7.225 Posbindu Didirikan untuk Pengendalian PTM
Jakarta, (Antara) - Sebanyak 7.225 Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) didirikan di berbagai daerah yang dapat digunakan masyarakat untuk melakukan pengecekan kesehatan untuk pengendalian penyakit tidak menular (PTM) yang dideritanya seperti diabetes dan hipertensi.
"Posbindu ini idenya mengambil dari posyandu. Jika posyandu dibuat karena tingginya angka kematian anak dan balita, posbindu dibuat karena sekitar 60 persen kematian di dunia dan di Indonesia sudah disebabkan oleh PTM sehingga dibutuhkan posbindu untuk deteksi penyakit tidak menular ini," kata Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Tjandra Yoga Aditama usai peluncuran laporan studi mengenai diabetes "Blue Print for Change" oleh Novo Nordisk di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa.
Di Posbindu, Tjandra memaparkan ada beberapa meja, serupa dengan yang ada di posyandu dimana masyarakat dapat memeriksakan diri dan dilakukan pencatatan mengenai tinggi badan, berat badan, indeks masa tubuh maupun lingkar badan serta tekanan darah.
"Di beberapa posbindu yang ada peralatannya juga dilakukan pemeriksaan darah. Di meja terakhir posbindu juga ada konsultasi. Sebagian ada yang langsung ditangani di posbindunya, ada yang dirujuk ke fasilitas kesehatan lain," kata Tjandra.
Salah satu PTM yang menjadi ancaman serius bagi kesehatan di Indonesia adalah Diabetes Mellitus (DM) karena dapat menimbulkan kebutaan, gagal ginjal, kaki diabetes (gangrene) sehingga harus diamputasi, menyebabkan juga penyakit jantung dan stroke.
"Global Status Report on NCD" dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa 60 persen penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena PTM.
Diabetes Mellitus menduduki peringkat keenam sebagai penyebab kematian dan pada tahun 2030 Indonesia diperkirakan akan memiliki penyandang DM sebanyak 21,3 juta.
International Diabetes Federation (IDF) menyatakan bahwa ada lebih dari 371 juta orang di dunia berumur 20-79 tahun memiliki diabetes dan Indonesia merupakan negara ketujuh untuk prevalensi diabetes tertinggi setelah China, India, Amerika Serikat, Brasil, Rusia dan Meksiko.
"Mengingat besarnya masalah diabetes mellitus, Kementerian Kesehatan memprioritaskan pengendalian DM diantara gangguan penyakit metabolik lainnya selain penyakit penyerta seperti hipertensi, jantung koroner dan stroke," kata Tjandra.
Pengendalian DM itu dilakukan terutama pada pengendalian faktor resiko yaitu melalui upaya promotif dan preventif seperti posbindu, selain juga kuratif dan rehabilitatif di fasilitas kesehatan. (*/sun)