Padang (ANTARA) - Produk kopi "Solok Radjo" yang merupakan hasil program Perhutanan Sosial di Sumatera Barat ditawarkan dengan menyiapkan gerai di Bandara Internasional Minangkabau untuk meningkatkan nilai ekonomi sekaligus bukti keberhasilan program pemerintah daerah.
“Hadirnya kopi Solok Radjo di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) ini merupakan bukti bahwa program Perhutanan Sosial telah memberikan manfaat secara ekonomi kepada masyarakat Sumbar," kata Gubernur Sumbar Mahyeldi di Padang, Rabu.
Ia mengatakan, gerai kopi di terminal keberangkatan internasional BIM itu adalah gerai produk hutan bukan kayu pertama yang hadir di bandara di Indonesia.
"Ini berkat dukungan semua pihak, mulai dari Dinas Kehutanan, Bank Nagari hingga pihak Bandara BIM," ujarnya.
Gubernur Mahyeldi menjelaskan, di Sumbar ada potensi perhutanan sosial yang luasnya mencapai 700 ribu hektare.
Menurut dia, nilai ekonomi dari pengembangan produk-produk perhutanan sosial itu amat besar, bahkan bisa mendorong pasar ekspor produk Sumbar.
"Potensi perhutanan sosial di Sumbar ini bisa mendorong peningkatan ekonomi masyarakat. Untuk itu Pemprov terus mendorong agar produk pertanian, terutama yang punya hilirisasi agar terus dikembangkan," katanya.
Ia mengatakan, Kopi Solok Radjo sudah dikenal di banyak negara di dunia, termasuk melalui aktivitas Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldy yang memperkenalkan langsung produk itu di Norwegia baru-baru ini.
"Kopi Solok Radjo mendapat respon baik dari pengusaha yang ada di Eropa. Jadi, ini kita bawa untuk pengembangan perdagangan internasional," ujarnya.
Kepala Dinas Kehutanan Sumbar Yozarwardi mengatakan, kopi Solok Radjo merupakan produk kawasan hutan yang hak kelolanya diberikan pada masyarakat melalui program Perhutanan Sosial
"Saat ini ada 271 ribu hektare Perhutanan Sosial yang dikelola masyarakat, lebih dari 130 ribu KK. Solok Radjo ini dikelola oleh ratusan KK," kata dia.
Dia menambahkan, untuk saat ini ada 50 perhutanan sosial yang punya potensi pengembangan kopi yang bisa meningkatkan pendapatan masyarakat.
Ketua Hutan Kemasyarakatan-Koperasi Produsen Serba Usaha (HKM-KPSU) Solok Radjo Alfadrian Syah mengatakan, kehadiran gerai kopi Solok Radjo di BIM itu dapat dijadikan sebagai etalase kopi perhutanan sosial di Sumbar.
Di gerai tersebut, pengunjung bisa menyeduh dan membeli produk kopi Solok Radjo secara langsung yang memberikan pengalaman mengenai kopi di terminal keberangkatan.
"Ini adalah kopi yang kita tanam. Ada 18 jenis kopi," ujar dia.
Dalam pengembangannya, Kopi Solok Radjo melibatkan sekitar 350 KK dan program hilirisasinya telah dimulai sejak tahun 2002 dengan pengembangan produk turunan kopi.
EGM PT Angkasa Pura II BIM Siswanto mengatakan, bandara merupakan salah satu tempat yang banyak didatangi wisatawan setiap harinya dengan pengunjung di tempat itu sekitar 20 ribu orang setiap harinya.
"Bandara adalah etalase sebuah daerah atau negara, kita sangat mendukung upaya pengenalan kopi asal Sumbar ini," ujarnya.