Satpol-PP Pariaman amankan lima remaja berkeliaran malam hari
Pariaman (ANTARA) - Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran (Satpol PP Damkar) Kota Pariaman, Sumatera Barat mengamankan lima remaja yang terdiri dari tiga perempuan dan dua laki-laki karena berkeliaran pada malam hari sehingga melanggar peraturan daerah tentang ketentraman dan ketertiban.
"Kami dalam dua bulan ini setiap malam melaksanakan razia dengan petugas menggunakan pakaian warga sipil. Malam tadi ketika mendapatkan laporan ada sejumlah remaja nongkrong di luar jam yang ditentukan kami langsung menuju lokasi," kata Kepala Dinas Satpol PP dan Damkar Kota Pariaman, Alfian di Pariaman, Kamis.
Diketahui lima remaja yang terdiri dari tiga perempuan asal Kota Padang dengan inisial N (15) H (15) C (15) dan dua laki-laki asal Pariaman dengan inisial R (20) Y (20) tersebut diamankan Satpol-PP Pariaman sedang nongkrong di kawasan Pantai Gandoriah sekitar pukul 02.45 WIB.
Ia mengatakan berdasarkan pengembangan yang dilakukan dinas tersebut ketiga remaja perempuan diduga pedagang seks komersial sedangkan yang laki-laki salah satunya mucikari.
"Kami menunggu asesmen dari Dinas Sosial serta Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Pariaman, tindakan selanjutnya menunggu hasil asesmen tersebut," katanya.
Ia menyampaikan pihaknya akan terus melaksanakan razia di Pariaman pada malam hari guna menindaklanjuti keluhan warga setempat terkait penyakit masyarakat.
Ia menyebutkan setidaknya pihaknya telah membentuk enam tim yang mengenakan pakaian warga sipil untuk memantau daerah tersebut. Meskipun telah memiliki tim namun pihaknya tetap meminta bantuan dari warga setempat apabila menemukan aktivitas masyarakat yang mencurigakan.
Sementara itu, Kepala Divisi Pelayanan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kota Pariaman Fatmiyeti Kahar menilai adanya kasus tersebut disebabkan oleh faktor ekonomi, perhatian dari orang tua yang kurang, dan pembiaran.
"Namun yang paling dominan ialah faktor pembiaran, karena kenapa anak keluar tidak dicari padahal anak ini masih kecil," katanya.
Sayang, lanjutnya pemuda di Pariaman mengakomodir anak-anak tersebut untuk mendapatkan pekerjaan sehingga banyak ditemukan kasus remaja dari daerah lain tiba ke kota itu.
Ia menyampaikan untuk selanjutnya pihaknya berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Padang untuk memastikan ketiga remaja perempuan berasal dari kota tersebut serta untuk penanganan selanjutnya. Sedangkan untuk laki-laki, lanjutnya diserahkan kepada Satpol-PP untuk penanganan lebih lanjut karena ketiganya sudah dewasa.
"Kami berharap tidak pembinaan lagi, tapi harus ada efek jera," tambahnya.
"Kami dalam dua bulan ini setiap malam melaksanakan razia dengan petugas menggunakan pakaian warga sipil. Malam tadi ketika mendapatkan laporan ada sejumlah remaja nongkrong di luar jam yang ditentukan kami langsung menuju lokasi," kata Kepala Dinas Satpol PP dan Damkar Kota Pariaman, Alfian di Pariaman, Kamis.
Diketahui lima remaja yang terdiri dari tiga perempuan asal Kota Padang dengan inisial N (15) H (15) C (15) dan dua laki-laki asal Pariaman dengan inisial R (20) Y (20) tersebut diamankan Satpol-PP Pariaman sedang nongkrong di kawasan Pantai Gandoriah sekitar pukul 02.45 WIB.
Ia mengatakan berdasarkan pengembangan yang dilakukan dinas tersebut ketiga remaja perempuan diduga pedagang seks komersial sedangkan yang laki-laki salah satunya mucikari.
"Kami menunggu asesmen dari Dinas Sosial serta Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Pariaman, tindakan selanjutnya menunggu hasil asesmen tersebut," katanya.
Ia menyampaikan pihaknya akan terus melaksanakan razia di Pariaman pada malam hari guna menindaklanjuti keluhan warga setempat terkait penyakit masyarakat.
Ia menyebutkan setidaknya pihaknya telah membentuk enam tim yang mengenakan pakaian warga sipil untuk memantau daerah tersebut. Meskipun telah memiliki tim namun pihaknya tetap meminta bantuan dari warga setempat apabila menemukan aktivitas masyarakat yang mencurigakan.
Sementara itu, Kepala Divisi Pelayanan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kota Pariaman Fatmiyeti Kahar menilai adanya kasus tersebut disebabkan oleh faktor ekonomi, perhatian dari orang tua yang kurang, dan pembiaran.
"Namun yang paling dominan ialah faktor pembiaran, karena kenapa anak keluar tidak dicari padahal anak ini masih kecil," katanya.
Sayang, lanjutnya pemuda di Pariaman mengakomodir anak-anak tersebut untuk mendapatkan pekerjaan sehingga banyak ditemukan kasus remaja dari daerah lain tiba ke kota itu.
Ia menyampaikan untuk selanjutnya pihaknya berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Padang untuk memastikan ketiga remaja perempuan berasal dari kota tersebut serta untuk penanganan selanjutnya. Sedangkan untuk laki-laki, lanjutnya diserahkan kepada Satpol-PP untuk penanganan lebih lanjut karena ketiganya sudah dewasa.
"Kami berharap tidak pembinaan lagi, tapi harus ada efek jera," tambahnya.