Yulia Harfika, petani millenial hasilkan Rp10 juta per bulan dari budidaya stroberi

id Yulia, sroberi, tanah datar, petani millenial

Yulia Harfika, petani millenial hasilkan Rp10 juta per bulan dari budidaya stroberi

Kebun Stroberi Yulia warga Jorong Kapuk Koto Panjang, Nagari Barulak, Kecamatan Tanjung Baru Kabupaten Tanah Datar.  (ANTARA/Etri Saputra)

Batusangkar (ANTARA) - Sukses itu tidak selalu bekerja di kantor, sukses itu tidak selalu berseragam dinas, sukses itu bisa dimana saja. Apapun usaha, selagi ditekuni dengan yakin InsyaAllah akan mendapatkan hasil yang maksimal.

Itulah yang dilakukan Yulia Harfika (31), salah seorang petani dan pembudidaya tanaman buah strowberi warga Jorong Kapuk Koto Panjang, Nagari Barulak, Kecamatan Tanjung Baru Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Dengan berbudidaya strowberi, Yulia bisa meraup untung hingga Rp10 juta per bulan. Untung tersebut ia dapatkan dari hasil menjual buah hingga menjual bibit strowberi.

"Kalau omsetnya tergantung dari pembeli, kadang pernah sampai Rp10 juta perbulan hasil jualan buah dan bibit strowberi," kata Yulia saat ditemui di kediamannya Minggu.

Yulia menceritakan, meski dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua (Aba dan Umi) yang bermata pencaharian petani, tapi ilmu budidaya tanaman stroberi ia dapatkan secara otodidak dan dukungan dari teman sesama guru.

Sejak mula-mula menanam strowberi pada 2016 lalu, banyak rintangan dan ujian yang ia dapatkan, tanaman mati, tidak didukung orang tua, bahkan cemoohan dari orang sekitar.

Sebab, tanaman stroberi bukanlah jenis tanaman yang bisa hidup di sembarang cuaca, dan strowberi adalah salah satu jenis buah-buahan yang mahal.

Karena tidak ada pengetahuan dalam bertani dan harga jual buah strowberi yang cukup tinggi, bahkan kalau satu kilo bisa mencapai Rp100 ribu itulah membuat pandangan orang sekitar pesimis.

Namun dengan niat dan keyakinan, Yulia memberanikan diri untuk memulai usaha tersebut. Bahkan ia memutuskan untuk berhenti dari seorang guru yang telah ia tekuni selama enam tahun dan memilih menjadi petani.

"Keputusan yang berat waktu itu, enam tahun saya mengajar. Tapi bagaimana lagi, ditambah sudah punya anak, untuk ngurusin anak minta tolong ke orang tua dia juga bekerja. Jadi memutuskan untuk berhenti," katanya.

Berlahan tapi pasti, dari awalnya hanya dua ratusan pokok strowberi hasil pemberian teman, dan ditambah modal pembelian polibag alakadarnya, kini usahanya telah membuahkan hasil.

Dari awalnya cuma dikonsumsi untuk keluarga, sekarang sudah menjadi kebun strowberi yang banyak dikunjungi orang. Tidak hanya di nagari itu tapi bahkan kabupaten tetangga.

Bak ibarat pepatah, berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketapian, itulah yang pantas disematkan kepadanya. Kini ia sudah mendapatkan dari jerih keringatnya sendiri.

Saat ini, untuk satu kilo strowberi ia jual seharga dikisaan Rp10.000 tergantung jenis bibitnya, sementara satu pokok bibit ia jual seharga Rp5000.

Bahkan untuk pesanan bibit, ia sudah mengirimkan ke luar Sumatera Barat, seperti Medan, Riau, dan bahkan Kalimantan.

"Alhamdulillah, untuk permintaan buah setiap hari ada, ada yang datang kesini ada juga melalui pesanan online," kata Yulia.

Ia berpesan, baginya tidak usah malu menjadi petani, karena menjadi petani adalah sesuatu yang menyenangkan, apapun usaha jika ditekuni akan membuahkan hasil.*