Tradisi Manampuang, pembagian daging kurban unik di Sitingkai Agam

id Tradisi Manampuang agam,Berita agam,Berita sumbar,Tradisi agam

Tradisi Manampuang, pembagian daging kurban unik di Sitingkai Agam

Pembagian daging kurban dengan cara menampung langsung di Sitingkai, Palupuh, Agam, Sumbar (Antara/Al Fatah)

​​​​​​​Bukittinggi (ANTARA) - Warga Sitingkai Palupuah, Kabupaten Agam, Sumatera Barat memiliki tradisi unik dalam proses membagikan daging kurban yang terkenal disebut Manampuang atau menampung dengan tangan.

"Jadi kami memiliki tradisi soal pembagian daging hewan kurban, warga tidak dibatasi dan tidak dibagikan kupon, mereka langsung datang ke lokasi penyembelihan hewan kurban dan menampung dengan tangan langsung atau kantong bahkan daun," kata salah seorang warga setempat, Heru Nofriandi, Kamis.

Ia mengatakan tradisi kuno ini diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya di Sitingkai.

"Kami tidak mengetahui kapan pertama kali sistem ini dilakukan, bahkan orang-orang tua di kampung ini sudah melanjutkannya saja," kata dia.

Manampuang yang dalam Bahasa Indonesia berarti Menampung, dilakukan dengan cara membagikan daging kurban ke kantong plastik atau daun yang telah disediakan tiap warga.

Keunikannya, yang mendapat daging kurban bukan per- KK, namun dihitung jumlah jiwa dalam satu rumah.

"Misalnya di satu rumah ada lima penghuni, maka yang berhak menerima daging adalah lima jiwa pula," kata Heru.

Kegiatan unik ini diawali dengan gotong royong menyembelih hewan kurban yang disepakati dilaksanakan pada Kamis 29 Juni 2023 sesuai pemerintah pusat.

Setelah hewan kurban dipotong dan akan dibagikan, maka warga berbaris rapi di kanan-kiri jalan menanti jatah daging.

"Panjang antrian mencapai ratusan meter, ratusan warga menanti daging kurban, tampak begitu apik dan sedap dipandang, ini yang menjadi pusat perhatian," kata dia.

Sejumlah pria yang bertindak sebagai panitia, mengambil daging itu dan membawanya menggunakan gerobak sambil mengisi daging ke kantong plastik warga.

"Kita tetap pertahankan tradisi ini, sebab inilah cara pembagian daging kurban yang paling adil dan merata," ungkap salah satu panitia, Rizal.

Dia mengatakan, tetap akan mempertahankan tradisi ini karena berpotensi menjadi ikon wisata religi.

"Di daerah ini, penyembelihan hewan kurban berjumlah sebanyak lima ekor sapi dengan jumlah penerima mencapai ratusan," pungkasnya.