman.
Kenaikan pengunjung berwisata ke Bukittinggi sudah mulai terasa di awal Juli. Dibanding Juni, kenaikannya signifikan mencapai tiga kali lipat untuk rataan setiap harinya.
Pemerintah Kota Bukittinggi melalui Dinas Pariwisata Kota Bukittinggi, telah membukukan peningkatan retribusi atas objek wisata berbayar selama Libur Panjang Kenaikan Kelas Tahun 2024 dengan jumlah kunjungan di Bulan Juli selama 8 hari yaitu tercatat sebanyak 32.897 wisatawan dengan total retribusi sebesar Rp.747.916.000.
Jika dibandingkan kunjungan selama bulan Juni selama 30 hari terjadi peningkatan yang cukup signifikan yaitu dengan jumlah pengunjung sebanyak 48.280 wisatawan dan total retribusi sebesar Rp.1.107.586.000.
"Dari data tersebut terlihat jika dirata-ratakan pendapatan retribusi di bulan Juni hanya sebesar Rp.36.919.533 per hari. Jika dibandingkan dengan bulan Juli rata-rata pendapatan perhari telah meningkat secara signifikan sebesar Rp,93.489.500. Artinya secara rata-rata telah mengalami kenaikan sebanyak hampir 3 kali lipat," kata Kepala Dinas Pariwisata Bukittinggi, Rofie Hendra.
Wali Kota Erman Safar memimpin pergerakan usaha promosi ulang Bukittinggi untuk kembali dikunjungi dengan beragam event pariwisata menarik seperti Pemilihan Duta Wisata yang diadakan secara terbuka di Stasiun Lambuang (Pusat Kuliner Terbesar Sumbar), Pagelaran Pacu Kuda dan promosi wisata lainnya.
Kegiatan budaya dan seni di pusat kota Jam Gadang juga terus dipentaskan serta perlombaan penarik wisatawan datang berkunjung.
Selama ini, Bukittinggi seperti tidak perlu dipromosikan. Objek wisata alam, kuliner, sejarah dan budayanya selalu menjadi pilihan utama para wisatawan dari dalam negeri dan mancanegara saat berkunjung ke Sumatera Barat.
Namun, perlu rasanya diingatkan kembali spot menarik yang wajib dikunjungi. Apalagi dengan adanya update dan pengembangan objek wisata terbaru yang dilakukan pemerintah daerah setempat sejauh ini.
Stasiun Lambuang
Ini dia destinasi wisata terbaru di Kota Bukittinggi. Merupakan pusat kuliner terpadu terbesar di Sumatera Barat yang diresmikan Maret 2024 lalu oleh Menteri BUMN Erick Thohir.
Bukan hanya terbesar secara kuantitas dengan 116 gerai, tapi juga kualitas karena Stasiun Lambuang Bukittinggi hadir dengan format modern terpadu dikemas secara profesional.
Stasiun Lambuang menjadi prestasi ekonomi di Bukittinggi dengan menaikkan level pedagang kaki lima menjadi pedagang permanen.
Stasiun Lambuang berada di pusat kota bekas lahan PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang disulap menjadi konsep pengelolaan wisata kuliner terpadu terpusat pertama di Sumbar.
"Kami ingin mengambil peluang wisata kuliner yang dikemas lebih profesional dengan tetap mempertahankan kearifan lokal sesuai kebutuhan pengunjung," kata Wako Erman Safar
Taman Wisata Panorama Baru
Sebenarnya taman ini sudah lama dibuka, namun kali ini benar-benar kembali diupgrade dan menjelma menjadi destinasi wisata terviral di Bukittinggi.
Hanya berjarak sekitar 5,2 kilometer dari pusat Kota Bukittinggi, Taman Wisata Panorama Baru menawarkan sensasi nuansa alam asri yang siap memukau pengunjung.
Pengunjung akan dimanjakan dengan kecantikan tebing ngarai yang memanjang dan hijaunya pohon-pohon rindang di sepanjang mata memandang. Seperti apa sensasinya?
Berada di ketinggian 950,6 Mdpl dan jauh dari hiruk pikuk kota, membuat kualitas udara di Taman Wisata Panorama Baru terasa sangat sejuk.
Ditambah dengan alam yang masih asri, tentu menjadikan lokasi ini sangat cocok untuk menjadi spot healing bagi pengunjung yang jenuh dengan rutinitas dan aktivitas sehari-hari.
Taman Wisata Panorama Baru yang disebut sebagai salah satu puncak di salah satu Ngarai itu, juga memberikan jarak pandang dengan cakupan yang sangat luas dan menawan.
Jam Gadang
Belum sah berkunjung ke Sumbar jika tidak pernah ke Jam Gadang. Bangunan sejarah peninggalan jaman Belanda ini selalu menjadi maskot dan ikon Kota Bukittinggi. Lokasinya menjadi pusat keramaian kota yang selalu ramai dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
Menara jam ini menjulang setinggi 27 meter dan diresmikan pembangunannya pada 25 Juli 1927. Terdapat jam berukuran besar berdiameter 80 cm di empat sisi menara sehingga dinamakan Jam Gadang, sebutan bahasa Minangkabau yang berarti " Jam Besar".
Jam Gadang menjadi lokasi peristiwa penting pada masa sekitar kemerdekaan Indonesia seperti pengibaran bendera merah putih (1945), Demonstrasi Nasi Bungkus (1950), dan pembunuhan 187 penduduk setempat oleh militer Indonesia atas tuduhan terlibat Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (1959).
Untuk semakin menjamin kenyamanan pengunjung, pemerintah setempat juga melengkapi taman di sekitar jam gadang ini dengan kursi-kursi yang terbuat dari beton.
Berbagai even kegiatan pemerintah dan hiburan selalu digelar di lokasi Jam Gadang. Terpenting, tidak pernah ada pungutan untuk masuk ke area Jam Gadang.
Lobang Jepang
Bunker yang dibuat pada zaman penjajahan Jepang ini akan membuat wisata sejarah Anda semakin lengkap. Lubang yang berjarak sekitar 40 meter di bawah Ngarai Sianok ini mempunyai panjang 1.470 meter.
Uniknya dari lubang ini adalah adanya terowongan sebanyak 21 buah. Di dalamnya, Anda akan mendapati 21 terowongan yang pada zaman dahulu digunakan untuk tempat tinggal, tempat amunisi, ruang pertemuan, dapur, ruang penyergapan, ruang tahanan, sekaligus ruang penyiksaan.
Di tempat ini, Anda akan merasakan betapa perjuangan para pahlawan kita sangat berat di bawah tekanan Jepang.
Ngarai Sianok
Akibat gempa bumi, di Bukittinggi ini juga terbentuk Lembah Ngarai Sianok. Lembah ini membentang dari Nagari Koto Gadang di sisi selatan hingga Nagari Sianok Enam Suku di sisi utara di Kabupaten Agam.
Lembah yang mempunyai panjang sekitar 15 km ini memang cukup dalam, yaitu mencapai 100 meter, dengan lebar celah sekitar 200 meter.
Karena mempunyai suasana tenang dan terasa damai, banyak pengunjung yang menjuluki tempat ini dengan nama Lembah Pendiam. Tempat yang sangat pas untuk Anda jadikan sebagai tempat melepaskan penat.
Benteng Fort De Kock
Satu lagi peninggalan penjajah yang mempunyai nilai seni tinggi dan dijadikan sebagai tempat wisata di Bukittinggi, yaiu benteng Fort de Kock.
Konon, benteng ini dibangun oleh tentara Belanda untuk bertahan saat menerima gempuran dari rakyat Minangkabau. Letaknya yang berada sekitar 1 km dari pusat kota, membuat benteng ini cukup mudah dijangkau.
Benteng seperti ini ternyata tidak hanya berdiri di terusan Jalan Tuanku nan Renceh, namun juga terdapat di Batusangkar. Sebab, di kedua daerah itulah yang paling sulit untuk ditaklukkan oleh Belanda pada Perang Paderi tahun 1821 – 1837.
Jembatan Limpapeh
Jembatan ikonik ini menjadi penghubung dua objek wisata utama Benteng Fort De Kock dengan Taman Marga Satwa Budaya Kinantan atau Kebun Binatang.
Lokasinya persis di atas jalan Kampung Cina Bukittinggi. Sensasi pemandangan sejuk dan nyaman jelas terlihat dari jembatan ini.
Ada semacama getaran dan goyangan saat anda berjalan di atasnya, tapi tenang, jembatan ini super kokoh dengan panjang 90 meter dan lebar 3,8 meter.
Taman Marga Satwa Budaya Kinantan
Setelah melewati jembatan Limpapeh, Anda akan sampai di sebuah taman. Seperti namanya, taman ini tidak hanya menawarkan beberapa koleksi hewan, namun juga kebudayaan daerah setempat.
Salah satu hewan yang akan Anda lihat pertama kali setelah melewati jembatan adalah kandang gajah. Di sebelahnya terdapat sebuah Aviary (Sarang Burung) yang merupakan terbesar se-Asia Tenggara.
Harimau, Buaya, Reptil Zone, Anoa, Onta, Tapir dan lainnya melengkapi koleksi kebun binatang tertua yang ada di Indonesia dan satu-satunya di Sumatera Barat itu.
Museum Rumah Adat Baanjuang Bukittinggi
Setelah itu, Anda juga menemukan sebuah rumah adat Baanjuang yang di dalamnya tersimpan berbagai macam budaya Minangkabau.
Rumah adat yang berada di Taman Margasatwa ini memang cukup menyita perhatian. Bentuknya yang masih sangat tradisional dengan anjungan di sebelah kanan dan kirinya, membuat setiap pengunjung merasakan nuansa kedaerahan yang tinggi.
Tidak hanya itu, bagian atapnya yang terbuat dari ijuk serta dinding kayu atau bambu dan lantai kayunya, semakin menambah kesan tradisional tersebut.
Tidak hanya berbagai benda bersejarah dan budaya tanah Minang saja yang disimpan di tempat ini, namun juga beberapa awetan binatang dengan kondisi aneh, seperti kerbau berkepala dua, kambing bermuka dua, hingga kerbau berkaki delapan.
Rumah Kelahiran Bung Hatta
Siapa tak kenal dengan Bung Hatta, wakil presiden pertama Indonesia? Ternyata salah satu tokoh yang sangat berjasa terhadap kemerdekaan bangsa ini berasal dari Bukittinggi.
Di sini, beliau termasuk orang berada dengan memiliki tanah sangat luas. Untuk menghormati dan mengenang jasa beliau, rumah yang menjadi tempat kelahiran Bung Hatta pun kini dijadikan sebagai museum yang wajib untuk Anda kunjungi.
Sebagai tempat kelahiran Mohammad Hatta, rumah ini memiliki signifikansi historis karena menjadi tempat di mana Hatta dilahirkan dan menghabiskan masa kecilnya. Lokasinya mudah dijangkau dari pusat kota dan hanya berjarak sekitar 10 menit dari Jam Gadang.
Istana Bung Hatta
Istana Bung Hatta atau Gedung Negara Tri Arga (pernah bernama Rumah Tamu Agung) adalah gedung bekas kediaman Wakil Presiden Indonesia Mohammad Hatta yang terletak di pusat Kota Bukittinggi, Sumatera Barat.
Bangunan yang berdiri saat ini adalah hasil renovasi pada 1961 setelah bangunan asli dibumihanguskan sewaktu Agresi II Militer Belanda pada 1948.
Gedung yang di sekitarnya dihiasi pohon cemara dan palma ini memang cukup sejuk dan asri. Halamannya yang luas nan hijau menggoda siapa saja untuk mengunjunginya.
Taman Monumen Bung Hatta
Taman yang dibangun di lereng bukit bersebelahan dengan Istana Bung Hatta ini sangat rindang dan sejuk. Di puncak bukitnya, dibangun patung Bung Hatta yang sedang berdiri tegak dengan kepala sedikit menunduk dan tersenyum tipis.
Sementara, salah satu tangannya terangkat ke atas seakan hendak menyapa setiap pengunjung yang datang. Patung ini dibangun untuk mengenang semua jasa beliau.
Taman Panorama Bukittinggi
Taman yang berada tak jauh dari Jam Gadang ini menawarkan keindahan alam Ngarai Sianok, di mana goa Lubang Jepang berada.
Tempat ini sangat teduh karena banyak tumbuh pepohonan rindang. Bahkan, di beberapa titik disediakan gazebo untuk anda yang ingin istirahat barang sebentar setelah berkeliling taman sambil menikmati suasana damai di tempat ini.
Tidak hanya itu, sebuah gardu pandang juga dibangun untuk pengunjung yang ingin menikmati suasana tempat ini dari atas ketinggian.
Bagi Anda yang ingin memperoleh suvenir sebagai oleh-oleh dari Bukittinggi, seperti kaus atau lukisan, bisa berjalan ke arah belakang taman ini.
Museum Tri Daya Eka Dharma
Saat berada di Taman Panorama, mungkin sekilas Anda dapat melihat sebuah pesawat terbang yang hendak lepas landas berada tak jauh dari Taman Panorama.
Itulah Museum Tri Daya Eka Dharma, sebuah museum yang menyimpa berbagai koleksi kemiliteran, seperti pakaian militer, berbagai jenis senapan, granat, meriam, amunisi, hingga alat pemancar.
Tidak ketinggalan, berbagai foto para pahlawan revolusi juga terpajang di tempat ini. Untuk semakin melengkapi koleksi museum ini, berbagai senjata tradisional yang digunakan untuk melawan penjajah pada saat itu, seperti badik, parang, ruduh, pupuik tanduk, dan pedang juga terpampang di sini.
Taman Ngarai Maaram
Taman seluas satu hektar ini terletak di belakang rumah sakit umum daerah Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.
Dengan konsep ruang terbuka hijau, taman ini memang sengaja diperuntukkan bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana teduh dan sejuk tanpa terganggu kendaraan bermotor.
Ada berbagai fasilitas yang disediakan di tempat ini, mulai dari jalan setapak, arena bermain anak, panggung untuk pementasan, hingga spot menarik untuk berselfie.
Di spot yang langsung menghadap ke hamparan Ngarai Sianok ini, Anda dapat berfoto ria di atas titian yang terletak di bibir ngarai. Cukup menguji adrenalin Anda sih, namun jangan khawatir karena titian ini terbuat dari rangka besi yang kuat. Jadi, Anda aman melakukan selfie di tempat ini.
Janjang Ampek Puluah
Seperti namanya, janjang ampek puluah merupakan sebuah tangga yang berjumlah empat puluh anak tangga penghubung Pasar Banto (Pasar Bawah) dengan Pasar Atas Bukittinggi
Keunikan dari tempat ini, Anda harus melewati keempat puluh anak tangga tersebut untuk bisa sampai di pasar yang ada di atasnya.
Di kiri kanan hingga puncaknya banyak menjadi lokasi berdagang barang antik khas Minangkabau.
Cukup ekstrem karena lantai tangga yang berwarna merah tua tersebut cukup terjal. Terlebih jika hujan turun. Air hujan yang berasal dari pasar akan langsung membasahi lantai anak tangga hingga membuatnya licin. Anda harus berhati-hati saat melewatinya.
Selain lokasi di atas, masih banyak spot menarik lainnya yang harus dikunjungi di Bukittinggi. Dengan luas daerah yang hanya 25 kilometer persegi, kesemua objek wisata mudah diakses dengan segala jenis transportasi darat.
Kuda bendi (Delman) sebagai alat transportasi tradisional Minangkabau bisa menjadi pilihan berkeliling di seluruh Kota Bukittinggi.
Ayo, kembali berkunjung ke Bukittinggi !
Berita Terkait
Keripik Sanjai dan Pakaian Adat Kurai Bukittinggi jadi Warisan Budaya Indonesia
Selasa, 19 November 2024 14:52 Wib
BPJS Kesehatan ungkap Program UHC Sumbar meningkat selama 2024
Selasa, 19 November 2024 12:09 Wib
Pemkot Bukittinggi kerjasama dengan Legislator RI sosialisasikan Program Imunisasi
Selasa, 19 November 2024 4:34 Wib
Pemkot Bukittinggi realisasikan Program RTLH 2024
Senin, 18 November 2024 12:34 Wib
Pastikan layanan optimal, Pjs Wako Bukittinggi kunjungi warga positif TB
Senin, 18 November 2024 9:15 Wib
Pemkot komitmen terus jadikan Bukittinggi kota wisata favorit dikunjungi
Minggu, 17 November 2024 14:13 Wib
Debat Publik Putaran Kedua KPU Bukittinggi berlangsung alot
Minggu, 17 November 2024 12:55 Wib
Pjs Wako lakukan percepatan digitalisasi pariwisata dan UMKM di Bukittinggi
Sabtu, 16 November 2024 9:47 Wib