Kabar baik, Indonesia dapat hibah 5,5 juta dolar dari Korea untuk peningkatan kapasitas UKM
Jakarta, (ANTARA) - Pemerintah Indonesia mendapatkan hibah dalam bentuk kerja sama adopsi smart factory serta pelatihan sumber daya manusia senilai 5,5 juta dolar AS (setara 7 miliar won atau sekitar Rp80 miliar) dari Korea Selatan untuk meningkatkan kapasitas usaha kecil dan menengah (UKM).
Deputi Bidang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kementerian Koperasi dan UKM Hanung Harimba Rachman mengatakan kerja sama Official Development Assistance Project (ODA) antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Korea Selatan itu diharapkan akan dapat membantu UKM lokal mengadopsi ekosistem industri 4.0 sehingga bisa masuk rantai pasok industri.
"Ini langkah kerja sama membantu UKM masuk ekosistem industri 4.0, menerapkan smart factory, teknologi IoT, AI, biar bisa masuk rantai pasok industri manufaktur. Ini langkah yang penting apalagi Korea ini unggul di industri manufaktur. Kami harap manfaat sebesar-besarnya bagi UKM," katanya seusai penandatanganan MoU antara Kemenkop UKM dan INNOBIZ Association of Korea tentang ODA Project di Jakarta, Selasa.
Pemerintah Korea menginisiasi kerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk mendukung pengembangan UMKM melalui ODA Project: Project for Supporting the Transformation into Smart Factory and Training Specialized Manpower in Java Province for Innovation in Indonesian Manufacturing Industry.
Dalam proyek tersebut, nantinya akan ada 30 UKM yang direkomendasikan Kemenkop UKM untuk mendapat pelatihan adopsi smart factory yang dibangun di universitas. Tidak hanya itu, akan ada pelatihan bagi 100 ahli untuk dilatih terkait operasional smart factory dalam kerja sama yang berlangsung selama empat tahun ke depan.
Ada pun UKM yang disasar untuk bisa ikut dalam program tersebut diantaranya dari sektor otomotif, manufaktur, makanan dan minuman, tekstil, elektronik, kimia dan pertanian.
Sementara itu, Policy Head of INNOBIZ Institute Se-jong Kim menjelaskan pusat layanan smart factory akan dibangun di universitas agar ada kerja sama soal kurikulum pelatihan.
"Kami sudah membangun 30 ribu smart factory di Korea. Kami akan undang mereka ke Indonesia untuk berbagi pengalaman, atau sebaliknya, mereka juga bisa melihat langsung ke Korea. Kami harap program ini bisa meningkatkan kapasitas UKM di Indonesia," kata Se-jong Kim.
Kerja sama dengan INNOBIZ yang merupakan lembaga sertifikasi UMKM di Korea Selatan diharapkan pula dapat membantu pemerintah Indonesia dalam mengembangkan skema, riset, serta kebijakan berkaitan dengan sertifikasi UMKM, yang implementatif dan sesuai dengan ekosistem usaha di Indonesia.
Adanya sertifikasi yang dimiliki oleh pelaku UMKM dan wirausaha diharapkan dapat menjadi modal bagi mereka untuk bisa mendapatkan berbagai kemudahan, termasuk dalam mendapatkan akses pembiayaan dari lembaga perbankan, dan sumber alternatif pembiayaan lainnya, yang berbasis pada credit scoring. (*)
Deputi Bidang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kementerian Koperasi dan UKM Hanung Harimba Rachman mengatakan kerja sama Official Development Assistance Project (ODA) antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Korea Selatan itu diharapkan akan dapat membantu UKM lokal mengadopsi ekosistem industri 4.0 sehingga bisa masuk rantai pasok industri.
"Ini langkah kerja sama membantu UKM masuk ekosistem industri 4.0, menerapkan smart factory, teknologi IoT, AI, biar bisa masuk rantai pasok industri manufaktur. Ini langkah yang penting apalagi Korea ini unggul di industri manufaktur. Kami harap manfaat sebesar-besarnya bagi UKM," katanya seusai penandatanganan MoU antara Kemenkop UKM dan INNOBIZ Association of Korea tentang ODA Project di Jakarta, Selasa.
Pemerintah Korea menginisiasi kerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk mendukung pengembangan UMKM melalui ODA Project: Project for Supporting the Transformation into Smart Factory and Training Specialized Manpower in Java Province for Innovation in Indonesian Manufacturing Industry.
Dalam proyek tersebut, nantinya akan ada 30 UKM yang direkomendasikan Kemenkop UKM untuk mendapat pelatihan adopsi smart factory yang dibangun di universitas. Tidak hanya itu, akan ada pelatihan bagi 100 ahli untuk dilatih terkait operasional smart factory dalam kerja sama yang berlangsung selama empat tahun ke depan.
Ada pun UKM yang disasar untuk bisa ikut dalam program tersebut diantaranya dari sektor otomotif, manufaktur, makanan dan minuman, tekstil, elektronik, kimia dan pertanian.
Sementara itu, Policy Head of INNOBIZ Institute Se-jong Kim menjelaskan pusat layanan smart factory akan dibangun di universitas agar ada kerja sama soal kurikulum pelatihan.
"Kami sudah membangun 30 ribu smart factory di Korea. Kami akan undang mereka ke Indonesia untuk berbagi pengalaman, atau sebaliknya, mereka juga bisa melihat langsung ke Korea. Kami harap program ini bisa meningkatkan kapasitas UKM di Indonesia," kata Se-jong Kim.
Kerja sama dengan INNOBIZ yang merupakan lembaga sertifikasi UMKM di Korea Selatan diharapkan pula dapat membantu pemerintah Indonesia dalam mengembangkan skema, riset, serta kebijakan berkaitan dengan sertifikasi UMKM, yang implementatif dan sesuai dengan ekosistem usaha di Indonesia.
Adanya sertifikasi yang dimiliki oleh pelaku UMKM dan wirausaha diharapkan dapat menjadi modal bagi mereka untuk bisa mendapatkan berbagai kemudahan, termasuk dalam mendapatkan akses pembiayaan dari lembaga perbankan, dan sumber alternatif pembiayaan lainnya, yang berbasis pada credit scoring. (*)