Batusangkar (ANTARA) - Bulan suci Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan bulan penuh ampunan, sehingga menjadi momentum bagi umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Berbagai cara dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Nya. Ada yang beribadah sehari-hari seperti biasanya, ada pula berzikir sambil bersunyi diri.
Seperti yang dilakukan masyarakat di Jorong Kapuak Koto Panjang, Nagari Barulak, Kecamatan Tanjung Baru, Kabupaten Tanah Datar.
Sebagian masyarakat disana masih melakukan tradisi suluk, yaitunya kegiatan mengasingkan diri dari kegiatan yang bersifat duniawi sembari meningkatkan zikir kepada Allah.
Suluk dilakukan sebuah surau, di dalam surau jemaah tidur dengan kasur yang telah dibawa dari rumah, setiap jamaah dibatasi dengan kelambu yang tujuannya agar jamaah dapat dengan tenang beribadah tanpa berkomunikasi dengan jemaah lainnya.
Suluk dilaksanakan paling lama 40 hari, selama menjalankan ibadah suluk jamaah akan dipandu oleh seorang guru atau imam.
Imam atau guru suluk Surau Golan, Khairul, di Barulak mengatakan suluk sendiri diyakini ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah dan diturunkan melalui sahabat sahabat-sahabat nabi.
"Selama melaksanakan suluk kita mengerjakan amal-amal sholeh yang diajarkan Rasulullah kepada sahabat, dan sahabat kepada pengikutnya sampai kepada kita saat ini," kata Khairul.
Dia mengatakan, bagi jamaah yang melaksanakan ibadah suluk, mereka akan tinggal di surau itu selama 40 hari lamanya.
Jamaah mulai tinggal di surau sejak 10 hari menjelang Ramadhan dan berakhir dengan masuknya bulan Syawal, yang tujuannya tidak lain tidak bukan adalah mencari rido Allah SWT.
"Sebaik-baik suluk dilaksanakan selama 40 hari, boleh juga dilakukan selama 30," kata dia.
Dia melanjutkan, selama menjalankan ibadah suluk, jamaah suluk juga tidak dibenarkan banyak berbicara, tertawa besar, dan banyak tidur.
Hal itu bertujuan untuk menjaga agar para jamaah memfokuskan diri mereka dalam beribadah baik siang maupun malam Ramadhan.
Selain itu jamaah juga memiliki pantangan atau hal-hal yang dilarang saat suluk, yakni tidak diperkenankan makan makanan yang berdarah, daging, ataupun makanan berpengawet.
Karena makanan seperti itu dilarang dengan guna menjaga kesehatan fisik dan jiwa jamaah. Apalagi di Surau Golan jamaah suluk didominasi kaum lanjut usia.
Salah seorang jamaah suluk Safri, mengatakan suluk adalah sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta dengan meningkatkan amalan selama bulan Ramadhan.
"Saya mengikuti ibadah suluk untuk memperbanyak amalan, terutama selama bulan suci Ramadhan dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT," kata dia.